Tangan ini tak bisa kucegat lagi.
Aku harus menulis walau hanya sebaris
Tapi di manakah bisa kutemukan inspirasi ?
Kalau seandainya tak sedikit terbersit apapun di hati
Halaaah... Nggombal.. !
Ucap hatiku, menambah malu yang kini bersembunyi di balik tirai PeDeku
Untuk apa kau tulis kata demi kata tanpa hikmah
Karena semakin banyak kata, semakin mahir dirimu membuat alasan
Tapi jiwaku berkata, "Tidak !"
Sesungguhnya kata-kata itu tidak mempunyai makna untuk menjelaskan perasaan.
Hanya saja, lewat kata aku bisa berimajinasi
Walau yang aku damba hanya ilusi
Weleh..weleh...Ngawur !
Cela hatiku lagi, yang kini semakin kuat benamkan kepalaku ke dalam lubang malu
Kau dicipta bukan untuk mengkhayal, sobat !
Usah kau terus angankan, toh akhirnya anganmu takkan nyata dalam duniamu yang fana
Tapi kini jiwaku teriak, "Tidak !"
Bukankah semua itu didasari atas sebuah renungan ?
Wahai hati, kau adalah khayalan seorang pujangga yang ingin wujudkan sosok halus dalam diri
Begitu pula aku jiwa, yang digambarkan penyair tuk ungkapkan kenginan hatinya
Piuuuuh...Cape deeh...!
Hatiku kini mengalah, karena ia sadar.
Sungguh sulit menyadarkan orang yang terbuai dalam mimpi indah.
Karena sesungguhnya jiwa selalu ingin merasakan manis tanpa ingin mencicipi pahit
Dan ingin menggapai yang jauh, tapi lewatkan yang ada dalam hati.
So, aku berpikir.
Siapakah yang akan aku ikuti ?
Terbersit di sana suara halus dan merdu berkata,
"Ikuti kata hatimu, tapi jangan tinggalkan bisikan jiwamu..."
Kau semestinya bisa mendamaikan hati dan jiwamu. Hingga kau bisa mendapatkan
sebuah untaian hikmah bagi seorang perindu.
Halaaaah...pikirku... Ga ada yang beres...
Tapi, aku kagum. Sekaligus kaget. Atau terbalik, kaget sekaligus kagum.
Aku akhirnya bisa menulis....Horeeeeeee. !!!!
Puas dahaga tangan ini...
No comments:
Post a Comment