Pages

28 Jan 2009

Itu saja (roda)



Kemarin, aku menjadi sepatah kata yang tak bersuara dalam pikiran malam.
.
Hari ini, aku menjadi sebuah senandung riang di atas lidah hari.
.
Hingga kejap detik, mengusap kegembiraan menjadi mimpi.
.

itu saja.
:)

24 Jan 2009

Mutiara (renew)


Aku masih tergenang bersama rintikan hujan. Aku menyaksikannya.

Sungguh, raut wajah itu. Raut lelah yang bertopang pada kerasnya rahang. Aku sadar, ia pasti bukan orang biasa. Terlihat dari gerak mata awasnya. Tak bisa terbayang, ia lahir dari keluarga miskin. Tak berdaya, tepatnya empat puluh enam tahun yang lalu.

Bujang, terlahir delapan bersaudara. Ia anak ketiga, semua saudaranya lenyap entah kemana. Pergi bersama angin, bertarung untuk hidup. Bukanlah ironi. Ini adalah perjuangan. Kini, yang ada dalam hatinya. Sepasang bola mata jernih anak perempuan hasil pernikahannya dengan Juwita. Sang Istri tegar nan setia. Berkuyup keringat itu adalah kesenangannya. Hidup, mengajarkan mereka untuk saling setia dan percaya.

Selain menghidupi anak dan istrinya. Bujang juga mengemban diri sebagai kakak dari adiknya yang lumpuh. Sebuah cobaan dari kecil hingga dewasa. Tapi, berbeda dengannya. Saudaranya, Burhan. Mempunyai kelebihan. Ia tampan. Dan Bujang sangat bangga dengan adiknya. Kemana-mana ia busungkan dada.

"Inilah adikku, Burhan"

"Ketampanannya merupakan serpihan dari ketampanan Yusuf dari Palestina", ia berbangga.

Pekerjaan sehari-hari Bujang adalah nelayan. Tapi, tak ada yang mengira bahwa ia adalah mantan preman. Orang kuat saat ia di masa digdayanya. Penebar dendam kesumat para pendengkinya. Tapi, lagi-lagi.. Kini ia menjadi manusia biasa. Hidup bersama cahaya mata.

Sedangkan Burhan, lelaki cacat mental. Ia tak bisa apa-apa. Jangankan membaca, bicarapun ia terbata. Sungguh, cobaan hidup membuatnya semakin dewasa. Ia sadar dalam ketidakberdayaannya. Duduk, merenung, berfikir, dan bersyukur menemani harinya. Sejauh perjalanan hidupnya.

"Burhan…! Kau jaga anakmu, jangan sampai ia pergi kemana-mana. Istriku bekerja. Aku ingin pergi ke laut. Mencari bingkai dunia, bekal surga," teriak Bujang kepada adiknya.

"I..i..yy..a, bang!" jawab Burhan terbata.
Begitulah keseharian mantan preman penguasa di pucuk hidupnya. Ia sadar, semakin renta. Ia harus semakin bahagia. Jasad dan jiwanya.

***

"Kau harus menemukan Bujang, kung !" teriak seorang Tambun kepada kawannya.

"Bagaimana aku menemukannya, sedangkan ia menghilang. Tanpa tahu di mana senja menyimpannya," ujar Jangkung.

"Sudahlah, aku dengar. Ia punya adik lelaki cacat jiwa. Aku yakin, adiknya itu lebih berharga dari mutiara yang ada di tangannya," pikir Tambun menyusun rencana.

"Kau culik saja adiknya, biar dia menyerahkan mutiara itu kepada kita. Lantas, dendam membara takkan lama bergelora," tambahnya.

"Baiklah, aku segera mencarinya dan membawanya ke hadapanmu," angguk Jangkung kepada tuannya.

***

Bujang murka tak kentara. Disaksikannya rumahnya porak poranda. Anak istrinya terisak di sana. Tak pula ditemukannya keberadaan adiknya.

"Burhan di bawa mereka…" isak istrinya.

"Aku sudah tahu, pasti ini ulah Tambun," gumam Bujang


Dendam itu. Ya, dendam itu. Aku juga menyaksikannya. Masih di bawah gerimis saat itu. Tatkala Bujang dan Tambun mengikat diri untuk bersaudara. Keduanya selalu bersama. Tapi harta. Lagi-lagi harta. Memberaikan keduanya. Hanya sebutir mutiara yang didapati keduanya. Teronggok di mulut kerang menganga. Indah, seakan menyala.

Bujang, sebagai yang terkuat. Dialah sang pemenang. Dan mendapatkannya. Tambun hanya termangu, kesumat dalam dadanya.
"Enyahlah kau Bujang, pergi bersama senja !"

***
"Tambun !" teriak Bujang menggema.

"Di mana kau sekap adikku ?"

"Hhahahaha…. Bujang…Bujang.." tawa Tambun tak kalah membahana.

"Ternyata, kau lebih mementingkan adikmu daripada sebiji mutiara."
"Tapi, aku lebih kecewa. Kita dulu sepakat bersaudara. Dan kau lebih memilih harta."

"Itu dulu, Tambun. Saat aku hidup, memanjakan dosa !"

"Sudahlah, serahkan mutiara itu. Dan kulepaskan adikmu ini." gertak Tambun.

"Lepaskan dulu, dia. Baru kau bisa menikmati kilauan mutiara," tak kalah Bujang lantang.

"Sudahlah.. pergi sana ! Pemuda Nestapa !" usir Tambun.

Terseok, Burhan pergi. Mendapati kakaknya. Berpelukan. Dan Bujang berbisik.
"Berjalanlah lurus, jangan pernah berpaling. Hidupku takkan lama. Jagalah kakak dan anakmu,"

"A..aa.. aku tak mengerti maksudmu, Abang," tanya Burhan

"Sudahlah, kau ikuti saja perintahku."

Menunduk, hampir jatuh. Burhan melepaskan pelukan kakaknya. Entahlah, air mata di pipinya asin dan memanas.

Ia menghilang, lurus berjalan.

Terpingkal Tambun menyaksikan. Ia terbahak, lama.

"Bedebah, keparat !!!" teriak Bujang.

Ia menelan mutiara itu. Mutiara kehidupan. Wajar saja mereka memperebutkannya. Itulah Ratu Para Mutiara.

Pergumulan dimulai. Tak ditemui keheningan. Rerumputan ikut bersorak, mengiringi mereke berjibaku. Berbalas pukul dan sepak.
Hingga satu tikaman. Tikaman kematian.

Bujang ambruk dengan perut memburai. Tambun terduduk. Ia juga terluka. Tapi, luka di hatinya lebih parah. Ternyata, tikaman Jangkung juga telak mendarat di hatinya.

Keduanya tewas, di bawah kaki seorang Jangkung yang tertawa.

"Hhahahah.. persaudaraan akhirnya berakhir dengan pertempuran maut. Hanya sebuah Mutiara." ia tertawa.

"Kau Tambun, jangan pernah percaya sekutu dalam kejahatan. Kalau bukan dirimu yang lebih dahulu membunuhku, kau pasti orang pertama yang binasa di antara kita,"

"Kau Bujang, persaudaraan hanya kau hargai sebiji mutiara. Baru kau rasa, mutiara hanya sekedar biji mata laut. Pasti akan fana."

***
Telaten. Jangkung menyusuri setiap lengkungan usus. Dibedahnya perut Bujang. Mengeluarkan isinya, dan membiarkan paru-paru merah tua kembang kempis di dalamnya.
Menyisit, mengupas tiap ruas usus panas. Sekedar untuk menemukan sebiji mutiara.
Darah hangat kental di tangannya. Membuatnya tertawa.

Dan ia tertawa, aku menyaksikannya di bawah hujan. Masih di sini. Tergenang bersama jenak.

***
Jlek ! Mati lampu kamarku.
Kini, aku tak bisa lagi membaca.
Buku cerita tua yang kudapati di pasar Azbakiya, ternyata isinya sangat membosankan. Aku sangat tidak menikmatinya. Tidak seperti novel-novel teenlit lainnya.

"Uuuuh.. membosankan !" aku melempar buku cerita tadi ke rak. Seperti biasa.

Ah, aku ingin tidur. Memang, di bawah hujan ini enaknya tidur. Nanti malam aku ingin begadang menonton bola.

Masih di bawah hujan. Dan aku masih di sini. Tergenang. Sudahlah, aku lupakan saja.

Tak mudah difahami.


Memahami perbedaan dari egoisme kehidupan
Disakiti oleh pemahaman sendiri tentang makna perubahan
Meneriakkan ke-modernan dalam lusuh pakaian zaman
serak, dan berbahagia membawa kemenangan ideologi melempar lembaran iman

"Jangan melarang kami telanjang, ketertelanjangan ini adalah fitrah. Dan fitrah merupakan sebuah berkah."
Kau berseru sembari menutup mata dari bongkahan hikmah, hikmah dari sebuah ketertutupan.

"Kalian tidak menghargai perbedaan, kalian tidak menghormati kemanusiaan"
sedangkan kau sendiri, melepuhkan reward surga dengan melompati teritori Adam.

23 Jan 2009

Da Wind's



I said:
"Ooh rainbows, ooh butterflies, come here with me*"
"Just let the rain come.. let himself come and feel it pain"
"Yeah, it sometimes hurt a lot. And make me suffered "
"It sometimes satisfactoried. And make me happy"
.
"I just try to figure this out... "
.
Fana tersentak dalam tidurnya.
Aroma itu .. aroma yang selalu mengusik tenang dalam hidupnya. Kini perlahan kembali memasuki setiap rongga kenangan yang telah ia simpan dalam-dalam.
Fana beranjak, mengumpulkan segenap kekuatan dalam dirinya. Untuk mencoba berontak dan mengusir aroma pekat yang hampir melumpuhkan syaraf penciumannya.

Fana teriak,
"Angin ! Bukankah engkau sanggup menghilangkan segalanya ?"
"Angin ! Hapuskan semuanya, termasuk kenangan ini. Kenangan yang engkau bawa bersama harumnya cinta."
"Angin ! Aku menolaknya dan ia enggan menerimaku. Tapi masihkan aku yang tertulis di sana ?"
"Angin ! Letakkan pada awan, segumpal hujan. Biarkan ia temaniku bersama genangan."
"Angin ! Tiupkan hujan, biar basahi kelopak. Lalu mengalir turun kepada bunga. Merah"
: Angin, aku berikan segalanya padanya. Agar dia bahagia. Tapi, yakinkan aku. Bahwa aku bukanlah untuknya. Atau, mungkin selamanya aku takkan ada untuknya.
aku ingin bersamanya

Kairo, 11 Januari 2008
Rabea Adawea
*from sedanafisa

20 Jan 2009

Digantung (Cinta???)

Bismillah...
Yah, kali ini kembali bicara masalah hati dan perasaan.MySpace
Berdasar pengalaman pribadi dan kali ini pengalaman teman. Ternyata, perasaan sayang dan cinta itu tidak dapat di simpan. Walaupun kita sudah menyediakan kotak es bersuhu dibawah derajat celsius untuk menyimpan perasaan itu, sangat sulit bagi kita (atau setidaknya bagi saya sendiri) untuk melewati masa-masa menegangkan tersebut. Cinta, entah kenapa awalnya begitu menyakitkan. Semoga akhir yang akan bahagia atau setidaknya bisa melupakan kepahitannya.MySpace

Dalam istilah pertama bahasa Arab yang saya dengar, "Al-Mahabbatu-l-Ulaa Laa Tunsaa Fiiha". Yang berarti cinta pertama yang takkan bisa terlupakan. Entah, definisi cinta di sini apa, atau cinta di situ apa. Yang jelas, masing-masing orang pernah merasakannya.

Tapi kasus kali ini, adalah "Digantung Cinta". Heu..MySpace
Terkesan lucu memang istilah ini. Marilah sedikit saya mencoba ber-ilmiyah ria dalam mengupas sedikit demi sedikit makna epistemologis dari istilah ini.

Digantung, merupakan kata kerja pasif yang berasal dari kata asli gantung yang berarti menempatkan sesuatu di atas dalam keadaan tergantung (loh???). Sedangkan cinta itu sendiri mempunyai ragam macam definisi. Hampir sama dengan ungkapan pornografi yang mempunyai makna luas berdasar kamus masing-masing. Tapi saya tidak akan berbicara masalah pornografi. Tapi digantung cinta.

Makna dari digantung cinta itu sendiri setelah dirangkai jadi sebuah istilah adalah kondisi atau sebuah keadaan dimana seseorang berada dalam sebuah ketidakpastian cinta. Yah, maksudnya belum diberikan kepastian dari pihak yang dicintai. Antara cinta yang diterima atau ditolak. Atau bahkan, tidak ada pernyataan apapun. (ini parah!!!).MySpace

Keadaan ini memang terkadang bagi sebagian orang sangat mengerikan. Dan bagi saya sendiri, cukup menegangkan. Tapi kita bisa mengambil pelajaran dari keadaan digantung cinta ini.

Pertama, kita bisa benar-benar mengintrospeksi diri.MySpace
Yaitu, apakah kita benar-benar telah benar (heuheu) dalam memaknai sebuah cinta atau sudah terkontaminasi dengan amarah, ambisi, birahi dan penyakit hati lainnya.
Dalam ajaran agama saya (Islam), mencintai seseorang pada hakikatnya mencintai kefanaan. Nah, apabila dengan cinta tersebut kita mengharapkan kefanaan, maka yang kita dapatkan adalah kefanaan juga. Tapi apabila dengan cinta itu kita mengharapkan ridho Allah swt, maka yang akan kita dapatkan bukan hanya cinta di dunia tapi juga cinta di akhirat.
Dalam kondisi ini juga kita bisa mengintrospeksi orang yang kita cintai. Apakah pantas dia kita cintai? Apakah sanggup kita menerimanya? Dan apa yang akan kita tuju setelah kita mendapatkan cintanya?
Allah swt berfirman: "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi kamu mencintai sesuatu padahal ia buruk bagimu. Dan Allah maha Mengetahui dan kamu tidak mengetahui".

Kedua, kita bisa mengambil nafas untuk langkah selanjutnya.MySpace
Maksudnya ??? Ya, bisa saja setelah introspeksi di langkah pertama pendirian kita berubah. Ada yang ragu dan ada yang masih bersikukuh. Bagi yang ragu, silakan diperhatikan baik-baik lagi. Apakah kita benar-benar sudah melakukan pilihan yang tepat ? Sudahkah kita siap menerima apapun yang terjadi? Sudah siapkan kita mengatur hati?
Dan bagi yang sudah mantap, silakan lanjutkan langkah anda selanjutnya.

Ketiga, dalam keadaan digantung cinta seharusnya kita bisa terus meng-upgrade apa saja yang ada dalam diri kita.MySpace Mulai dari penampilan, gaya hidup, pengaturan waktu hingga perasaan. Tapi, jangan lupa juga untuk meng-upgrade iman. Karena sebaik-baiknya orang, orang yang beriman lah yang mempunyai aura khusus (dikutip dari buku How to Be a Soktau, hal 132).

Yah, begitulah keadaan digantung cinta. Ada perasaan ragu, takut dan cemas. Ada perasaan cemburu, tapi juga perasaan yang menafikah keberhak-kan untuk cemburu. Memang, keadaan yang sangat sulit. Tapi, sabarlah. Karena mencintai itu memang hak dan fitrah manusia. Seperti yang difirmankan oleh Allah swt :

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar- benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” (QS. Ar Rum: 21)

Pada hakikatnya cinta kepada Allah swt lah cinta yang paling utama. Dialah sang Penggantung Cinta yang Maha Tinggi. Tak ada cinta selain dari Allah swt. Dan Allah menganugrahkan cintanya pada manusia agar kita bisa menjalin rasa kasih sayang yang dalam bahasa manusianya adalah cinta.
Maka, hikmah dari digantung cinta mungkin adalah:

1. Cinta adalah proses ujian yg keras dan pahit dalam kehidupan manusia. Apakah cinta itu dalam perjalanannya akan menghantarkannya kepada jalan yg mulia atau menghempaskannya kepada jalan yg hina.
2. Jika tidak ada digantung cinta maka tidak ada prinsip berpikir, karena kalau semua langsung diterima kita tidak tau apa yang bakal terjadi nanti.
3. Keberadaan digantung cinta merupakan faktor dominan dalam kehidupan manusia, dimana manusia selalu diliputi rasa resah dan gelisah tergantung cara penyembuhan dari masing-masing individu.

Semoga kita tidak terlalu larut dalam kesedihan digantung cinta. Dan semoga Allah menganugrahkan cinta-Nya kepada kita semua. Amien. MySpace


13 Jan 2009

Suntuk; dalam ketidak-nyambungan


Berulang kucoba mengulang membaca diktat Logika (Mantiq). Tak ada yang masuk. Yang hinggap malah suntuk. Dan aku sangat takut dengan suntuk, suntuk pasti membawa kekosongan. Sudah banyak efek samping dari sebuah kekosongan. Dan aku tak mau terjebak sebagai salah satu pasien penderita kekosongan. Yah, malam ini.
.
Bagi pembaca, aku minta maaf. Diriku sudah sedikit berusaha menghias tulisan ini dengan untaian kata -yang kupaksakan untuk di sebut indah- daripada datang kritik berbunyi. "Ah, curhatan !". Sedang aku belum siap menerimanya.
.
Berbicara tentang kesuntukan, penyakit ini bisa disebabkan oleh banyak virus dan bakteri. Dan salah satunya adalah yang sedang kualami sekarang. Yaitu, kekosongan. Kekosonganku malam ini adalah komplikasi dari rasa lapar, stress kecil, dan kantuk yang masih tersimpan sejak kemarin malam. Rupanya, aku belum menyiapkan vaksin untuk bakteri ini. Dan, walhasil. Bakteri kekosongan berhasil menjalar ke seluruh nadi pikiran. Menutup semuanya, dan membuat otakku yang tadinya statis dalam menerima setiap informasi menjadi tertutup. No enter. Terpampang jelas di pintu pikiranku.
Sekarang, pasrah. Sedikit menyalurkan, olahraga jari.
.
Kekosongan, dalam ajaran agamaku - Islam- merupakan salah satu faktor penyebab kerusakan. Entah itu kerusakan mental, moral dan jasmani. Orang yang dilanda kekosongan cenderung lebih mudah terpengaruh oleh faham terserahgueisme. Dan kalau 'faham sesat' ini sudah menjalar, apapun berjalan lancar. Begitupula nalar manusiawi, juga ikut menguap dengan mudah.
.
Dalam ajaran agamaku, kalau sudah kurasakan indikasi terserang penyakit kosong atau faragh (dalam bahasa kedokteran Jiwa). Aku diperintahkan untuk mengisinya dengan sesuatu yang berguna. Atau setidaknya bisa mengalihkan perhatianku dari sesuatu yang buruk -buruk:dalam sesuatu yang umum-.
Sebuah istilah pernah dikutip, "Maa ba'da l faragh illa l fasad". Tiada sesuatu pun setelah kekosongan, kecuali membawa sebuah kerusakan.
Hidup selamanya aktif, bukanlah hidup di sana seandainya tak ada 'kehidupan' itu sendiri. Istirahat ? Yah, bapak-bapak guruku kerap berkata, "Ar Rohatu fil Jannah". Istirahat itu hanya di surga.
Ini indikasi bahwa hidup itu akan selalu aktif.
.
Hidup, bukanlah hidup kalau dibingkai dengan kekosongan. Karena kekosongan, itu hampa. Hampa itu tak berisi. Tak berisi, is nothing. Kalau sudah tak berisi, setan lebih mudah masuk. Hasta karya setan dari kekosongan adalah, Ngaco, Ngawur, Ngeres dan Kesurupan.
Maka turunlah perintah untuk mengisi kekosongan dengan sesuatu yang baik dan berguna. "Fa idza faraghta fa nshab" .Apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).
Begitupula apa yang diwariskan oleh Nabiku Muhammad saw. dalam 5 hal sebelum 5 hal. Aku diperintahkan menggunakan waktu lowongku dengan sesuatu yang berguna.
Maka dari itu, tanpa kusadari. Sudah berapa karakterkah yang kutulis di sini.
Coba estimasi, berapa karakter yang sudah saya hasilkan hanya dalam coretan ini ?
.
.
Silakan merenung, jangan sampai kosong. ;)
Wallahu a'lam.
CMIIW