Pages

25 Dec 2008

Menitipkan Hati


Kemarin malam, mencoba berfikir tentang kematian. Sesuatu yang pernah terbersit dalam jiwa setiap orang. Bahkan sudah sangat dijanjikan.

Tapi, ada hati lain di sana yang tak ingin mendengarkannya. Hati yang putih, menginginkan keabadian. Aku mencoba mengangguk mengiyakan.

Aku berkata dalam diri, kemanakah yang hati lemah ini setelah menjalani kematian ?
Hati menjawab, "Aku akan bersuci..."

Bersuci, yah.. mensucikan hati bukan hanya dengan air dingin nan sejuk. Tapi bisa dengan cambuk api yang panas. Aku sadar, iya. Aku sudah terlalu banyak berdosa.

Sekedar introspeksi. Meniti perjalanan hari.

Untuk hati putih,
Aku tak memiliki banyak hati, hanya satu dalam genggaman.
Sejak pertemuanku denganmu. Aku berusaha menyembunyikan hatiku. Karena dulu, aku juga pernah menitipkannya pada oranglain. Tapi, aku sudah terlanjur tertarik padamu. Aku ragu dengan ketertarikan ini. Hingga aku berpikir untuk pergi. Sekedar menitipkan hati. Entah, pada laci yang mana yang ada pada dirimu. Sekedar menitipkan, boleh kau cicipi. Itupun kalau kau suka.

Nanti suatu saat, kalau kau tertarik. Bilang padaku, kuberikan hatiku.

"Akankah Irsyad tetap mempertahankan cintanya pada Reisha ? Atau dia akan mengikhlaskannya pada Rez yang juga merupakan sahabat akrab Reisha yang juga menyukainya..."

"Ibu, apakah aku harus berkata. Bahwa cinta Reisha padaku begitu kuat, tapi hatiku yang lemah ini tak sanggup mengimbanginya. Haruskah kuberkata bahwa foto gadis itu bukanlah tunanganku, akan tetapi sahabatku... dokterku ? Haruskah ku katakan pada Reisha, bahwa sebenarnya hatiku ini hanya berumur 6 hari ? Haruskah aku katakan itu semua ? " Irsyad tersedu.


*wuiiih, jadi gajelas. =P

(Ini prolog dari sebuah cerita yang berjudul sama)

22 Dec 2008

Kejutan Malam bersama Perut yang Lapar.

Aku beranjak dari kamarku, sejenak coba hirup udara yang semakin dingin dan beku.
Malam belum terlalu larut, tapi bulan sudah berdansa dengan iringan sendu lagu kegelapan. Awan-awan makin kabur, sembunyi untuk bercumbu dengan angin. Di sana, di utara.

Kurentangkan tangan melebar mencoba memeluk udara. Kuresapi setiap denyut hangat angin yang berlomba-lomba tiup tubuh ringkih ini.
Aku sadar, aku terlalu lelah malam ini. Setidaknya aku merasa seluruh persendianku berontak meminta istirahat yang selalu ku abaikan. Dengungan angin di telingaku perlahan diikuti rasa lapar yang sangat menyiksaku.
Aku berkata pada diriku,

"Aku mencintaimu, diriku. Sangat mencintaimu hingga aku sendiri sulit mengungkapkan rasa cintaku".
"Tapi aku mohon, segarlah kau malam ini. Dan biarkan aku selesaikan apa yang mesti kuselesaikan. Dan kau bisa istirahat tenang esok hari"

"Sabarlah sebentar, laparku. Aku tahu keinginanmu, tapi aku belum bisa memberikannya padamu. Tunggulah beberapa saat lagi"

Tak lama berselang, sosok tambun dengan kepala besar tanpa leher (nampak kasar memang) bernama Black Jemsuit Amparatus datang dengan senyuman lebar. Menjinjing plastik hitam berbau harum. Ikan goreng.

Di sisi tangannya yang lain, bungkusan plastik kuning tampak mengembang. Seakan menampung sesuatu yang panas dan berair. Yah, Soup.. Subhanallah.


****

Akhirnya bisa makan ikan sama soup. Hahaha...


*foto diambil dalam keadaan setengah disadari oleh penulis. :P

Memiliki Kehilangan


“Katakanlah tidak akan pernah ada satu musibah yang menimpa kita kecuali telah Allah tetapkan pada kita, dan hanya kepada Allah jualah orang-orang beriman bertawakal.” (at-Taubah: 51)

Kebahagiaan. Semua orang pasti menginginkan kebahagian. Kebahagiaan seseorang seringkali diidentikkan dengan banyak hal-hal baik yang dialami orang tersebut. Namun, sebenarnya orang yang berbahagia adalah orang yang siap menerima keadaan. Baik dan buruknya. Tak banyak orang yang siap menghadapi kemungkinan terburuk dalam hidupnya, padahal hal tersebut sudah jelas akan menimpa dirinya. Tak lain, hanya untuk mencoba dan mengujinya. Karena ini merupakan roda perputaran yang datang silih berganti dalam kehidupan kita.

“Dan masa kejayaan dan kehancuran itu, Kami pergilirkan di antara manusia agar mereka mendapat pelajaran” (Âli 'Imrân: 140)

Setiap orang di dunia ini pasti pernah merasa pahitnya kehilangan hal-hal yang ia cintai. Mulai dari kehilangan barang-barang kecilnya, barang-barang mahalnya, sampai kehilangan orang-orang yang paling ia cintai. Bahkan tidak bisa disangkal, kehilangan adalah salah satu bentuk cobaan yang paling berat. Kita semua pasti tidak asing dengan firman Allah,

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (al-Baqarah: 155).

Merasakan pahitnya kehilangan adalah sebuah peristiwa yang menyakitkan. Karena disebabkan oleh berbagai hal, yaitu rasa sayang yang besar, rasa memiliki yang kuat, usaha yang berat sebelum bisa memiliki hal tersebut, kesan yang dalam bersama hal tersebut dan berbagai macam alasan lainnya. Tidak mudah memang melupakan betapa beratnya merasakan sebuah kehilangan. Yang ada hanya kemarahan, bahkan gerutuan yang secara tidak sengaja terlantur dari bibir kita. Tapi jarang sekali kita berfikir, bahwa mungkin saja Allah sedang menguji dan menegur kita terhadap apa yang pernah kita perbuat. Entah karena rasa sayang begitu besar terhadap hal yang fana hingga kita melupakan-Nya. Seharusnya, kita bisa mengambil hikmah yang bisa dipetik dari peristiwa kehilangan itu. Walau kita tidak bisa pungkiri, bahwa terkadang emosi meluap.

“Menakjubkan urusan seorang mu’min, jika ia mendapatkan ni’mat maka ia bersyukur dan syukur itu sangat baik baginya. Dan jika ia ditimpa musibah maka ia bersabar dan sabar itu sangat baik baginya.” (HR Muslim & Tirmidzi)

Seringkali seseorang yang kehilangan bergumam dalam hatinya,”Mengapa Allah menghendaki hal ini atas diriku?” “Mengapa Allah melakukan hal ini atas diriku?” “Mengapa Allah mengambilnya dariku?” Pertanyaan-pertanyaan seperti itu biasanya secara spontan mengemuka dalam hati seseorang yang baru saja kehilangan. Sesuatu yang barangkali manusiawi. Ya, sangat manusiawi. Namun, seorang mukmin jangan pernah berburuk sangka kepada Allah. Ia harus sadar dan memahami bahwa Allah pasti menghendaki yang terbaik bagi semuanya.

Kita harus bisa bersikap ridha ketika Allah mencabut sesuatu dari dekapan kita. Ridha dengan apapun yang Allah kehendaki merupakan maqâm yang sangat tinggi dalam perjalanan seseorang untuk mendekat kepada Tuhannya. Betapa tidak! Alangkah mulianya seorang hamba yang senantiasa ridha dengan segala yang Allah berikan kepadanya. Dengan segala yang Allah kehendaki atas dirinya.

Mungkin ada beberapa hal penting yang bisa kita petik dari sebuah peristiwa kehilangan yang kita rasakan. Antara lain adalah sebagai ujian ketabahan hati. Karena hal ini bisa semakin mendewasakan kita dalam menghadapi hal yang lebih berat dan sulit. Tapi, Allah tidak akan pernah menimpakan sebuah masalah tanpa jalan keluar.

Yang kedua adalah sebagai pelajaran yang bisa kita petik. Tidaklah Allah menciptakan kehilangan dan musibah melainkan untuk diambil hikmahnya. Kita harus bisa mengintrospeksi diri. Entah karena sebuah kecerobohan, atau lalai. Maka, kita harus semakin banyak memberi perhatian dan mensyukuri apa yang telah Alla titipkan pada kita. Karena semuanya itu adalah milik-Nya dan akan kembali lagi pada-Nya.

Yang ketiga adalah menghapus kesalahan. Jangan terlalu bersedih saat duka datang mendera. Tetaplah bersabar, karena pada saat itu mungkin saja Allah sedang menghapus berbagai kesalahan kita yang pernah kita perbuat lewat sebuah ujian.

Selanjutnya adalah menaikkan derajat kita. Kita belum menjadi orang yang benar-benar kuat sebelum melewati berbagai macam ujian. Begitulah cara Allah meningkatkan derajat kita, ujian atau cobaan yang datang kepada kita adalah suatu ujian yang akan menaikkan “peringkat” kita.

Satu hal yang jangan sampai kita lupakan, kita mesti ingat bahwa syetan adalah musuh abadi manusia. Ia senantiasa membisiki seseorang setelah mengalami kehilangan,”Seandainya kamu tidak kehilangan”. Demikianlah syetan terus menghembus-hembuskan kata-kata “seandainya” dan “andai saja”. Ia mencoba mengajak manusia untuk menentang dan tidak menerima kehendak Allah. Ia suka jika ada seorang manusia yang berburuk sangka kepada tuhannya, atau bahkan mengolok-olok tuhannya. Karenanya, percayalah bahwa Allah tidak akan menguji seorang hambanya melainkan sesuai dengan kemampuan hambanya tersebut. Jadi, percayalah bahwa sebenarnya tidak ada permasalahan yang tidak mungkin kita lewati. Karena itu, Tersenyumlah.

*disarikan dari berbagai sumber

Mutiara; Hanya sebuah Mutiara


Aku masih tergenang bersama rintikan hujan. Aku menyaksikannya.

Sungguh, raut wajah itu. Raut lelah yang bertopang pada kerasnya rahang. Aku sadar, ia pasti bukan orang biasa. Terlihat dari gerak mata awasnya. Tak bisa terbayang, ia lahir dari keluarga miskin. Tak berdaya, tepatnya empat puluh enam tahun yang lalu.

Bujang, terlahir delapan bersaudara. Ia anak ketiga, semua saudaranya lenyap entah kemana. Pergi bersama angin, bertarung untuk hidup. Bukanlah ironi. Ini adalah perjuangan. Kini, yang ada dalam hatinya. Sepasang bola mata jernih anak perempuan hasil pernikahannya dengan Juwita. Sang Istri tegar nan setia. Berkuyup keringat itu adalah kesenangannya. Hidup, mengajarkan mereka untuk saling setia dan percaya.

Selain menghidupi anak dan istrinya. Bujang juga mengemban diri sebagai kakak dari adiknya yang lumpuh. Sebuah cobaan dari kecil hingga dewasa. Tapi, berbeda dengannya. Saudaranya, Burhan. Mempunyai kelebihan. Ia tampan. Dan Bujang sangat bangga dengan adiknya. Kemana-mana ia busungkan dada.

"Inilah adikku, Burhan"

"Ketampanannya merupakan serpihan dari ketampanan Yusuf dari Palestina", ia berbangga.

Pekerjaan sehari-hari Bujang adalah nelayan. Tapi, tak ada yang mengira bahwa ia adalah mantan preman. Orang kuat saat ia di masa digdayanya. Penebar dendam kesumat para pendengkinya. Tapi, lagi-lagi.. Kini ia menjadi manusia biasa. Hidup bersama cahaya mata.

Sedangkan Burhan, lelaki cacat mental. Ia tak bisa apa-apa. Jangankan membaca, bicarapun ia terbata. Sungguh, cobaan hidup membuatnya semakin dewasa. Ia sadar dalam ketidakberdayaannya. Duduk, merenung, berfikir, dan bersyukur menemani harinya. Sejauh perjalanan hidupnya.

"Burhan…! Kau jaga anakmu, jangan sampai ia pergi kemana-mana. Istriku bekerja. Aku ingin pergi ke laut. Mencari bingkai dunia, bekal surga," teriak Bujang kepada adiknya.

"I..i..yy..a, bang!" jawab Burhan terbata.
Begitulah keseharian mantan preman penguasa di pucuk hidupnya. Ia sadar, semakin renta. Ia harus semakin bahagia. Jasad dan jiwanya.

***

"Kau harus menemukan Bujang, kung !" teriak seorang Tambun kepada kawannya.

"Bagaimana aku menemukannya, sedangkan ia menghilang. Tanpa tahu di mana senja menyimpannya," ujar Jangkung.

"Sudahlah, aku dengar. Ia punya adik lelaki cacat jiwa. Aku yakin, adiknya itu lebih berharga dari mutiara yang ada di tangannya," pikir Tambun menyusun rencana.

"Kau culik saja adiknya, biar dia menyerahkan mutiara itu kepada kita. Lantas, dendam membara takkan lama bergelora," tambahnya.

"Baiklah, aku segera mencarinya dan membawanya ke hadapanmu," angguk Jangkung kepada tuannya.

***

Bujang murka tak kentara. Disaksikannya rumahnya porak poranda. Anak istrinya terisak di sana. Tak pula ditemukannya keberadaan adiknya.

"Burhan di bawa mereka…" isak istrinya.

"Aku sudah tahu, pasti ini ulah Tambun," gumam Bujang

Dendam itu. Ya, dendam itu. Aku juga menyaksikannya. Masih di bawah gerimis saat itu. Tatkala Bujang dan Tambun mengikat diri untuk bersaudara. Keduanya selalu bersama. Tapi harta. Lagi-lagi harta. Memberaikan keduanya. Hanya sebutir mutiara yang didapati keduanya. Teronggok di mulut kerang menganga. Indah, seakan menyala.

Bujang, sebagai yang terkuat. Dialah sang pemenang. Dan mendapatkannya. Tambun hanya termangu, kesumat dalam dadanya.
"Enyahlah kau Bujang, pergi bersama senja !"

***
"Tambun !" teriak Bujang menggema.

"Di mana kau sekap adikku ?"

"Hhahahaha…. Bujang…Bujang.." tawa Tambun tak kalah membahana.

"Ternyata, kau lebih mementingkan adikmu daripada sebiji mutiara."
"Tapi, aku lebih kecewa. Kita dulu sepakat bersaudara. Dan kau lebih memilih harta."

"Itu dulu, Tambun. Saat aku hidup, memanjakan dosa !"

"Sudahlah, serahkan mutiara itu. Dan kulepaskan adikmu ini." gertak Tambun.

"Lepaskan dulu, dia. Baru kau bisa menikmati kilauan mutiara," tak kalah Bujang lantang.

"Sudahlah.. pergi sana ! Pemuda Nestapa !" usir Tambun.

Terseok, Burhan pergi. Mendapati kakaknya. Berpelukan. Dan Bujang berbisik.
"Berjalanlah lurus, jangan pernah berpaling. Hidupku takkan lama. Jagalah kakak dan anakmu,"

"A..aa.. aku tak mengerti maksudmu, Abang," tanya Burhan

"Sudahlah, kau ikuti saja perintahku."

Menunduk, hampir jatuh. Burhan melepaskan pelukan kakaknya. Entahlah, air mata di pipinya asin dan memanas.

Ia menghilang, lurus berjalan.

Terpingkal Tambun menyaksikan. Ia terbahak, lama.

"Bedebah, keparat !!!" teriak Bujang.

Ia menelan mutiara itu. Mutiara kehidupan. Wajar saja mereka memperebutkannya. Itulah Ratu Para Mutiara.

Pergumulan dimulai. Tak ditemui keheningan. Rerumputan ikut bersorak, mengiringi mereke berjibaku. Berbalas pukul dan sepak.
Hingga satu tikaman. Tikaman kematian.

Bujang ambruk dengan perut memburai. Tambun terduduk. Ia juga terluka. Tapi, luka di hatinya lebih parah. Ternyata, tikaman Jangkung juga telak mendarat di hatinya.

Keduanya tewas, di bawah kaki seorang Jangkung yang tertawa.

"Hhahahah.. persaudaraan akhirnya berakhir dengan pertempuran maut. Hanya sebuah Mutiara." ia tertawa.

"Kau Tambun, jangan pernah percaya sekutu dalam kejahatan. Kalau bukan dirimu yang lebih dahulu membunuhku, kau pasti orang pertama yang binasa di antara kita,"

"Kau Bujang, persaudaraan hanya kau hargai sebiji mutiara. Baru kau rasa, mutiara hanya sekedar biji mata laut. Pasti akan fana."

***
Telaten. Jangkung menyusuri setiap lengkungan usus. Dibedahnya perut Bujang. Mengeluarkan isinya, dan membiarkan paru-paru merah tua kembang kempis di dalamnya.
Menyisit, mengupas tiap ruas usus panas. Sekedar untuk menemukan sebiji mutiara.
Darah hangat kental di tangannya. Membuatnya tertawa.

Dan ia tertawa, aku menyaksikannya di bawah hujan. Masih di sini. Tergenang bersama jenak.

***
Jlek ! Mati lampu kamarku.
Kini, aku tak bisa lagi membaca.
Buku cerita tua yang kudapati di pasar Azbakiya, ternyata isinya sangat membosankan. Aku sangat tidak menikmatinya. Tidak seperti novel-novel teenlit lainnya.

"Uuuuh.. membosankan !" aku melempar buku cerita tadi ke rak. Seperti biasa.

Ah, aku ingin tidur. Memang, di bawah hujan ini enaknya tidur. Nanti malam aku ingin begadang menonton bola.

Masih di bawah hujan. Dan aku masih di sini. Tergenang. Sudahlah, aku lupakan saja.

Azbakiya= Pasar buku loakan sekitar Attaba, Kairo.

Menjadikan Hidup Lebih Indah

Cape deeeeeh.. *gambar

Judul yang saya kira bukan hiperbola. Kehidupan memang sudah indah, tapi terkadang kita lupa akan keindahannya. Kita cenderung melihat kepada sisi yang pecah dari sebuah kaca. Dan melupakan sisi utuh yang lainnya.

Mengingat filsafat jerawat di wajah. :P
Kita terkadang hanya terfokuskan pada setitik jerawat di wajah. Dan melupakan bagian wajah yang lain yang masih utuh. Dan karena setitik jerawat tersebut, dunia seakan hampir berakhir. Orang-orang seakan ga ada yang sudi melihat wajah kita.
Apa kata dunia ???

Berikut sedikit saya spoilerkan postingan orang laen (saya lupa ngambil dari mana :P). Yang jelas ini bukan dari saya.

just a reminder...in case we've forgotten ^_^

cheersz

TIPS untuk Hidup lebih baik

1. Berjalanlah 10-30 menit setiap hari.
Dan saat berjalan, tersenyumlah. =)
Itu adalah kunci anti depresi yang paling baik.

2. Duduk dan merefleksikan diri dalam keheningan minimal 10 menit setiap hari.

3. Jangan tidur larut malam.

4. Ketika bangun di pagi hari, lengkapi dan ucapkan pernyataan ini " tujuan saya hari ini adalah..."

5. Hidup dengan 3 hal : energi, antusias, dan empati.

6. Bacalah buku lebih banyak dari tahun ke tahun.

7. Ambillah waktu untuk berdoa, berlatih meditasi, yoga, dan tai chi .
Hal-hal tersebut memberikan
kita energi setiap hari dalam kehidupan kita yang sibuk.

8. Sering luangkan waktu bersama orang-orang yang berusia diatas 70 tahun dan dibawah 6 tahun.

9. Bermimpilah bahkan ketika kamu sudah terbangun.
Mimpi diikuti kerja keras dapat
menjadi kenyataan.

10. Lebih banyak makan makanan yang tumbuh pada pohon dan tanaman, kurangi makan makanan yang dihasilkan di pabrik.

11. Minum banyak air putih.

12. Buatlah sedikitnya 3 orang tertawa setiap hari.

13. Bersihkan kekacauan di rumah-mu, mobil-mu, meja-mu dan biarkan energi baru
mengalir didalam hidup-mu.

14. Jangan buang energi-mu yang berharga untuk gosip, memikirkan hal-hal dimasa lampau, pemikiran yang negatif atau hal-hal yang tidak bisa kau kendalikan.
Sebaliknya, investasikan energi-mu di masa sekarang dengan penuh sikap positif.

15. Menyadari bahwa hidup adalah "sekolah", dan kamu ada didalam hidup untuk belajar.
Masalah adalah bagian sederhana yang muncul dan menghilang dalam kurikulum, seperti pelajaran matematika; tetapi yang kau pelajari akan berguna seumur hidup.

16. Tersenyum dan tertawa lebih banyak.
Itu akan mengusir energi "vampir" dalam dirimu.

17. Hidup terlalu singkat untuk dihabiskan dengan membenci orang lain.

18. Jangan memperlakukan dirimu terlalu serius.
Tak seorangpun mau memperlakukan
dirinya terlalu serius.

19. Kau tidak harus menang dalam setiap perdebatan, yang ada hanya setuju menjadi tidak setuju dan sebaliknya.

20. Berdamailah dengan masa lalu-mu sehingga hal itu tidak merusak masa sekarang.

21. Jangan bandingkan hidupmu dengan hidup orang lain.
Kamupun juga tidak tahu perjalanan
hidup mereka seperti apa.

22. Tak seorangpun bertanggung jawab terhadap kebahagiaanmu kecuali dirimu sendiri.

23. Apa yang orang lain pikirkan tentangmu bukan-lah urusanmu.

24. Sejelek atau sebaik apapun sebuah keadaan, itu akan berubah.

25. Pekerjaan tidak akan merawatmu ketika kamu sakit.
Teman-lah yang bisa merawatmu.
Tetaplah menjalin hubungan baik dengan teman-temanmu.

26. Bebaskan dirimu dari segala sesuatu yang tidak berguna, buruk dan menyedihkan.

27. Cemburu dan tamak membuang-buang waktu.
Kamu sudah memiliki semua yang kamu butuhkan.

28. Apapun yang kamu rasakan; bangun, berpakaian dan tunjukan dirimu.

29. Sering menelpon dan bertemu dengan keluargamu.
Bahkan hanya menulis email atau sms
" Hi, aku memikirkanmu"

30. Setiap malam sebelum pergi tidur, lengkapi dan ucapkan kalimat berikut
" Saya bersyukur untuk...... Hari ini saya dapat melakukan ......"

31. Ingatlah bahwa kamu sangat diberkati sehingga tidak pantas untuk dirimu menjadi stress.

32. Nikmatilah perjalanan hidup ini.
Ingatlah ini bukan dunia Disney dan tentu saja kamu tidak m
enginginkan hidup ini cepat berlalu.
Perjalanan hidupmu hanya sekali, jadi pergunakanlah dengan baik-baik dan maksimal, nikmatilah perjalanannya.

semoga masalahmu berkurang, semoga berkatmu bertambah
Semoga hanya kebahagiaan yang datang melewati "pintumu"



Thanks and Warmest Regards

11 Dec 2008

Manusia Biasa

Aku hanya manusia biasa
Terkadang nyata
Terkadang maya
Kau boleh anggap aku buta
Kau juga boleh anggap aku perkasa

Tapi, aku masih manusia biasa

Kau meminta dariku cinta
Kuberi
Kau meminta dariku menjadi 'mereka'
Aku berusaha
Tapi, pahamilah
Aku hanya manusia biasa

Aku akan terus berusaha memahamimu
Aku akan terus mengerti jalan pikiranmu
Aku takkan pernah meminta kau memahamiku
Aku takkan pernah meminta kau mengerti jalan pikiranku

Sudahlah,
Tuliskan permintaanmu pada langit
Biar kau di beri malaikat yang kau pinta
Tapi, kau harus ingat...
Aku manusia biasa
Yang mencoba jadi 'mereka'

Pejamkan matamu,
Dan bila ku diberi kesempatan
Akan ku mulai dari apa yang telah aku tinggalkan
Aku akan terus mencoba,
Menjadi seperti apa yang kau pinta

-sajak ini mentah

bisakah kucoba sekali lagi, kalau kali ini gagal.. aku boleh GAME OVER.

13 Nov 2008

Perempuan Kedua

Dua, ternyata tak selamanya bisa menggenapi*.
Dua, ternyata tak selamanya bisa menutupi.
Dan dua, ternyata bukan hanya dari satu. (1)

Aku, Reisha. Lahir 21 tahun yang lalu. Di kala ibuku merejang sendirian. Dalam sebuah kesunyian malam. Hanya dihentikan oleh letupan tangisanku. Merah.

Kenyataan harus menyadarkanku bahwa aku dibesarkan oleh seorang ibu tanpa ayah. Aku tak ingin menangisinya walau bulir air mata menetes pelan menyapu pipi semuku. Dan aku tak pernah sekalipun bertanya. Sampai aku berfikir, aku hanya buah tangan dari surga kepada ibuku. Seperti Isa. Tak ada perasaan kecewa, karena aku bahagia masih mempunyai seorang ibu yang sabar membesarkanku. Sendirian, tanpa ayah yang katanya mencari usaha di sebrang sana. Hingga aku remaja. Hijau.

Alhamdulillah ! Segala puji bagi-Nya. Aku kini bekerja, menghidupi diri dan ibuku yang kian renta. Jari jemari beliau kini berpetakan keriput. Terkadang, kucubit tangan beliau saat bercanda. Kulit lemah itu berkumpul, lambat merekah. Tak sesegar dulu. Duhai ibu... Coklat.

Dia kaya, tampan dan gagah. Aku belum pernah merasakan suka, entahlah aku menyebutnya. Yang jelas, aku merasa betah bersamanya. Aku merasakan ketergantungan dengannya. Aku melupakan dunia dan isinya. Pandangan matanya membuatku kadang tergila-gila. Jujur aku ungkapkan. Aku suka dengannya. Dan dalam mimpiku, dialah malaikat yang dituturkan untuk hidup mengukir masa bersamaku. Oranye.

Tapi, kini. Abu-abu datang. Dia yang kuanggap sang Pangeran gagah ternyata membuatku bisu. Dia yang pernah membawaku hidup bersama mimpi beriringan menuju cakrawala. Melupakan semua dunia dan pasirnya. Melupakan bahwa kami tak hanya hidup berdua. Ternyata hanya seorang lelaki lemah rentan birahi. Oh, ibu... aku tak ingin menjadi abu-abu. Kembalikan biruku...

Aku tergugu dalam tangisan panjang. Sebuah penyesalan telah mengikuti nafsu. Dan kini malaikat itu meninggalkanku. Aku ingin membiru. Tapi yang kudapati hanya hitam. Tanpa cahaya. Hitam bersama pekat daging kecil dalam rahimku. Tanpa restu. Hitam.

Ya Allah, aku lama meninggalkanmu dalam jenakku. Aku lupa bahwa Engkau akan selalu berada di sisiku. Aku mohon, hapuslah hitamku. Putihkan aku.

Orang itu. Ya, Ridwan aku menyebutnya. Lelaki setia. Pertemuanku dengannya diawali dengan tundukkan kepala. Tatapan mata sopannya membuatku terpana. Wajah tanpa kerut, sedikit janggut hitam di dagunya. Dan bercak jernih terpancar di hatinya. Aku hampir lupa. Dialah yang menemukanku dalam durjana. Dialah yang menarikku dari sumur tua seperti Yusuf yang dibuang saudara-saudaranya. Dialah lelaki yang harus kutemani hidupnya. Tapi, aku bukanlah yang pertama di hatinya. Akulah perempuan kedua. Perempuan merah muda.

Kak Rafifa. Aku menyebutnya. Sang perdana. Sang sabar. Selalu tersenyum berbingkai jilbabnya. Tapi aku percaya ia menangis dalam hatinya. Allah, kuatkan jiwanya.
Aku berkata padanya.
"Ka, mengapa kau menerimaku sebagai nila dalam kehidupan kalian?"

"Engkaulah berkah, bersamamulah kehidupannya. Dan aku mencintainya seperti kau menyukainya. Aku rela berbagi hidupnya bersamamu. Karena aku sangat mencintainya. Apapun yang membuatnya bahagia, akulah ma'mumnya."

"Duhai kakak, betapa teganya dirimu membohongi hatimu ? Bukankah cinta itu tak bisa kau bagi menjadi dua ?" aku hampir tercekat dalam tanyaku.

"Dik Reisha, cintaku sesungguhnya hanya satu. Hanya kepada-Nya. Dan hidupku bersamanya adalah mensyukuri apa yang telah diberikan-Nya padaku dengannya. Dan aku menghormati caramu mencintainya."

Aku tak percaya, aku ingin lebih tahu. Apakah aku diterima sebagai perempuan kedua.

"Ka Ridwan, mengapa kau mengecewakan dia ? Mengapa kau menduakan cintanya?"

"Aku tak menduakan cinta siapapun. Dan aku takkan mengecewakan siapapun. Yang ada adalah, aku mencintai kau dan dirinya. Dan aku akan berusaha sebaik-baiknya menghidupimu juga dirinya. Sebaik-baiknya keluarga adalah keluarga yang saling percaya."

"Mengapa kau jadikan aku yang kedua?"

"Kau bukanlah yang kedua, tak pula yang pertama. Karena cinta sejati takkan pernah bisa terhitung dengan angka."

Aku lelah, dan pasrah. Hanya ingin diri ini. Hidup dan bahagia bersama mereka. Secerah pagi ini. Di saat kami berkumpul bersama, tergelak dalam canda tawa bahagia. Biarkan mentari iri karena kesendiriannya. Biarkan kami menikmati cahayanya. Kuning.

*dari melia ajani. rainbow.

4 Nov 2008

Antara Marhalah, Aku dan Senioritas

"Secara pribadi, saya merasa kurang setuju dengan adanya pembentukan marhalah-marhalah dalam kehidupan keluarga besar kita, Keluarga Besar IKPM Cabang Kairo. Karena hal ini hanya mengakibatkan adanya sekat-sekat dalam pergaulan sesama mahasiswa yang (rata-rata: tambahan dari penulis) sudah dewasa."

Sebuah ungkapan ironi di atas, sengaja saya tulis dan saya tanggapi berhubung saya belum ada kerjaan.

Sebelum memulai pembedahan, saya ingin memberikan apresiasi besar bagi teman-teman marhalah yang sudah berjuang keras memikirkan orang lain ketimbang dirinya sendiri. Entah itu dari Nozha, Tanafuz, Imtiyaz, Muntaza sampai Syuyukh sekalipun.

Ungkapan di atas menggambarkan sebuah pesan pribadi seorang anak manusia (ungkapan sopan) yang merasa keberatan dengan adanya ungkapan marhalah dalam kehidupan bersama di dalam organisasi Ikatan Keluarga Pondok Modern Cabang Kairo. Beliau beralasan bahwa, marhalah hanya akan memberikan peluang untuk memecah belah persatuan dan kebersamaan dalam keluarga alumni Pondok Modern Darussalam Gontor. Dan marhalah adalah sebab utama munculnya sifat senioritas berbau ke-akuan.

Ungkapan berbingkai "pribadi" di atas, menurut yang saya kutip dari buku How to be a Narcism karangan Irfan Howarf pada halaman 231. Menunjukan perasaan pribadi dari orang yang menyatakannya. Dan secara general-nya belum tentu mewakili pesan-pesan dari orang lain yang mungkin sependapat.

Pokok permasalahan sebenarnya terdapat pada marhalah, pribadi kita dan sifat senioritas yang sangat kental pada zaman Orba. Nah, dari sini. Penulis mengajak para pembaca untuk pertama-tama mengenal apa itu marhalah ? Apa itu pribadi kita ? Dan apa itu senioritas ? Baru setelahnya kita mencoba mengambil benang kusut hitam untuk menyatukannya bersama jarum. Hingga, sobekan ini bisa kita jahit dan kita perbaiki.

Marhalah, bagi yang pernah mengenyam pendidikan pesantren pada umumnya bukanlah hal yang asing. Marhalah, berasal dari kata Ra Ha La dalam bahasa arab. Marhalah ini sendiri mempunyai arti derajat, phase, tingkatan
(seperti yang penulis kutip dari kamus Krapyak Al-Ashriy halaman 1685 induk kata –maraha-). Jadi, marhalah ini dalam penggunaannya oleh para santri ( dikutip dari buku Psikologi Sotoyisme karangan Dr. Irfan Abu Zayd halaman 331) merupakan suatu ikatan persaudaraan atau persahabatan bagi anak-anak atau santri yang kebetulan menduduki derajat atau tingkatan pendidikan yang sama dalam sebuah lembaga pendidikan. Tujuan dibentuknya marhalah ini pada dasarnya bukanlah untuk menimbulkan kesenjangan antara pribadi siswa, akan tetapi untuk memacu mereka agar lebih bersemangat dalam belajar. Mengajarkan kepada siswa untuk malu apabila tertinggal oleh teman-temannya yang seangkatan apabila dia tidak bersungguh-sungguh dalam belajar. Juga menumbuhkan jiwa tasabuq ilal khair. Akan tetapi ada beberapa kalangan yang salah dalam menafsirkan kata tasabuq di sini.

Kalau seperti kita ketahui di Pondok yang kita cintai terdapat 6 buah marhalah beranak. Walau kini, identitas kemarhalahan tersebut dicoba untuk dihapus akan tetapi sampai sekarang belum menunjukkan hasil yang memuaskan (dikutip dari Koran TEMPOHARI edisi OXBVI halaman 34).

Setelah kita mulai mengerti apa itu marhalah, kita mencoba beranjak perlahan memahami pribadi dan tipikal masing-masing. Dalam hal ini, akan saya persempit hanya menjadi anggota IKPM saja.

Tipologi anggota IKPM pada umumnya sama seperti mahasiswa-mahasiswa yang lainnya. Akan tetapi setelah diadakan sensus oleh Badan Sensus Provinsi Nasr Jauh, ditemukan beberapa tipologi mahasiswa anggota IKPM yang berbeda dari teman-teman masisir lainnya. Dan tipikal ini sangat kental mendarah daging. Tipikal pendiam dan menutup diri. Dan tipikal ini biasanya hanya bisa bergaul dengan orang-orang yang pernah dekat dengannya. (hasil sensus BSPNJ tahun 2008).

Nah, kalau anda merasa bertipikal seperti ini. Cepat-cepatlah merubah diri, karena dunia itu tidak sempit. Dan orang-orang yang tinggal di dalamnya bukan hanya teman anda saja. (dikutip dari buku kata Mutiara karya Kahlil Irfan cet.1988 hal. 97).

Setelah mencocokkan antara Marhalah dan Pribadi kita, mari kita sejenak memahami apa definisi dari ungkapan senioritas. Dari beberapa definisi yang ditemukan penulis setelah melakukan browsing di Google.co.id dengan menggunakan kata kunci definisi senioritas, ada beberapa hal yang harus di garis bawahi. Bahwa, senioritas secara etimologi berasal dari kata senior. Istilah senior dan yunior adalah hal-hal yang berkaitan dengan umur,tingkat pendidikan,wawasan,jabatan dan sebagainya.Kata ini sering sekali menjadi belenggu dan dilema yang membatasi seseorang untuk bergerak maju. Sedangkan pengertian bebasnya sering diartikan pemberian keistimewaan kepada yang lebih tua dalam berbagai hal dikarenakan karakter orang yang lebih tua biasanya lebih bijak, lebih berpengalaman dan berwawasan luas. Walaupun sebenarnya kondisi yang ideal mengenai senioritas terjadi ketika yang muda (junior) menghormati yang tua (senior) dan yang tua (senior) menghargai yang muda (junior). Kedua hubungan ini harus terjadi pada saat yang bersamaan. Tidak mungkin terjadi penghormatan kepada yang tua ketika yang muda merasa tidak dihargai oleh yang tua. Begitu juga sebaliknya, yang tua juga tidak akan menghargai yang muda ketika yang muda tidak menghormati yang tua. Sedangkan, syndrom senioritas sendiri adalah kondisi yang dirasakan oleh orang yang lebih tua, dimana dia ingin dan merasa pantas dihormati karena eksistensinya yang lebih dulu dari yang muda, tanpa peduli apapun.

Seperti yang kita kupas di atas, secara garis besar. Ungkapan senioritas terkadang membawa pesan positif tatkala ditempatkan pada tempat yang benar, dan juga membawa akibat negative apabila tidak ditempatkan pada posisi yang benar.

Setelah berhasil mengupas semua dari ungkapan marhalah, aku dan senioritas. Marilah kita berbesar hati untuk mencoba memahami hakikat mengapa di bentuknya marhalah dalam kehidupan kita sebagai mahasiswa yang juga anggota IKPM.

Pada dasarnya, kehidupan ke-marhalahan di Mesir ini berbeda jauh dengan kehidupan marhalah seperti di Pondok dulu. Di Mesir ini, kita bisa lebih bebas bagi yang merasa junior dan lebih akrab bagi yang senior. Coba kita bayangkan, tidak adanya marhalah. Maka secara pasti tidak akan kita rasakan harmonisasi kehidupan dan kegiatan. Dengan adanya marhalah, masing-masing saling berlomba untuk maju dalam kebaikan tanpa melupakan untuk saling tolong menolong antara yang satu dengan yang lain. Antara yang senior dan juga junior.

Tujuan dibentuknya marhalah oleh IKPM Cab. Kairo ini adalah untuk menfasilitasi belajar bersama sesama angkatan kedatangan. Begitu seperti yang dilansir oleh Majalah Cukruwulu saat berkesempatan mewawancarai Ketua IKPM Cab. Kairo terpilih, Jamil Abdul Latif.

Dengan itu, lebih mempermudah upaya pengklasifikasian anggota. Dan memberikan tanggung jawab kepada masing-masing ketua angkatan untuk bisa mengayominya.

Kita merunut kepada istilah senioritas. Pada hakikatnya, senioritas sudah ada sejak zaman dahulu dalam kehidupan ke mahasiswaan. Akan tetapi, yang kita soroti di sini bukanlah senioritas semena-mena melainkan sinergi antara sang junior yang menghormati senior dan senior yang menghargai juniornya. Dan itu pasti hanya akan terwujud apabila ada ke-marhalahan.

Menurut hasil jajak pendapat anggota marhalah yang pernah diwawancarai penulis secara tertutup, mereka menyatakan tidak ada masalah dalam hal senioritas. Selama mereka bisa menempatkan diri dengan baik dan benar. Karena, yang menjadi masalah bukanlah pada system (marhalah) dan rambu (senioritas). Akan tetapi, pada pribadi masing-masing. Bagaimana dia bisa memasuki semua jenis kalangan dan semua tingkatan hingga dia bisa bergaul dengan luwes dan akrab untuk semua marhalah.

Nah, kesimpulannya terdapat pada pernyataan terakhir. Kita tidak perlu merusak system dan rambu yang sudah ada. Karena, dengan merusaknya belum tentu kita bisa mendapatkan hasil yang baik. Maka, hendaknya kita berusaha untuk terus mengintrospeksi diri. Bagaimanakah kita sudah menempatkan diri kita diantara marhalah-marhalah yang ada ? Bagaimanakah kita menyikapi rambu-rambu senioritas dengan dewasa ?

Jawabannya ada pada diri anda sendiri.

Demikian, mohon maaf apabila ada hal yang kurang dimengerti atau menyinggung di hati. Semua ini dikarenakan oleh pemahaman saya yang terlalu tinggi dan kemampuan kalian yang terbatas dalam memahami ungkapan saya. (dikutip dari buku How to Be A Narcism hal. 445).

*Don tray dis et hom, danjer !

16 Oct 2008

Anak-anak Hujan





Pemuda itu, tegap. Dengan rambut ikal yang enggan ia sisir. Duduk menekuri tuts-tust di hadapannya. Mata berkantungnya terkesiap tatkala diksi-diksi indah ia temukan. Tatkala ia berhasil terbang dalam keindahan prosa-prosa natural perasaan.
Ia sangat menyukai hujan, sama seperti kedua saudaranya. Sebuah pemberian yang akhirnya membuatnya bisa menebak apa yang akan terjadi nanti. Pemberian sang Maha Esa. Sebuah takdir tertanam bersama cincin yang terikat pada jari manisnya. Dengan cincin itu ia bisa pergi kemana saja, kemana ia menginginkan dengan sekejap. Ia hadir bersama rintik dan terbangnya dedaunan. Tertunduk, selalu tertunduk. Bersama senyuman, seorang Lelaki Hujan.


Gadis muda itu ceria, selalu terlihat bahagia. Rambut lurus indahnya tertutup rapi oleh sehelai kain mulia. Bertemankan seekor kucing putih yang selalu ia belai tatkala embun terlahir ke dunia. Ia cantik, gadis putih orang memanggilnya. Dengan sayap yang kadang merekah, ia bisa menggerakkan semua benda langit. Sebuah keajaiban dari-Nya. Tapi, ia terlalu banyak memiliki kehilangan. Hingga kadang kala berontak. Dan kali ini, ia berdiri di tengah hujan. Mencoba berlari, menggerakkan gumpalan awan hitam dari hidupnya. Gadis Putih.


Seorang remaja, yang terpisahkan dari kehidupan remajanya. Di saat orang lain berbahagia dengan masa mereka, ia hanya terpekur. Terluka oleh beberapa sayatan kehidupan. Tapi, luka itu kini mengering. Ia mencoba membiarkan rasa itu pergi dengan angin. Angin yang datang sebelum hujan.
Harmoni tetesan hujan jatuh, beradu dengan simfoni harmonika yang selalu ia bawa. Harmonika yang membuatnya bisa memainkan perasaan orang lain. Hingga ia bisa berbicara pada sosok yang tak bisa terlihat. Ia selalu hadir saat awan gelap, dan angin menari. Sesosok Panah Hujan.

Mereka adalah Anak-anak hujan yang mencoba menghiasi dunia dengan pelangi. Sebuah pelangi yang abadi. Keindahan penciptaan Tuhan. Sang Lelaki Hujan dengan kemampuannya berpindah tempat, mencoba mencari kesedihan di pelosok belahan dunia untuk berbagi kebahagiaan. Dan Gadis putih dengan kemampuannya menggerakkan awan dan bulan, mencoba memberikan penerangan bagi dunia tentang keindahan hidup. Lalu, Panah Hujan dengan harmonika yang selalu ia bawa. Meniupkan harmoni yang menyegarkan kusamnya dunia. Mereka anak-anak yang pernah terluka. Tapi hadir bersama hujan. Menyuburkan perdamaian dan menanamkan pundi kehidupan. Bahwa kehidupan terlalu sempit untuk dilalui dengan kesedihan.

13 Oct 2008

Gadis Putih


"Aku ingin melukis dunia dengan warna. Tapi yang kutemukan hanya putih. Pucat dan ketakutan. Tak ada goresan karena tak ada keberanian. Seperti keberanianku untuk merasa memilikimu"

Kamis ini, semilir angin beserta tarian dedaunan menghiasi hariku. Tergolek di luar sana, jasminum sambac hampir layu mengharap hujan. Awan berderek bergerombol tiba. Dari putih seketika menghitam.

Hitam. Sebuah representasi ketidakhadiran cahaya. Seperti hari-hariku yang berlalu sejak aku berani mengenal rindu. Mencicipi rasa. Entah itu rasa apa. Aku terlalu malu. Aku terlalu menjauh. Mengharap dan mengulur. Tapi tak mengurai. Aku tetap beku.
Beku berselimut kegelapan. Pada mata, juga pada hati. Aku tertutup. Tak berani merasa.

Sejak aku mengenalnya. Seperti saat ini. Saat menjelang hujan. Dia tiba. Dan pergi tergenang. Walau sebentar aku menari dibawah lantunan hujan bersamanya. Aku terdiam dan malu. Disaat lain, hatiku menyanyi riang banggakan kehadiranku di dunia. Karena aku bisa merasa, merasakan hal itu. Entah apa aku menyebutnya. Tapi, aku bahagia. Karena mata itu, mata yang tajam dan indah. Tatapan yang sedikit demi sedikit mengurai keberanianku menatap, sebagaimana aku menatap pelangi setelah hujan.

Hari ini. Sebuah pengharapan berpadu rindu. Sangat dekat. Ibarat rindu mengepal di jari manisku dan pengharapan di kelingkingku. Terjebak jarak dan waktu. Entah. Aku hanya bisa menunggu. Menunggu dengan resah. Keraguan, karena aku wanita. Karena aku tak bisa memulai untuk mengungkap. Dan aku malu pada awan.

Dia yang tak pernah lepas dari pikiranku. Menggerayang semua imajinasi indah. Semua keindahan yang belum berani untuk ku ungkap. Sesosok lelaki, di bawah hujan berdiri tegap. Pancarkan energi suci untuk bisa merindunya. Kekuatan besar yang datang saat ku tidur. Saat ku lelah. Saat ku sedih. Membuatku tersenyum. Lelaki tampan di mataku. Yang selalu hadir dari utara. Bersama arak-arakan awan hitam dan hembusan angin. Berjalan dalam tuntunan hujan. Bertahtakan serat-serat halus ikal rambutnya. Tegap tapi tak angkuh. Dan aku kembali menuliskan bahwa ini rindu.

Aku tak sempat berpikir mengapa aku bisa merindunya. Aku tak sempat berpikir, mengapa aku merasakan hal ini secepat ini. Mengapa simpati ini tiba saat aku dahaga.
Sejak pertemuan singkat. Aku menjemputnya dari sebuah lingkaran yang menjebaknya. Sebuah bayangan gelap. Beruang dan tak bertepi tanpa ujung batas. Sebuah ironi akan kehidupan. Membuatku paham, bahwa kehidupan tak hanya bisa terlihat indah dalam teropong keindahan.

Lelaki itu, kumerindunya. Rindu saatnya bertutur, bahwa hidup adalah sebuah perjuangan. Yang akhirnya ia sendiri, gugur. Jatuh, mati dalam sebuah kehidupan.

Ruang kamar ini. Senyap. Kutatap tabung aquarium bulat. Makhluk kecil indah bersisik dan bermata besar meliuk. Terbang dalam air. Bertanya padaku. Pada mataku yang tak bisa berbohong. Bahwa aku dalam kesedihan dan siksa.
"Adakah seseorang yang kau harap hadirnya ?"
"Iya, seseorang yang menggelayut dalam hatiku. Untuk selanjutnya mengakar dan melumpuhkan ide serta nalarku. Seseorang yang sangat kurindu"

"Tataplah hujan, bersama tetesannya. Kau akan menemukannya"

Aku beranjak,
"Benarkah ?"

"Ia di sana. Di gerbang tempat ia mengemis sebuah harapan. Tempat ia mengais sebuah asa. Gerbang terbuka. Yang kau akan membukanya bersama cinta"

Ia ada. Ia hadir. Dan aku bergembira !!!

Oh, tidak. Ia bersinar dalam kegelapan. Ia terang dalam pekat. Sebuah cahaya di bawah guyuran hujan. Sebuah penantian yang kini tiba.
Tatapannya. Tatapan mesra. Tatapan tajam bersimpati. Di balik pagar rumah putih ini. Di balik sebuah ironi akan kasih yang tak sampai. Kasih yang terpagar.

Aku balas menatapnya. Dengan binar. Binar yang kujemput dengan air mata. Sebuah kebahagiaan.

Aku berseru padanya dari dalam hati.
"Duhai yang kurindu, tak kusesali rindu berbuah ini. Biarkan buahnya ranum. Dan daun rindangnya berguguran. Aku bahagia."

"Aku mengerti keinginanmu. Tunggu aku di sana. Di pucuk harapan."
Telunjukku melentik tajam pada sebuah tujuan. Sebuah kebahagiaan.

Tapi, ia menghilang. Ia lenyap bersama segukan. Ia raib membawa harapan.
Tak alang aku kehilangan pijakan. Ku berlari. Aku berlari mengejarnya.
Aku menyesal, mengapa perasaan ini tidak kuungkapkan. Apa karena kau lelaki dan aku wanita. Kau memberi dan aku penerima.
Aku merutuk. Mengapa aku lebih menikmati diriku dalam jeratan norma. Norma tabiat wanita yang cenderung menunggu. Menunggu ungkapan perasaan. Penuh resiko dan dilema.

Dalam jenak aku berfikir. Apa hanya aku yang merasakan perasaan ini ?
Mengapa aku selalu dibatasi dinding waktu untuk bertemu dengannya. Tidakkah ia merasa seperti yang aku rasa ?

Aku menyusulnya. Entah kemana. Aku hanyutkan diriku bersama harapan. Bersama payung. Aku takkan menggunakan payung ini tanpanya. Karena payung ini hanya untukku dan untuknya.

Yakin berbisik dalam hati. Bersama payung yang terbuka ini. Terbuka dan berbisik isi hati. Isi yang belum terperas. Perasaan yang tersembunyi bukanlah tak tersampaikan, tapi ia mengendap. Untuk selanjutnya berbuah atau bahkan membusuk.

I don't know you
But I want you
All the more for that
Words fall through me
And always fool me
And I can't react
And games that never amount
To more than they're meant
Will play themselves out

Falling slowly, eyes that know me
And I can't go back
Moods that take me and erase me
And I'm painted black
You have suffered enough
And warred with yourself
It's time that you won

Take this sinking boat and point it home
We've still got time
Raise your hopeful voice you had a choice
You've made it now
Falling slowly sing your melody
I'll sing along


Dalam tirai hujan. Aku mencari, memilah jalan yang mana yang akan aku tuju. Bersama air mata bercampur hujan. Air mata penyesalan. Sebuah ungkapan yang tertahan. Tercekat bersama nafas yang pelan. Hingga tiba di lereng hijau. Tertancap tugu putih, lambang dari sebuah cinta. Tegap, tinggi, putih bersih karena selalu tersapu hujan.

Ia tertegun disana. Aku menemukannya. Dan payung ini masih terbuka.
Biarlah hujan jatuh. Dan aku bertumpu pada kenyataan yang meragukan.

*Mimiii... Tyrr... kasih masukan doonk.. saya ga da feel niih..

9 Oct 2008

Lelaki Hujan

Hujan rintik-rintik sore ini. Berawal dari sebuah kegelapan yang diciptakan gerumulan awan hitam. Sejak pagi, hari ini tak ada yang cerah. Semuanya bernuansa gelap. Nuansa yang dulunya kusukai, hilangnya massa, hitam dan kelam. Tapi sejak hari ini, ada sebuah ketakutan bersarang dalam dadaku. Sebuah ketakutan akan akhir sebuah hidup. Berakhirnya sebuah takdir.

Tak ada senyuman menyambut hariku, kamis. Hari kamis. Terdengar begitu megah, anggun mengikuti setelahnya Jumat. Hari libur bagi sebagian orang yang mempercayainya sebagai hari raya. Hari wheraspati yang identik dengan Yupiter. Sebuah obyek langit tercerah setelah matahari, bulan dan venus. Walau terkadang, aku sendiri menganggap Yupiter penuh dengan misteri. Seorang dewa.

Kamis kali ini, daun-daun ikut menyambutku dengan membiarkan diri mereka terbang lalu jatuh ke bumi. Menyatukan raga bersama alam. Untuk kembali setelah tinggi bertengger bergantung pada dahan kokoh sebuah pohon. Daun-daun kering yang jatuh berputar menari bersama angin yang meniup mereka entah kemana. Utara. Arah angin yang pertama kali kukenal. Sebuah lambang dimana semua orang bertumpu pada utara untuk mengetahui setelahnya arah-arah angin lainnya.

Rintik hujan jatuh membuat sebuah simfoni indah, tapi menyayat. Bersama daun-daun coklat menghiasi frame sore ini. Sore kamis. Sore Yupiter. Aku menunggu progress keras dari nuansa sore ini. Tapi, entah aku terhenyak. Aku terpaksa beranjak. Menuju sebuah arah yang aku sendiri tak mengerti mengapa dia kutuju. Ada sebuah magnet yang menarikku. Sebuah tarikkan kuat. Memaksaku melupakan diri sejenak. Memaksaku melupakan jasad yang berdiri ini adalah diriku sendiri.

Aku berjalan gontai, menuju sebuah arah. Arah yang bukan utara, juga bukan barat. Lurus. Tak terhenti. Sebuah tarikan kuat. Sebuah rindu. Rinduku pada seseorang yang tak mungkin merindukanku. Aku pernah mendengar bahwa rindu adalah buah dari sebuah rasa memiliki. Tapi, sesungguhnya ia takkan pernah kumiliki.

Aku berhenti pada sebuah tumpuan lunglai kaki tua berumur seperempat abad. Kaki yang akan beranjak mengikuti hembusan angin. Pelan ataupun sepoi-sepoi. Dihadapanku berdiri angkuh sebuah pagar tinggi besar. Ranum kehijauan cat yang hampir saja luntur oleh pergelutan bersama hujan dan terik mentari. Dibelakang pagar itu, sebuah rumah putih besar berarsitektur kuno Prancis. Yang ketika saat kutiba, seperti berdehem angker. Memaksa orang yang kotor dan kecil sepertiku untuk pergi.
Dan lagi-lagi, tarikan magnetis itu muncul kembali. Dibawah hujan ini, aku menatap tajam ke arah jendela yang setengah terbuka. Berhias gorden abu-abu terlipat rapi. Dalam ketidak beranjakanku, aku menatap mencari. Inilah yang kutunggu.

Dan aku sendiri, tak tahu apa yang kutunggu. Aku menanti.


Sekelebat cahaya putih, di sana. Sebuah cahaya mata. Cahaya hati. Cahaya yang kurindukan. Sesosok cahaya. Atau entahlah apa kumemanggilnya. Dialah rinduku. Rindu yang kutahan dan kupendam dalam-dalam dipeti rahasia hatiku. Seorang sosok berhias rambut indah dan wajah putih kemerahan. Ranum. Andai saja ia sebatang ficus benjamina moraceae, seangker apapun akan kurengkuh ia. Karena ia suci, dan karena ia tercipta untuk melindungi.
Aku menatapnya tajam. Berusaha menarik perhatiannya. Kupertajam tatapan. Dan darahku berdesir. Wajah oval indah putih berhias bibir merah keranuman. Mata bulat bening, sebening mata air. Dan rambut itu. Rambut indah dalam balutan hitam mutiara. Dan sekali lagi, aku berdesir kagum. Tuhan, kau ciptakan makhluk yang kucinta. Dan aku mencintai-Mu. Walau ia tidak.

Aku menatap, menanti balasan tatapannya. Aku berharap, seandainya saja kutuliskan harapanku padanya diatas dedaunan. Maka bumi tak ada yang memayungi lagi, selain gedung-gedung angkuh itu. Aku sungguh mencintaimu.

Dan, hatiku terkesiap. Dia menatapku. Tatapan bening berair. Seakan berkata.
"Mengapa kau berdiri disana ?"

"Aku berdiri bersama hujan untuk menjemputmu. Agar langit menyaksikan bahwa aku takkan sendiri. Aku takkan tergenang di sini"

Tatapannya tajam, beraut.
"Tahukah engkau bahwa awan telah menjemputku dengan naungan ? Hingga aku berteduh di rumah ini. Bersama gemuruh yang memperingatkanku untuk pergi dari hujan ? "

"Aku tahu, dan aku akan membawamu kepada embun dan pelangi untuk menghiburmu bersama cahaya"

Tapi, seketika tatapannya berubah.
Telunjuknya berdiri anggun. Mengarah pada utara. Ya, pada utara. Seakan berkata.
"Pergi, beradulah pada hujan. Beradulah pada tiap tetesannya yang jatuh kebumi. Beradulah pada kelam air mata alam ! Dan jangan lagi hampiri aku disini"

"Pergi, niscaya hujan ini takkan reda. Dan kau akan menangis bersama genanganmu. Lalu mengalirlah kelaut dan jangan kembali lagi di hadapanku".

Skreeeeeeeeeeeeeeekkk…! Jendela itu tertutup. Dan, hening bersama harmoni hujan.

Aku tercengang bersama jenak. Tapi tak berair mata. Hanya rengkuhan remuk yang kurasakan bersama hati. Entah mengapa, sekelilingku gelap dan sekejap berubah.
Aku telah berdiri di ujung lereng. Bersama basah, dan kehijauan hutan. Mereka turut berduka dan menunduk. Seakan turut merasakan perih dalam jiwaku. Hatiku menangis tanpa air mata jatuh kepipiku. Karena hujan. Hujanlah tangisanku. Dan hujan ini kian deras. Menghunjamku dalam tiap tetesnya ke bumi dan jasadku.
Angin kencang, guruh bergetar dan rintik yang ribut. Tak ada lagi dedaunan. Karena mereka bersembunyi. Takut akan kegelapan. Takut akan keputusasaan. Dan aku di sini masih berdiri.

Di depanku. Berdiri sebuah tugu putih besar tinggi. Dan aku ingin mengadu padanya akan kekejaman rasa yang mereka sebut cinta dan rindu.
Semilir, angin berbisik menyuarakan isi hatiku. Karena hujan.
Dan hujan merupakan satu bentuk presipitasi turunan cairan dari angkasa yang datang bersama guruh dan kabut. Hujan lahir hasil perkawinan titik air yang terpisah jatuh ke bumi dari awan. Orang-orang percaya tidak semua air hujan sampai ke permukaan bumi, sebagian menguap ketika jatuh melalui udara kering, dan begitu pulalah perasaanku kali ini. Menguap dan tidak sampai jatuh pada tempatnya.

Angin berbisik kencang. Teriakan kenyataan pada hatiku yang bisu. Lewat sebuah lagu.

***
Aku jatuh cinta padamu
Sejak pertama kita bertemu
Diam menghuni relung hati
Kau tak pernah perduli

Tuhan mengapa kau anugerahkan
Cinta yang tak mungkin tuk bersatu
Kau yang telah lama kucintai
Ada yang memiliki

Cinta sejati
Tak akan pernah mati
Selalu menghiasi ketulusan cinta ini

Jalan hidup telah membuat kita
Harus senantiasa bersama
Lewati Segala suka duka
Tiada cinta bicara

Cinta sejati
Selalu menghiasi ketulusan cinta ini
Dan kau
Selalu hanya diam membisu
Meskipun engkau tahu
Betapa dalam cintaku

Aku jatuh cinta padamu
***
Aku masih tergenang di sini. Menunggu pelangi, dan cahaya mentari. Mungkin nanti, biarlah aku menguap dengan panasnya waktu. Hingga aku tak lagi di sini.

17 Sept 2008

Dia yang terlalu banyak kehilangan...


Kairo, 17 Ramadhan 1429

Beuuuh…panassssss..!!!

Seperti biasa, kebiasaan molorku tidur hingga pukul 13 siang berlanjut hari ini. Sebenarnya ga mau bergara-gara sii.. tapi gimana lagi, tugas kantor yang mesti diselesaikan dengan lembur. Bertemankan panas cuaca kota Kairo, YM yang aktif dan lagu-lagu pengantar kerja. Tugas itupun selesai. Ga bisa dibilang grafik vektor, tapi hanya orat-oret.. karena hobby saya memang suka menggambar dan mewarnai.

Preeeeet, bunyi bising itu membangunkanku dari lelap. Maksud hati ingin mengarahkan kipas ke badan, tapi apa daya. Tangan kuat menarik tangan menyeretku 3 meter dari tempat tidur semula. Plaks…plaks.. dua kali di pipi. Aku pun bangun, dan bisa berfikir lagi…:D

“Fan, telpon tuh…!” suara jelek itu menyambutku hari ini.

“Iya…hhhh…”, gerutuan dongkol yang kusembunyikan dalam dalam dan nanti kulempar jauh-jauh dalam kamar mandi. Sialan !!! ORang masih ngantuk ditelpon… *kasian telpon disalahin…

Sedikit cuci muka ala koboy, menatap hampa pada jam yang tertempel erat ditangan. Aku memulai aktifitas hari dengan menelpon balik “Juragan”. Begitulah saya memanggilnya, juragan yang selama ini mempekerjakan saya di kantornya. Tanpa Gaji.

“Fan, ingat kan klo hari ini kita ada kumpul ?”, suara itu.. huuufh…

“Iya, gaaan…” heuheuehue..jawaban malasku keluar spontan. Ga bermaksud juga untuk menahannya.

Sedikit bla-bla… Klik. Telpon pun berakhir bersama sayup damai adzan Dhuhur.

Shalat….


*****

“Saya udah terlalu banyak merasakan kehilangan, ka !”… Dia mengetiknya, dan seketika muncul dilayar hapeku yang keren..hahahaha…

“Gini, Teh… kehilangan itu adalah untuk mendapatkan sesuatu yang besar. Mendapatkan sesosok yang harus kita bantu. Yaitu diri sendiri dan bla-bla-bla lah” aku menulisnya di sana….

Aku sedikit merenung, mengapa manusia selalu menyesalkan kehilangan. Padahal wujud sebenarnya mereka pun dari tiada, untuk ada dan tiada lagi.

Menurutku, rasa kehilangan itu ada karena berbagai sebab. Mungkin karena perjuangan untuk memiliki sesuatu yang akhirnya hilang, atau kita sudah merasa nyaman dengan sesuatu yang hilang itu. Hingga untuk menerima kehilangannya pun, kita harus terpaksa menghilangkan rasa sabar kita.

Mungkin terlalu dipaksakan untuk bijak, aku ini. Tapi gimana lagi, aku juga sudah terlalu sering merasa kehilangan.
Eh, pandanganku seketika melihat ke Status YM temenku.. Di sana tertulis...
"Aku merasa ada yang hilang tanpa pernah tahu apa yang telah kutemukan, aku merasa menemukan tanpa tahu apa yang kucari, dan aku masih mencari tanpa tahu apa yang telah hilang..."

Sudah cukup… Kita manusia, hanya bisa diam dan merasakan bagaikan bagian depan pakaian ketika disetrika. Panas tapi rapi… Heuheuehue..

Teteh, atau siapapun anda ! Bersabarlah dengan kehilangan

16 Sept 2008

Intelek ???

Frustasi ?
Ga, saya ga frustasi. Saya hanya kesal dengan segolongan orang yang menilai "kemanusiaan" seseorang hanya berdasarkan satu kata. ILMIYAH.

Mengapa begitu ? Karena mereka (hanya saya yang tahu) cenderung meremehkan dan bermain kasar untuk mengusung ideologi mereka. Terlalu ambisius, dan terkesan kaget dengan perkembangan intelektual. Jadi, berulah seolah mereka sudah sangat intelek dengan membawa label ilmiyah dalam setiap ruang dan waktu yang mereka tempati.

Okey, kita sekarang bermain perspektif. Mereka punya perspektif seperti itu, saya punya perspektif saya. Mereka menggunakan istilah-istilah kontemporer untuk menunjukkan kualitas intelektual mereka, saya juga punya istilah saya.

Mereka punya istilah teologi keislaman, teologi liberalis, teologi kasih sayang, teologi bunglon. Saya juga punya teologi saya, teologi terserahgueisme.

*Nurdin, aku pake bahasamu ya

Mereka punya metodologi keilmuan, metodologi tafsir hadits, metodologi klasik, metodologi hermeneutika atau apa lah itu. Saya punya metodologi lihat dan perhatikan.

Saya punya apa yang mereka punya. Tapi mereka tak punya apa yang saya punya. Entahlah mereka mau menafsirkan apa.

Terkadang, golongan ini memandang sebelah mata orang-orang yang tidak selevel dengan mereka. Dengan alasan apapun itu. Istilah mereka konstruktif pun berganti destruktif. Tak ada upaya merangkul. Tapi memicing, cenderung memandang miring kebawah.

Saya akui, tingkat intelektual saya rendah. Kemampuan analisa saya jauh dibawah rata-rata. Tapi saya punya sense. Dan itu yang mereka tidak punya. Sense of anything. Dari things yang kecil hingga besar. Saya bisa menampung apapun, selama itu bentuk kreatifitas. Tak terikat hanya dalam ruang lingkup keilmiyahan saja.

Saya harap golongan ini dan teman-teman mereka yang lain bisa memahami arti sebenarnya dari kata Pluralitas. Jangan hanya diusung dalam diskusi "ilmiyah" tapi hanya berujung pada debat kusir. Sama-sama keras kepala mengusung pendapatnya. Istilah Pluritas juga bisa diaplikasikan kedalam banyak hal. Kreatifitas, bakat dan kesenian lainnya.

Inilah tempat berbuat, tempat bersatu. Anda dengan ke'Intelekan' anda. Kami dengan sense kami. Mari bersama bangun Indonesia. Jangan hanya idealisme anda !!!

(penulis adalah mahasiswa Azhar biasa, yang ga intelek... Jadi maaf klo bahasanya terkesan lugu. Soalnya penulis pernah jengkel sama seseorang yang merendahkan penulis. Dalam hal ini, bukan berarti penulis ga bisa menerima kritik)

Huuuufhhh.. Akhirnya...

Wah.. UU Pornografi sudah keluar. Banyak pro dan kontra akhirnya keluar. Konsekwensi memang. Tapi yang ditanyakan sekarang adalah aplikasinya. Entah "segera" atau hanya sebuah "gertakan" akibat desakan pihak tertentu ???

Pornografi yang menurut sebagian golongan adalah seni. Tapi menurut sebagian yang lain adalah parameter kebobrokan moral yang ada pada masyarakat. Buah dari "zina" kapitalis liberalis dengan peradaban manusia. Membeberkan secara vulgar apa yang seharusnya ditutup.

Tak mau munafik, sebagai manusia saya juga terkadang "suka" tergoda dengan yang namanya pornografi. Tapi, yang ada setelahnya hanyalah kesemuan. Tak nyata. Dan tentunya.. hehehe.. butuh pelampiasan.

Nah, pada poin inilah.. dengan kata kunci "Pelampiasan" akan sangat susah ditampik jikalau kita "tabrakkan" dengan psikologi kemanusiaan. Dalam hal ini, kondisi psikologi yang normal maksud saya. Akan menimbulkan efek samping yang tidak bisa disebut membanggakan. Disini saya tidak akan memberikan data, karena akan sangat mudah didapati kalo seandainya anda menanyakannya kepada yang lebih tahu.

Saya harap dengan adanya UU Pornografi ini. Bisa jadi tonggak awal untuk kedepannya mempelopori perbaikan moral.

(penulis adalah seorang yang pernah bobrok moralnya, dan sekarang aktif untuk memperbaikinya. Insya Allah.)

Puasa dan apapun itu...

Sebelas bulan penuh keringat, akan segera dihapus dengan sebulan penuh perenungan. Kita diibaratkan "mandi besar" pada bulan ini. Ya, tidak berlebihan mengingat banyak dan bahkan seabrek keutamaan pada bulan yang "konon" dinamakan bulan seribu bulan. Ramadhan.

Identitas Ramadhan itu sendiri tak lepas dari puasa dan tambahan ibadah lainnya. Karena pada bulan ini banyak sekali "iming-iming" yang disajikan. Mulai dari rahmat sampai pengampunan dosa. Sehingga tak sedikit dari kita berlomba-lomba pada bulan ini untuk mendapatkan keutamaannya. Allah memang Maha Adil dan Maha Kuasa. Subhanak ya Robb !

Puasa. Lebih identik dengan bulan Ramadhan (bulan seribu berkah). Jikalau kita sodorkan kata puasa pada anak SD, pasti yang ada dibayangan mereka adalah bulan Ramadhan. Mengapa ? Entahlah.. Mungkin karena "doktrin" puasa itu ko terkesan lebih gencar saat bulan Ramadhan saja. Jarang kita menemukan "doktrin-doktrin" yang lain di bulan lain.

Dari berbagai cerita yang muncul saat bulan Ramadhan ini, adalah cerita bahwa tidur di bulan Puasa adalah ibadah.
Berikut Hadits dan penjelasannya…
“Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah, diamnya setara tasbih, amal ibadahnya dilipatgandakan (pahalanya), doanya dikabulkan, dan dosanya diampuni” (HR. Al-Bayhaqi)
Al-Bayhaqi menilai hadis ini dhaif, al-Suyuthi dan al-Munawi mengamininya.
Kedhaifan hadis dikarenakan dalam sanadnya terdapat Ma’ruf bin Hisan, seorang perawi yang dhaif, dan Sulayman bin ‘Amr al-Nakha’i yang dinilai sebagai sosok pendusta.

Dan masih banyak cerita lain, yang menurut saya pribadi sah-sah saja. Selama itu bisa membuat kita merasa terpacu untuk melakukan pekerjaan yang berguna bermanfaat.

Disayangkan, dibalik banyaknya berkah yang muncul saat bulan ini. Banyak pula musibah yang bisa kita lihat secara nyata.
Ada 'amar ma'ruf nahi munkar, malah kepleset menjadi 'amar munkar. *Aplikasinya bisa diterjemahkan sendiri.
Ada istilah setan dibelenggu dibulan ini, tapi masih adaaaaaaaaa saja setan-setan berkeliaran.

Solusi ?
Yah.. Solusi ada diri sendiri. Dari 'azzam yang kuat untuk beribadah dibulan ini sampai melakukan nafilah-nafilah baik yang lain. Tapi alangkah lebih baik lagi seandainya semua kebaikan tersebut tidak hanya stagnan di bulan ini. Melainkan ada pula di bulan-bulan yang lain. Dan tidak menutup kemungkinan bagi kita untuk terus "mandi besar" dibulan yang lain.

Terus sucikan diri, dengan puasa atau apapun itu…

(penulis adalah orang biasa yang berusaha menerjemahkan kebaikan dalam tulisan)

14 Sept 2008

Senandung Hari (untuk 'dia')

Jika sempat mengingatku..

Tolong ceritakan indah jingga ketika menjemput senja ..

Dan kabarkan aku kemana angin membawa rinduku…

Sampai malam menyelimuti senja dengan jubah kelamnya…

Jika sempat mengingatku…

Bisikkan aku pabila bulan datang mengendap…

Temani aku dalam kedinginan yang perlahan matikan rasa

Ceritakan aku sebuah dongeng sebagai tangga bagiku menuju alam sana…

Wahai ‘Dia’…

Jika sempat mengingatku…

Hembuskan sejuk embun yang akan menjemputku dari lelap malam

Sampai aku kembali dari peraduanmu… disana

Jika sempat mengingatku…

Beri aku perlindungan dari amarah panas mentari

Hibur aku dengan elegi pelangi setelah hujan yang membawa kehidupan

Tutup mataku dari realita memiliki kehilangan…

Genggam tanganku saat aku terbuai dalam jenak alam

Dan berikan aku cahaya, cahaya indah yang menyatakan bahwa diam tak lebih dari sekedar bisu..

Jika sempat mengingatku…

Kabarkan aku bagaimana hari menjemput bulan

Bagaimana detik berpadu dengan saat melahirkan tahun

Bagaimana tubuh berpaling dari kumalnya lelah, bermain bersama canda

11 Sept 2008

Nge-Syai... (Nge-Teh)

Panas malam itu terasa menguap. Lelah bercampur ngantuk bergeliat di seluruh urat saraf yang ada di badanku. Lampu-lampu merah jalan redup-redam menyinari jalan yang padat. Pinggiran jalan berjejer warung-warung menyediakan penganan ber-sahur. Wajar saja, sekarang sudah pukul 01.24 pagi waktu Kairo. Dan aku masih termangu berdiri dalam bis yang pengap itu. Setelah berkunjung ke kediaman orang nomor satu Nahdlatul Ulama Kairo, Ust. Mukhlason Jalaluddin, Lc. Bis yang tadi kutumpangi dari kawasan Rabea Adawea angkuh menembus desakan kendaraan-kendaraan lain.

Sisiran pandanganku menangkap sesuatu yang biasa. Tapi unik. Deru bis yang kutumpangi mengiringi khayalku kemana-mana. Ya, di sana. Di sana segerombolan lelaki setengah baya hingga dewasa duduk bersama. Seakan tidak ada masalah di otak mereka, bersenda canda dan gurauan hingga pembicaraan serius dzu kritik pun dibahas. Di depan mereka meja kecil bundar berdiri. Diatasnya tersedu teh manis, dedaunan mints, dan sekotak rokok. Di samping meja itu pula ada shisha beraroma buah menyeruak turut menyegarkan suasana. Bisa dibilang, inilah kenikmatan pertama sebelum surga. Hehehe...

Segelas teh itu menemani malam mereka, melupakan segalanya.. Larut dalam fenomena aktifitas manis dan kecutnya rasa.
Teguk pertama...
Manis, hangat.. serasa indah... Bagaikan pertama kalinya kita mengenal cinta dan kasih sayang...
Apalagi sembari diselingi hirupan shisha yang kali ini diibaratkan romansa-romansa cinta yang ada saat asmara mengepakkan sayapnya.

Teguk kedua...
Mulai kecut, dan kehangatan yang tadi ada terasa berkurang. Begitulah cinta, saat kehangatan yang sebelumnya mendominasi bersama manisnya asmara berkurang. Kecut mulai tumbuh bersama parasit-parasit egoisme. Sekarang tinggal sabar dan ikhlas obatnya.

Teguk terakhir...
Pahit, dingin... Itulah cinta, saat kita terlalu larut dalam percintaan. Hingga lupa apa dan kepada siapa kita mencinta. Indikasi dari hal ini bisa berupa antipatinya seseorang pada cinta, atau bahkan dendam membara kepada cinta. Lho, cinta ko disalahkan ???

Yaaa begitulah manusia, selalu mencari kambing hitam. Bagaikan menghirup teh, tak pernah ada yang mau meminumnya hingga ampas terakhir. Selalu mencari kenikmatan. Kalau tak mau meminum ampasnya, jangan lupa menyaring tehnya.
Nah, menyaring teh disini adalah selalu memperbaiki niat dalam mensyukuri nikmat bercinta.
Cinta itu dari Allah, dan kita bertugas menyebarkan cinta-Nya di muka bumi ini kepada makhluk lainnya. Dan apabila kita bisa membuat orang lain mencintai-Nya, itu merupakan sebuah pekerjaan yang mulia. Maka nikmat Tuhan yang mana yang engkau dustakan ?

Aaah.. khayalku sudah terlalu jauh. Melayang hingga melampaui bulan. Dan aku lupa bahwa aku ada pada pusat poros berputarnya bulan.

Saat baru lahir aku ingin berlari, orang-orang memaksaku untuk merangkak, dan aku patuh.(Filantropi)

8 Sept 2008

Darinya Mengalir Kemuliaan

Bukan! Bukan Ramadannya saja. Bukan juga karena puasanya saja. Ramadan adalah imbas dari kemuliaannya. Karenanya Ramadhan menjadi bulan paling mulia. Adalah haadzal kitaab laa raiba fiih, hudal lil muttaqiin. Adalah al-Quran. Sebagai tempat diturunkannya, Makkah dan Madinah menjadi tanah suci (al-haraam). Sebagai nabi pembawa risalahnya, Rasulullah menyandang pemimpin dan kehormatan para nabi (imaam dan sayyidul anbiyaa` ). Begitu pun manusia, ia bisa tiba-tiba terhormat dan dimuliakan karena pengaruh al-Quran. Maka jangan bingung mencari kemuliaan carilah itu dengan, dalam dan bersama al-Quran. Bahkan Rasulullah sendiri menegaskan, “Ahli Qur`an adalah Ahli Allah dan hambaNya yang memiliki tempat khusus di sisiNya” (HR Ahmad)
Tapi berhati-hatilah, sebagaimana kitab suci ini bisa memuliakan, ia pun bisa menghinakan, sebagaimana ia mengangkat, pun ia bisa menjatuhkan.

Perbanyak tilawah untuk mempermudah aplikasi..
Karena kita terus diingatkan dan diingatkan (tadzkiir min ba’di tadzkiir). Pengaruh wirid harian sangat terasa ; baik dalam pemahaman, penghayatan dan pengamalan . Tapi pengaruhnya sangat tergantung dari motivasi, semangat dan cara pandang saat akan dan sedang tilawah. Hati-hati juga dengan nada sinis tanda ketidak berdayaan seperti selentingan, “Ah.. buat apa baca berjuz-juz tapi tidak difahami..!!.” Ungkapan ini nampak bijak dan dalam tapi rentan menyesatkan. Sebab sering dijadikan alasan orang-orang apologis atau orang-orang lemah yang sebenarnya belum terbiasa membaca al-Quran secara kontinyu dan teratur. Ungkapan boleh terucap bagi mereka yang memang biasa membaca al-Qur’an perhari dalam jumlah yang bombastis. Sederhana saja, seperti tawshiyah’amaliyyah Imam Syahid, “minimal satu juz perhari” tanpa menafikan tujuan tertinggi dari tilawah itu sendiri.

Beberapa Pengaruh al- Quran
Islam tidak menghendaki seorang daiyah muslimah hanya mengajak orang lain saja sementara dirinya terlupakan (Al Baqarah : 44 ). Dia harus mempersiapkan dirinya untuk memiliki jiwa dan kepribadian. Dengan demikian dia akan mampu memenuhi tuntutan dakwah dan menunaikan tugas dan kewajibannya dengan baik. Adapun diantara penyiapan diri itu adalah persiapan ruhiyah yang dihasilkan dari interaksi dengan Al Quran.
Al Quran merupakan mashdar hayât al-mu`min (sumber hidup dan kehidupan mukmin). Ia harus senantiasa dibaca, ditelaah, kemudian diamalkan. Dan yang terpenting al Quran adalah salah satu sumber kekuatan ruhiyah. Ia sangat berpengaruh dalam diri seorang daiyah. Adapun beberapa pengaruh tersebut antara lain sebagai berikut :
Pertama, sarana pembenahan ruhiyah. Dalam surat al Muzammil ayat 4 dijelaskan bahwa tilawah al Quran dilakukan secara tartîl. Surat ini juga menyebutkan bahwa tilawah adalah amalan kedua setelah qiyam lail. Tidak dipungkiri lagi pengaruh kedua amalan ini dalam menguatkan ruhiyah. Disamping pahala membacanya, al Quran merupkan ruh yang memberikan kekuatan maknawiyah. Siapa pun yang sunguh-sungguh membaca dan mentadabburinya akan merasakan pengaruhnya. Hati menjadi hidup. Setan akan hengkang bahkan ditundukan. Ridha Allah Swt. akan diraih . Manisnya iman bisa dirasakan, karena ada semacam kesejukan tersendiri saat bersamanya. Kesungguhan membaca, menelaah, dan mengamalkan al-Quran akan menciptakan wibawa, keelokan prilaku, juga menjadikan pelakunya cinta kepada Allah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiya menyatakan, “fungsi tilawah dan zikir bagi hati ibarat fungsi air bagi ikan”.
Kedua, sebagai penawar dan penentram hati (QS Al-Isra ayat 82, Yunus ayat 57 )
Tiada suatu hari dalam kehidupan Daiyah muslimah yang boleh dibiarkan berlalu tanpa tilawah Al Quran. Karena setiap sesuatu mempunyai noda, sedang yang menyebabkan hati ternoda adalah lalai dari dzikrullah dan memperturutkan hawa nafsu. Tilawah Al Quran merupakan sebaik-baiknya dzikir. Ia begitu efektif membersihkan noda-noda, bahkan menjadikan hati bekilau-bercahaya. Ia mampu menjadi obat dan penawar bagi penyakit-penyakit hati. Ia juga bisa berperan sebagai pelipur hati dikala duka, gundah dan kesulitan menghimpit. Setiap kali muslimah tilawah dan menambah frekuensi tilawahnya maka ia akan semakin bertambah rasa cinta dan rindunya untuk bertemu dengan Dzat yang diingatnya.
Ketiga, sumber hidayah dan ilmu pengetahuan. Ibnu Masud mengatakan, “Apabila kamu menginginkan pengetahuan maka selidikilah Al Quran itu, sebab didalamnya terkandung khazanah ilmu baik dari orang-orang terdahulu hingga mereka yang menyusul dikemudian hari.”
Kemuliaan yang diberikan kepada pembaca Al Quran sangat banyak baik di dunia ataupun di akhirat kelak. Amru bin Ash Ra. mengatakan, “barang siapa membaca Al Quran maka telah diletakkan tingkat kenabian disekitar kanan-kirinya, hanya saja dia tak didatangi wahyu.”
Generasi awal telah memberikan keteladanan dalam interaksi dengan Alquran. Hati mereka tertambat erat dengan Allah. Hal ini dikarenakan mereka merasakan betul getaran ilahiyah yang terpancar dari kalâmullâh. Tak heran jika ia meninggalkan pengaruh yang begitu mendalam.
Ibnu Abbas berkata, “Jika kamu membaca surat Albaqoroh dan Ali Imran dengan perlahan-lahan dan tertib serta dapat kesempatan untuk mengenangkan artinya, maka yang demikian itu adalah lebih baik dari pada membaca seluruh Alquran dengan cara tergesa-gesa dan tak karuan.”
Demikian selayaknya para daiyah muslimah dalam membenahi kepribadiannya dengan dan berdasarkan Al Quran. Sebagaimana dirinya telah diterangi cahaya Al Quran, maka dia pun akan mampu menerangi dunia dengan kepribadiannya itu
Imacik Diwan, Lc.

27 Jun 2008

Menunda Menikah Demi Menuntut Ilmu

eramuslim – Pernikahan yang diserukan oleh Islam merupakan fitrah dan sunah para Nabi dan Rasul (manusia pilihan yang sempurna). Meneladani mereka merupakan hal yang sangat dituntut. Pernikahan yang barakah Insya Allah banyak melahirkan timbulnya sunnah hasanah (kebiasaan baru yang baik). Bahkan Rasulullah pernah menjanjikan kebaikan dengan berkata "Kawinilah orang-orang yang masih sendirian diantara kamu, sehingga Allah akan memperbaiki akhlak mereka, meluangkan rezeki mereka dan menambah keluhuran mereka."
Dalam hadist dengan derajat shahih Rasulullah SAW bersabda "Tiga golongan orang yang pasti mendapat pertolongan Allah, yaitu mukatab yang bermaksud untuk melunasi perjanjiannya, orang yang menikah dengan maksud memelihara kehormatannya dan yang berjihad di jalan Allah." (HR Turmudzi, An Nasa'i, Al Hakim dan Daruquthni). Bahkan Rasulullah pernah memberi peringatan bagi orang-orang yang urung menikah dengan berkata "Bukan termasuk golonganku orang yang merasa khawatir akan terkungkung hidupnya karena menikah kemudian ia tidak menikah." (HR Thabrani).

Demikian tingginya kedudukan pernikahan dalam Islam sehingga menikah merupakan jalan menyempurnakan separuh agama. Rasulullah SAW bersabda: "Apabila seorang hamba telah berkeluarga berarti ia telah menyempurnakan separuh agamanya . Maka takutlah kepada Allah terhadap separuh yang lainnya." (HR Ath-Thabrani).

Bagaimana jika timbulnya keinginan menunda pernikahan karena suatu sebab yang lainnya, misalnya menuntut ilmu (Agama Islam)? Baiklah, sebelum kita dapati jawaban atas pertanyaan diatas, kita lihat dalam beberapa ayat Alquran berikut tentang keutamaan menuntut ilmu.
"Allah mengangkat orang-orang yang beriman dari kalian dan orang-orang yang diberi ilmu dengan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui segala apa yang kalian lakukan." (QS 58:11)
"Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran." (QS. 39:9)
"Kami tiada mengutus Rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad) melainkan beberapa orang laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tidak mengetahui." (QS. 21:7)

Bahkan seruan menuntut ilmu dikatakan oleh Rasulullah pada hadist shahih berikut, Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu (agama) maka akan Allah mudahkan baginya jalan menuju surga. Dan sesungguhnya para malaikat senantiasa meletakkan sayapnya bagi orang-orang yang menuntu ilmu (thalibul ilmi). Para penghuni langit dan bumi sampai ikan-ikan di dalam air pun akan memintakan ampun kepada Allah bagi orang-orang alim dibandingkan 'abid (ahli ibadah) bagaikan keutamaan bulan purnama atas semua bintang. Sesungguhnya para ulama itu pewaris nabi. Dan para nabi tidaklah mewariskan dinar maupun dirham tapi hanyalah mewariskan ilmu. Maka barangsiapa mengambil warisan itu berarti dia telah mendapatkan keuntungan besar." (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban).

Dalam ayat berikut ini didapati adanya beberapa amalan besar yang boleh ditunda pelaksanaannya demi menuntut ilmu agama. Allah SWT bersabda: "Tidak sepantasnya bagi orang-orang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberikan peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya." (QS. 9:122).

Ada sebuah riwayat dari Imam Ibnul Jauzi rahimullah menyatakan: "Dan sungguh salafus shalih lebih mengutamakan ilmu atas segala sesuatu. Maka antara lain diriwayatkan bahwa Imam Ahmad tidak menikah kecuali setelah berusia lebih dari 40 tahun."

Dalam riwayat lain diceritakan bahwa Abu Bakar bin Al Anbari diberikan hadiah seorang budak wanita, maka ketika beliau masuk menemui budak tersebut untuk berjima' dengannya, beliau berfikir untuk memecahkan suatu masalah ilmiah dalam bidang agama. Budak itu kemudian menyendiri dari beliau. Dan beliau berkata: "Keluarkanlah budak ini dan bawalah pada pedagang budak". Mendengar ucapan beliau budak wanita tersebut bertanya: "Apakah aku mempunyai kesalahan?" Beliau menjawab:"Tidak, tetapi hatiku disibukkan denganmu, apapula nilaimu sehingga bisa menghalangi aku dari ilmuku".

Dalam kitab Jami'ul Bayanil Ilmi wa Fadhlihi oleh Ibnu Abdil Barrahimahullah menjelaskan bahwa ada dua hukum dalam menuntut ilmu, yaitu: Fardhu 'ain yaitu yang harus kita fahami segala kewajiban dalam agama dan cara pengamalannya. Contohnya: perkara tauhid, sholat lima waktu, dan larangan berzina, mabuk dan lain-lain. Fardhu kifayah yaitu bila kita menuntut ilmu agama tentang dalil-dalil keterangan agama dan penelitian tentang riwayat-riwayat dalil tersebut.

Kewajiban menuntut ilmu yang diserukan oleh Rasulullah SAW tidak memandang umur dan jenis kelamin. Rasulullah bersabda: "Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim". (HR Ahmad, Ahsan).

Berdasarkan realita yang ada, banyak terjadi dikalangan muda-mudi Islam yang menemui hambatan dalam menuntu ilmu setelah menikah. Yang laki-laki disebabkan karena direpoti oleh kesibukan dalam mencari nafkah bagi keluarga dan yang perempuan disibukkan oleh tugas-tugasnya sebagi istri dan mengurus anak.

Jika demikian menunda menikah demi menuntut ilmu adalah mulia atau paling tidak menuntut ilmu agama untuk bekal kehidupan berumah tangga dan dalam mendidik anak. Tapi hal tersebut tidak dianjurkan bagi mereka yang memastikan bahwa dirinya tidak akan menemui masalah dan terganggu dalam menuntut ilmu apabila dirinya telah menikah.
Bahkan bagi dirinya sangat dianjurkan untuk segera menikah demi menghindari kemaksiatan.
Nah sekarang, pertanyaan diatas telah terjawab, bahwa tidak mengapa jika seseorang mengambil keputusan untuk menunda menikah karena alasan yang jelas yaitu ingin menuntut ilmu. Dengan berilmu manusia dapat menjaga dirinya dari segala permasalahan yang dihadapinya (termasuk didalamnya problema kehidupan berumah tangga) seperti yang telah tercantum pada QS. 9:122 agar selamat dunia dan akhirat. Semoga dengan demikian langkah kita semakin mantap dalam menentukan sikap untuk memilih keutamaan yang lebih utama dari keutamaan yang lainnya. Selamat memilih! Wallahu a'lam bishshowaab (Rasyahanifah@netscape.net)

Bila Aku Jatuh Cinta

Cinta. Sebuah kata singkat yang memiliki makna luas. Walaupun belum teridentifikasi secara pasti, namun eksistensi cinta diakui oleh semua orang. Al-Ghazali mengatakan cinta itu ibarat sebatang kayu yang baik. Akarnya tetap di bumi, cabangya di langit dan buahnya lahir batin, lidah dan anggota-anggota badan. Ditujukan oleh pengaruh-pengaruh yang muncul dari cinta itu dalam hati dan anggota badan, seperti ditujukkanya asap dalam api dan ditunjukkanya buah dan pohon.

Cinta sejati hanyalah pada Rabbul Izzati. Cinta yang takkan bertempuk sebelah tangan. Namun Allah tidak egois mendominasi cinta hamba-Nya. Dia berikan kita cinta kepada anak, istri, suami, orang tua, kaum muslimin. Tapi cinta itu tentu porsinya tidak melebihi cinta kita pada Allah, karena Allah mengatakan, “Katakanlah! ‘Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, kaum keluargamu, harta-benda yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatiri akan merugi dan rumah tangga yang kamu senangi (manakala itu semua) lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya dan berjiha di jalan-Nya, maka tunggulah keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.”

Prestasi kepahlawanan para pejuang tidak terlepas dari pengaruh cintanya seorang pemuda kepada pemudi. Umar bin Abdul Aziz berhasil memenangkan pertarungan cinta sucinya kepada Allah dari pada cinta tidak bertuannya kepada seorang gadis. Tidak ada yang salah pada cinta. Berusahalah menempatkannya pada tempat, waktu dan sisi yang tepat.

Ya Allah, jika aku jatuh cinta, cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan cintanya pada-Mu, agar bertambah kekuatan ku untuk mencintai-Mu.

Ya Muhaimin, jika aku jatuh cinta, jagalah cintaku padanya agar tidak melebihi cintaku pada-Mu

Ya Allah, jika aku jatuh hati, izinkanlah aku menyentuh hati seseorang yang hatinya tertaut pada-Mu, agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta semu.

Ya Rabbana, jika aku jatuh hati, jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling pada hati-Mu.

Ya Rabbul Izzati, jika aku rindu, rindukanlah aku pada seseorang yang merindui syahid di jalan-Mu.

Ya Allah, jika aku rindu, jagalah rinduku padanya agar tidak lalai aku merindukan syurga-Mu.

Ya Allah, jika aku menikmati cinta kekasih-Mu, janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan indahnya bermunajat di sepertiga malam terakhirmu.

Ya Allah, jika aku jatuh hati pada kekasih-Mu, jangan biarkan aku tertatih dan terjatuh dalam perjalanan panjang menyeru manusia kepada-Mu.

Ya Allah, jika Kau halalkan aku merindui kekasih-Mu, jangan biarkan aku melampaui batas sehingga melupakan aku pada cinta hakiki dan rindu abadi hanya kepada-Mu.

Ya Allah Engaku mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu, telah berjumpa pada taat pada-Mu, telah bersatu dalam dakwah pada-MU, telah berpadu dalam membela syariat-Mu. Kokohkanlah ya Allah ikatannya. Kekalkanlah cintanya. Tunjukilah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan nur-Mu yang tiada pernah pudar. Lapangkanlah dada-dada kami dengna limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal di jalan-Mu. (Yesi Elsandra, special untuk yang saling mencintai karena-Nya)

Artikel Cinta

Cinta adalah sebuah karya dalam dunia yang kecil, bersembunyi dengan manis disetiap hati manusia, akan menyerebak dengan harum ketika sentuhan kecil itu menyentuh hati tanpa ragu, sehingga kamu lupa kapan kamu pernah mencintai seseorang.



Cinta adalah kerahmatan yang diberikan padamu sejak kau pertama kali bernafas di dunia, bersama hembusan kasihnya menemani karpet merah kehidupanmu.



Cinta adalah sebuah penerimaan tanpa sebuah tuntutan, dia bukan sebuah keegoisan untuk setiap ketidakberdayaan, tapi dia adalah penopang untuk setiap kekalahan.



Cinta adalah kepasrahan jiwa, sebuah keindahan tanpa sebuah kecemburuan, karena cemburu akan menjadikan cinta sebagai awal sebuah perpecahan.



Cinta adalah keikhlasan untuk terus memberi, tanpa harus mendapatkan sesuatu dari apa yang telah diberi, dia murni bagai air yang terus mengalir mengenangi tanah-tanah gersang.



Cinta adalah sebuah ungkapan tanpa suara, ia terbaca dengan sikap, tatapan mata dan melodi jeritan hati yang akan terdengar oleh hati-hati manusia yang memiliki seribu cinta dihatinya.



Pecinta sejati adalah mereka yang tidak pernah menyiakan waktu mereka untuk berujar �Aku mencintaimu�, tetapi nafas, sikap dan tatapan mereka adalah sebuah ungkapan tanpa butuh sebuah jawaban dan pembalasan untuk setiap cinta yang pernah dia berikan.



Pecinta sejati bukanlah orang yang memuja cinta, dia memberikan ribuan cinta, kasih dan sayang dengan tangan-tangannya dan terus meniupkan helaian demi helaian mawar cinta untuk setiap orang disekelilingnya.



Pecinta sejati adalah kekasih yang tak perlu banyak bicara untuk sebuah jalinan kasih, dia memberikan pita-pita cinta untuk setiap kado yang akan diberikan kepada orang yang dicintainya setiap menitnya, tak pernah lelah untuk terus mencintai dan tak pernah menuntut untuk mendapatkan kesempurnaan kekasihnya, tetapi ia membiarkan kekasihnya tumbuh dengan dewasa dengan cinta yang ia berikan, memberi bimbingan ketika kekasihnya salah arah.



Pecinta sejati, bukanlah mereka yang bodoh untuk mencintai orang-orang yang hanya bisa menuntut, meminta hak, memberikan ribuan kecemburuan yang akan menghujamnya hingga luapan kemarahan akan membuatnya untuk berhenti bersama mereka walaupun ia tak akan berhenti untuk mencintainya.



Pecinta sejati adalah mereka yang memiliki pendirian untuk mencintai seseorang, mereka adalah orang dengan insting tajam yang tahu kepada siapa mereka akan berjalan seumur hidupnya, memberikan kediaman terdamai di dunia untuknya dan kekasih sejatinya.



Pecinta sejati adalah mereka yang selalu menggenggam tangan kekasihnya dengan erat, merangkul sahabat-sahabatnya, memberi sebuah jawaban untuk setiap pertanyaan tanpa amarah tetapi dengan senyuman yang menyejukkan jiwa.



Pecinta sejati bukanlah pujangga picisan yang berteriak tanpa pembuktian, yang berjalan tanpa tentu arah, ia berjalan dengan keharuman yang akan ia semerbakkan untuk membangunkan emosi yang lain untuk bisa saling mencintai, karena sesungguhnya manusia adalah untuk saling mencintai�.



Pecinta sejati adalah mereka yang tak pernah berhenti untuk mencintai seseorang walau waktu mereka telah habis di dunia, walau matanya tertutup dalam panggilan suci-Nya, cintanya akan terus ada mengiringi kehidupan-kehidupan lain yang akan terus berjalan dan yang akan mengenang semua cinta yang pernah diberikannya.



Sebuah ungkapan cinta dari sudut kecil mata hatiku, setiap ia menyentuh tanpa ragu, diungkapkan untuk menyentuh hati para pecinta yang masih berusaha untuk mencinta, punya segudang cinta yang akan terus diberikan untuk mereka yang dicintainya, untuk Tuhan, keluarga, kekasih dan orang disekelilingnya. CINTA akan menuntun hidupmu lebih baik, bersama keanggunannya akan membuat hatimu lebih indah dan auramu lebih cantik. Salam dariku untuk para pecinta.... We still fight in love... hope u are the true lovers.... :D



Regrads



Nofriza Nindiyasari



-: Sarikata.com :-

Pengirim : Nofriza Nindiyasari

Sumber : Own Collection

Artikel ID : 6927

Berdialog dengan Satu Detik

Berdialog dengan "SaTu DeTiK"

Pada suatu hari aku duduk dan menghadapkan
hati ini ke hadirat Allah sambil menyesali rentangan usia yang telah
kulalui. Kupanggil satu detik dari waktu hidupku. Aku katakan
kepadanya :

(+) Aku harap agar engkau mau kembali lagi
kepadaku, supaya aku dapat menggunakanmu untuk berbuat kebajikan.

(-) Sesungguhnya tidak ada waktu yang sudi
berkompromi untuk berhenti.

(+) Wahai detik......aku memohon, kembalilah
padaku agar aku dapat memanfaatkanmu dan mengisi kekuranganku pada
dirimu.

(-) Bagaimana aku dapat kembali kepadamu,
padahal aku telah tertutup oleh perbuatan-perbuatanmu!

(+) Coba lakukanlah hal yang mustahil itu
dapat kembalilah padaku. Betapa banyak detik-detik selain kamu yang
juga aku sia-siakan ?

(-) Seandainya kekuasaan ada di tanganku,
pastilah aku kembali kepadamu, namun tiada kehidupan bagiku. Dan itu
terlipat oleh lembaran-lembaran amalmu dan diserahkan kepada Allah
swt.

(+) Apakah mustahil, jika engkau kembali lagi
kepadaku, padahal saat ini engkau sedang berbicara kepadaku ?

(-) Sesungguhnya detik-detik dalam kehidupan
manusia, ada yang dapat menjadi kawan setianya dan ada kalanya ia
menjadi musuh besarnya. Aku adalah termasuk detik-detik yang menjadi
musuhmu dan yang akan menjadi saksi atas kamu di hari kiamat kelak.
Mungkinkah akan bertemu, dua orang yang
saling bermusuhan ?


(+) Aduh, alangkah menyesalnya aku. Betapa
aku telah sering menyia-nyiakan detik-detik dalam perjalanan hidupku!
Tetapi sekali lagi aku mohon sekiranya engkau sudi kembali kepadaku,
niscaya aku akan beramal saleh "di dalammu" yang pernah aku tinggalkan.

Maka detik itupun terdiam, tidak mengeluarkan
sepatah kata pun. Aku pun lantas memanggilnya :

(+) Wahai detik, tidakkah engkau dengar
panggilanku ? Kumohon jawablah.....

(-) Wahai orang yang lalai akan dirinya,
wahai orang yang menyia-nyiakan waktu-waktunya...........Tahukah kamu,
saat ini, demi mengembalikan satu detik saja, sesungguhnya kamu telah
menyia-nyiakan beberapa detik dari umurmu. Mungkinkah engkau dapat
mengembalikan mereka pula ? Namun aku hanya dapat berpesan kepadamu,
"Sesungguhnya segala perbuatan yang baik
itu menghapuskan (dosa) segala perbuatan yang buruk".

Maka, wahai sahabatku bersegeralah......,
beramallah, bersungguh-sungguhlah, bertakwalah kepada Allah dimana pun
engkau berada. Ikutilah perbuatan buruk itu dengan perbuatan baik,
niscaya perbuatan baik itu akan menghapusnya, dan bergaullah dengan
sesama manusia dengan budi pekerti yang luhur.

(Dikutip dari "Efisiensi Waktu Konsep Islam")

Dari posting Zubir Agusman di milis Isnet.

19 Jun 2008

16 Jun 2008

Apa Ice Cream Favorit kamu ?

VANILA
Kamu ceria dan impulsive. Dari lahir kamu memang diberkahi pembawaan yang suka ambil resiko. Kamu punya cita” yang tinggi terhadap diri kamu sendiri dan gak bakal nyerah sebelum cita” mu tercapai. Dalam menjalin hubungan kamu dikenal sebagai orang yang setia dan serius. Kamu menikmati punya hubungan yang mendalam dengan sahabat dan keluargamu.

COKLAT
Kamu kreatif dan berenergi. Kamu punya sifat dramatis dan antusias dalam menjalani kehidupan. Kamu jago bersosialisasi dan kalau kamu pergi ke pesta, kamu selalu menjadi si ratu pesta. Kamu menikmati jadi pusat perhatian. Karena memang sifatmu suka tantangan, kamu gampang bosan dengan hal” rutin yang monoton.

COOKIES N CREAM
Kamu orang yang optimis dan pede dengan dirimu sendiri. Penampilanmu cenderung simpel karena kamu memang gak begitu doyan dandan. Prinsipmu adl lebih baik bikin orang jatuh cinta karena kepribadianmu dan bukan karena tampangmu. Kamu ramah dan punya rasa hormat sama siapa aja. Karena itulah orang lain senang berada di dekatmu.

KACANG
Kamu seorang perfeksionis yang selalu menyusun rencana untuk kehidupanmu. Buat kamu, hidup tanpa jadwal sama saja dengan bunuh diri! Kamu bertanggung jawab dan bias memimpin. Itulah sebabnya teman” mu selalu menjadikan kamu ketua kelompok apa saja. Kamu juga orang yang kompetitif. Buat kamu, persaingan adl cara untuk menyalurkan adrenalin yang berlebihan.

STRAWBERRY
Kamu pemalu dan perasa. Kamu suka menyimpan perasaanmu, jangan sampai terlihat oleh orang lain. Kamu mudah tersentuh oleh hal” kecil. Kamu juga orang yang gampang curiga. Apapun yang dikatakan orang, kamu gak akan percaya sebelum kamu liat sendiri. Kamu punya opini sendiri dan bisa keras dalam mempertahankan pendapatmu. Kamu sedikit introvert dan bisa keras pada dirimu sendiri.

CHOCO CHIP
Kamu murah hati dan friendly. Kalu ada teman yang kesulitan, kamu selalu jadi orang pertama yang menawarkan bantuan. Gak heran kalau semua orang pada berebut untuk jadi temanmu. Kamu juga kompetitif dan bisa agresif untuk mencapai tujuan. Kamu sangat menikmati olahraga dan sering jadi juara.

PISANG
Kamu easy going dan santai. Kamu punya rasa prcaya diri yang patut diacungi jempol. Kamu mudah beradaptasi dengan lingkungan baru dan karenanya kamu gampang menjali pertemanan dengan siapa saja. Entah itu miss popular di sekolah sampai satpam yang menjaga kompleks perumahanmu. Kamu punya sifat jujur, empati dengan orang lain, dan berbakat jadi pendengar yang baik.



credits: reea_chan@TripleChangjo_indonesia

15 Jun 2008

God Only Knows

Dear God,
Thanks for the air I breathe today
Thanks for a chance to open my eyes again
I know it, that you love me this way
And I know it, you will shine in my darkest night

I will always pray the best for you...
My Darling
God only knows how much I miss you...
I miss you

I love you so deeply... but I hate to let you know
Cause I know it, that you leave me this way
And the pain is killing me in the darkest night

I will always pray the best for you...
My Darling...
God only knows how much I miss you...
I miss you

Best Regard for Morning Star, especially for Sha...