Pages

7 Jun 2009

setetes kebahagiaan, hilang, tunduk pada kesepian, diri ini melayang


pelan pelan aku menuliskan keindahan.
agar tak hilang dari keindahannya itu,
setetes kebahagiaan

tatkalah jatuh, hampa sudah
kantung kebijaksanaan
yang ada,
hilang

dalam sunyi yang luas,
bertekuk lutut aku
setengah menangis,
tunduk pada kesepian

salju tolong beri aku hujan
sampai ketika peluh datang,
diri ini telah melayang.

sumber gambar: http://abuthalhah.files.wordpress.com/2009/02/sendirian-di-laut.jpg

2 Jun 2009

Ketakutan seorang pemimpin.


Pada zaman dahulu. Ada seorang Raja bernama Namrud. Dia begitu berkuasa, sampai-sampai mengaku bahwa dirinya adalah tuhan. Dengan kekuasannya dia bisa mengatur peredaran rezeki bagi orang-orang. Dengan kekuasaannya dia bisa memutuskan seseorang untuk tetap hidup atau malah mati. Semua rakyat tunduk padanya tak seorang pun yang berani dengannya. Tapi, di balik itu semua. Saat semua orang takut padanya, dirinya sendiri malah terus diburu oleh mimpi buruk tentang lahirnya seorang bayi yang kelak akan merenggut kekuasaannya. Bayi itu Ibrahim as.

Begitu pula dalam kisah Nabi Musa as. Para penguasa yang mempunyai kekuasaan, yang menganggap dirinya seolah-olah memegang takdir bagi orang lain. Justru cenderung lebih banyak merasakan ketakutan kepada hal-hal kecil. Mereka seolah-olah diburu dan dihantui oleh sesuatu yang biasa. Dirongrong oleh jatuhnya kekuasaaan dan hilangnya kedigdayaan.

Beberapa akhir ini, negeri seribu menara kedatangan seorang pemimpin dari negeri lain. Seorang pemimpin yang mengklaim bahwa negaranya adalah polisi dunia. Dalam rangka kunjungan kenegaraan dan pertemuan-pertemuan kenegaraan.
Kunjungan itu sendiri sebetulnya merupakan kunjungan diplomatis biasa, layaknya kunjungan Presiden kita Bapak Susilo Bambang Yudhoyono ke Korea Selatan akhir-akhir ini. Tapi, ada beberapa hal yang luar biasa kali ini.

Bertepatan dengan waktu kunjungan tersebut, telah tercatat beberapa mahasiswa asing khususnya yang berasal dari Timur dan Tenggara Asia telah ditangkap. Padahal mereka selama ini telah terdaftar resmi sebagai mahasiswa Universitas Al-Azhar dan telah melengkapi kewajiban-kewajiban fiskal dan visa. Apa salah mereka? Pemimpin negara lain datang ke sini, ko malah mereka yang ditangkap?

Pihak keamanan dalam negeri ini sendiri berdalih bahwa tindakan penangkapan itu bukan lain merupakan tindakan jaga-jaga dari hal-hal yang tidak diinginkan. Hal yang tidak diinginkan bagaimana? Kami datang ke sini untuk belajar, apalagi sekarang adalah musim ujian termin kedua. Apakah karena klaim teroris bagi kami yang belajar kitab Suci Al-Quran, bagi kami yang berjenggot, bagi kami yang ke mesjid?

Dari fenomena Namrud dan Fir'aun hingga ke pemimpin negara Sam ini. Telah dibuktikan bahwa, ternyata kekuasaan dan pemerintahan tak menjamin seseorang bisa tenang. Ia selalu diburu-buru dan ditakut-takuti oleh hal-hal yang kecil. Bisa jadi, sesuatu yang kecil tersebut justru menjadi sangat berbahaya bagi pemimpin-pemimpin besar yang dzalim. Bebaskanlah saudara-saudara kami ! Bebaskanlah teman-teman kami Azhariy !

Ya Allah, berikanlah kami pemimpin-pemimpin yang baik dan perbaikilah pemimpin-pemimpin kami. Berikanlah kami rakyat-rakyat yang baik dan perbaikilah rakyat-rakyat kami. Amien.


31 May 2009

Menjadi Indonesia.



Mungkin judul ini pernah digunakan oleh sebuah grup band asal Jakarta yang akhir-akhir ini sering mengisi sebuah rubrik di sebuah media tulis ternama di Indonesia. Grup band yang juga saya gemari dan saya banggakan, sebagai salah satu grup band yang masih gigih mengusung idealisme mereka di tengah derasnya desakan pasar.

Efek rumah kaca, mungkin ada beberapa teman yang sudah tidak asing dengan nama ini. Atau ada pula yang masih belum pernah mengenal band yang digawangi oleh Cholil, Akbar dan Adrian ini.

Saya tak berniat berpanjang lebar di profil grup band ini, bagi teman-teman yang masih penasaran silakan kunjungi mereka dengan sebelumnya melakukan pencarian di Google.

Menilik kepada judul yang juga saya gunakan dalam tulisan ini. Menjadi Indonesia. Pasti secara nalar, dengan pernyataan ini berarti kita belum benar-benar menjadi Indonesia. Lalu, bagaimanakah Indonesia itu? Apa yang harus kita lakukan agar menjadi Indonesia? Lantas, bagaimana keadaan Indonesia sekarang yang dikatakan belum menjadi dirinya secara utuh?

Karena saya tidak mempunyai referensi yang matang, hanya karena dorongan untuk menulis. Saya hanya berpatokan pada apa yang dulu pernah saya dengar dan saya hafalkan. Mari, perlahan-lahan ikuti jalan fikiran saya.

Bagaimanakah Indonesia Idaman itu? Dan Apa yang harus kita lakukan agar menjadi Indonesia?

Indonesia idaman, adalah Indonesia yang berlandaskan kepada kelima sila yang sudah dirumuskan saat-saat kemerdekaan. Pertama, seperti kita ketahui adalah Ketuhanan yang maha Esa. Dengan butir sila yang ditempatkan sebagai sila paling awal dari sila-sila yang lain, kita bisa membaca bahwa Negara kita Indonesia harus berdasarkan pada sebuah asas ketuhanan yang maha Esa. Dalam artian, bahwa apapun paham yang menafikan wujud ketuhanan yang maha Esa tidak bisa diterima dalam konteks Indonesia Idaman. Gugurlah faham komunisme, dan politeisme (kalau saya tidak salah istilah).

Kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Secara simpel dan sederhananya, negara Indonesia Idaman harus berdasarkan asas kemanusiaan yang menempatkan keadilan dan keberadaban. Maka gugurlah paham-paham ketidak adilan dan ketidak beradaban. Dari sini, kita bisa melihat bahwa untuk menjadi Indonesia Idaman kita harus bisa menyingkirkan ketidak adilan dan ketidak beradaban. Adil dalam pengertian yang pernah saya dengar, sebuah kemampuan untuk menempatkan sesuatu pada tempat dan haknya. Maka jika dikontekskan dalam ruang lingkup kemanusiaan, adil bisa berupa memberikan hak yang pantas dari sebuah kewajiban manusia. Karena manusia tidak bisa lepas dari kewajiban dan hak. Ada kewajiban, ada hak. Begitu pula sebaliknya.
Berpaling kepada istilah beradab, bahwa sebagai seorang manusia kita harus mempunyai adab. Tidak anarkis. Maka, agar menjadi Indonesia idaman, kita harus mengedepankan keadilan yang beradab.

Ketiga, Persatuan Indonesia. Kita bisa menerima butir sila ini tanpa harus memperpanjang pembahasan. Intinya, Indonesia Idaman adalah Indonesia yang bersatu. Bersatu dalam apa?

Keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Nah, agar bisa menjadi Indonesia idaman. Kita harus bersatu dalam sebuah ruang lingkup kerakyatan yang di sana ada seorang pemimpin ideal mengusung hikmat kebijaksanaan. Darimana didapat kebijaksanaan ini? Yaitu, dari sebuah permusyawaratan yang diberikan dari perwakilan-perwakilan anggota bangsa yang mengusung tema Ketuhanan, Kemanusiaan yang adil dan beradab serta bersatu dalam ruang lingkup kerakyatan yang taat pada pemimpin. Dari sini, kita bisa rasakan betapa harmonisnya hubungan mesra antara pimpinan dengan rakyat.

Dan yang terakhir, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Butir sila ini merupakan sebuah hasil dari kombinasi empat butir sebelumnya. Apabila kita sudah berketuhanan yang maha esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, bersatu dalam ruang lingkup Indonesia yang dipimpin oleh pemimpin kerakyatan yang berdasar pada hikmat kebijaksanaan dari sebuah permusyawaratan perwakilan maka terciptalah sebuah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Tak susah bukan untuk menjadi Indonesia Idaman? Tak perlu mengusung-usung idealisme yang 'mungkin' akan sulit diterima oleh bagian lain. Karena bangsa kita adalah bangsa yang bermusyawarah dalam perwakilannya masing-masing.
Yang perlu diperbaiki adalah pemimpinnya dan rakyatnya. Ya Allah berikanlah kami pemimpin yang baik dan perbaikilah pemimpin-pemimpin kami, berikanlah kami rakyat yang baik dan perbaikilah rakyat-rakyat kami. Amien.

Lantas, bagaimana keadaan Indonesia sekarang?

Berikut saya kutip beberapa syair dari lagu Menjadi Indonesia. Dan silakan masing-masing dari kita introspeksi diri. Insya Allah, kita bisa benar-benar menjadi Indonesia.


ada yang memar, kagum banggaku
malu membelenggu
ada yang mekar, serupa benalu
tak mau temanimu

lekas,
bangun tidur berkepanjangan
menyatakan mimpimu
cuci muka biar terlihat segar
merapikan wajahmu
masih ada cara menjadi besar

ada yang runtuh, tamah ramahmu
beda teraniaya
ada yang tumbuh, iri dengkimu
cinta pergi kemana?

memudakan tuamu
menjelma dan menjadi indonesia

29 May 2009

Pintu Malam.


Ketukan pintu malam selalu menggangguku. Aku berusaha acuh.
Seringkali kuberteriak dan bertanya,
"Siapa di luar sana?", jawabnya hanya. "Di luar siapa?"

Ada ketukan kencang dan nyaring,
di dalam rongga dadaku.
"Ini siapa, tengah malam mengetuk-ketuk pintu?
Mengganggu saja."
"Ini aku, sayang. Apa kabar?"
"Sayang! Kamu di mana sekarang?"
"Di belakang."
"Di belakang pintu?"
"Di belakang rindu."

Ah, malam ini aku akan tidur nyenyak.
Malam ini, rinduku akan nyenyak tidurnya.

*hasil plagiat dari puisi Om Joko Pinurbo
yang berjudul Telepon Tengah Malam.
(maaf, Om.. gabilang-bilang)

Gambar diambil dari http://farm4.static.flickr.com/3527/3312877078_4c408b4147.jpg

21 May 2009

malam


MALAM

/1/

saat kau tak bisa pejamkan matamu,
kubertanya,

"Tak bosankah kamu, terus membaca malam.
Sementara yang lainnya ikut terbenam?"

kau menjawab,

"Aku lebih senang menatap bulan daripada matahari,
kudapatkan kedamaian. Kudapatkan kehidupan.
Kubaca balon-balon mimpi."

dan aku serta dinginmu
kembali larut dalam diam.
sunyi yang luas.

/2/
entahlah,
kau selalu bangkit dalam kegelapan.
beranjak perlahan
menuju beranda malam.
dan kembali saat fajar menguap.

dan aku,
selalu setia menemanimu.
memecah bisu dengan jenak pertanyaanku
pertanyaan yang tak seharusnya kutanyakan
karena kutahu jawabannya.

/3/
tatkala kau ditanya tentang malam,
kau menjawab.

"Dia yang selalu temaniku dalam kegelapan
dalam rembulan
dalam jenak, gontai rerantingan.
Dalam pelan, dengkuran
dalam nafas yang tertahan.
dalam mimpi, tentang pangeran putih yang menjemputmu.
dalam khayal, akan sebuah perubahan
dalam hangat airmata perpisahan.
dalam rindu yang terpendam.
dalam hujan, serta ia yang hadir
meredam kepekatan"

gambar dari : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/c/cd/VanGogh-starry_night.jpg/751px-VanGogh-starry_night.jpg

Gibranium.

"...pabila cinta memanggilmu... ikutilah dia walau jalannya berliku-liku... Dan, pabila sayapnya merangkummu... pasrahlah serta menyerah, walau pedang tersembunyi di sela sayap itu melukaimu..." (Kahlil Gibran)

"Jika manusia kehilangan sahabatnya, dia akan melihat sekitarnya dan akan melihat sahabat-sahabatnya datang dan menghiburnya... Akan tetapi apabila hati manusia kehilangan kedamaiannya, dimanakah dia akan menemukannya, bagaimanakah dia akan bisa memperolehnya kembali?" (Kahlil Gibran)

"...kuhancurkan tulang-tulangku, tetapi aku tidak membuangnya sampai aku mendengar suara cinta memanggilku dan melihat jiwaku siap untuk berpetualang" (Kahlil Gibran)

"Tubuh mempunyai keinginan yang tidak kita ketahui. Mereka dipisahkan karena alasan duniawi dan dipisahkan di ujung bumi. Namun jiwa tetap ada di tangan cinta... terus hidup... sampai kematian datang dan menyeret mereka kepada Tuhan..." (Kahlil Gibran)

"Jangan menangis, Kekasihku... Janganlah menangis dan berbahagialah, karena kita diikat bersama dalam cinta. Hanya dengan cinta yang indah... kita dapat bertahan terhadap derita kemiskinan, pahitnya kesedihan, dan duka perpisahan" (Kahlil Gibran)

"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana... seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu... Aku ingin mencintaimu dengan sederhana... seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada..." (Kahlil Gibran)

"Jika cinta tidak dapat mengembalikan engkau kepadaku dalam kehidupan ini... pastilah cinta akan menyatukan kita dalam kehidupan yang akan datang" (Kahlil Gibran)

"Setetes airmata menyatukanku dengan mereka yang patah hati; seulas senyum menjadi sebuah tanda kebahagiaanku dalam keberadaan... Aku merasa lebih baik jika aku mati dalam hasrat dan kerinduan... ketimbang jika aku hidup menjemukan dan putus asa" (Kahlil Gibran)

"Apa yang telah kucintai laksana seorang anak kini tak henti-hentinya aku mencintai... Dan, apa yang kucintai kini... akan kucintai sampai akhir hidupku, karena cinta ialah semua yang dapat kucapai... dan tak ada yang akan mencabut diriku dari padanya" (Kahlil Gibran)

"Kemarin aku sendirian di dunia ini, kekasih; dan kesendirianku... sebengis kematian... Kemarin diriku adalah sepatah kata yang tak bersuara..., di dalam pikiran malam. Hari ini... aku menjelma menjadi sebuah nyanyian menyenangkan di atas lidah hari. Dan, ini berlangsung dalam semenit dari sang waktu yang melahirkan sekilasan pandang, sepatah kata, sebuah desakan dan... sekecup ciuman" (Kahlil Gibran)

"Kemarilah, kekasihku. Kemarilah Layla, dan jangan tinggalkan aku. Kehidupan lebih lemah daripada kematian, tetapi kematian lebih lemah daripada cinta... Engkau telah membebaskanku, Layla, dari siksaan gelak tawa dan pahitnya anggur itu. Izinkan aku mencium tanganmu, tangan yang telah memutuskan rantai-rantaiku. Ciumlah bibirku, ciumlah bibir yang telah mencoba untuk membohongi dan yang telah menyelimuti rahasia-rahasia hatiku. Tutuplah mataku yang meredup ini dengan jari-jemarimu yang berlumuran darah. Ketika jiwaku melayang ke angkasa, taruhlah pisau itu di tangan kananku dan katakan pada mereka bahwa aku telah bunuh diri karena putus asa dan cemburu. Aku hanya mencintaimu, Layla, dan bukan yang lain, aku berpikir bahwa tadi lebih baik bagiku untuk mengorbankan hatiku, kebahagiaanku, kehidupanku daripada melarikan diri bersamamu pada malam pernikahanmu. Ciumlah aku, kekasih jiwaku... sebelum orang-orang melihat tubuhku... Ciumlah aku... ciumlah, Layla..." (Kahlil Gibran)

Semua tanpa editing, murni kopi pastean.

Datang Pergi

apabila malam datang,
maka bibir itu masih di sana
di cangkir putih bergambar bunga abu-abu
tersisa teh manis yang kini sudah kecut
entah, begitu kecut kali ini

apabila pagi datang,
maka wangi itu terbang
mengucap salam pada hidungku yang masih membisu
berkata, "hepnesdey" semoga harimu berbahagia
menarik kedua simpul pada pipiku
tapi sekarang semua itu kadang hadir di mimpiku

apabila siang datang,
melambaikan terik dan penat kebingungan
tuts-tuts inilah yang gemar bersimfoni
bersama rintik bebunyian mouse
mereka bisu kali ini.

apabila bahagia datang,
aku takkan pernah melupakan siapapun

tapi apabila kesedihan datang,
kebahagiaan pergi berganti kecewa,
karena kau tak seperti yang dulu lagi.
(tak usah kembali, tetaplah di sana-mungkin lebih baik)

buseeet, ancur banget tulisan gw skrg :((

10 May 2009

Fana (the Last)


Fana, begitu ia menyebut dirinya. Berdiri di ambang pintu harapnya, menantikan reda badai hatinya. Ia menyaksikan gulungan perasaan yang mengakibatkan pusaran angin puting beliung yang hancurkan asanya. Ia juga menyaksikan kilatan petir dan guruh gemuruh guntur amarahnya menyambar-nyambar kubah-kubah harapan yang dibangunnya dalam sebuah rangkaian cinta.

"Kau. Kau bisa menyalahkanku. Kau bisa membunuhku. Tapi kau takkan pernah bisa membunuh apa yang telah aku tanamkan dalam hatimu."

"Dan kalian. Kalian mencibirku dengan tatapan nista itu. Seolah aku lah sang Durjana. Tapi kalian tidak tahu seandainya keadaan kalian seperti keadaanku saat ini. Saat bumi dibalikkan, dan saat pucat di kening kalian di rentangkan. Aku bukan mencibir, tapi aku akan memberi kalian senyuman. Senyuman paling manis dari madu yang dijanjikan. Hanya saja, kalian cuma bisa berkata, "Ah.. itu kan.."."

Hingga akhirnya mentari jiwanya mengintip dari balik awan suram yang merentangkan jubah kegelapan hatinya. Mentari itu dengan cahayanya cukup membantu lentera optimisnya untuk menerangi gubuk hidupnya yang gelap yang terus digoyang oleh angin kencang yang bernama pesimis. Kini gelap telah hilang, berganti terang yang dihiasi senyuman manis pelangi hiburan. Segarkan alam dan hatinya yang tadinya diguyur hujan kesedihan.

Fana, begitu ia menyebut dirinya. Berkata, "Harapku bagaikan gelombang ombak yang inginkan bersua dengan daratan, tapi apa daya. Ia memeluk karang dan kembali ke laut menggulung seribu asa. Begitulah seterusnya yang ia lakukan"

Lalu ia beranjak, dan pergi bersama iringan simfoni embun cinta yang tak mungkin memuaskan dahaganya. Kecuali dengan hujan.




sumber gambar: http://www.ldesign.com/Images/Essays/GlobalWarming/Part67/hatendespair.jpg

Sand and Foam (Pasir dan Buih)


Jiwaku bertanya pada hatiku, maka dengarkanlah jawabnya.
"Hatiku, kapankah seseorang akan meraih kesempurnaan?"

"Seseorang akan mendekati kesempurnaan ketika ia merasa sebagai jarak yang tak tertempuh apalagi terjangkau, lautan yang tanpa tepi, nyala api tanpa ujung padam, cahaya tanpa pekat gulita, ketenangan air atau bahkan badai yang mengamuk, gelegar petir atau langit yang menangiskan gerimis, senandung air sungai atau simfoni ratapannya, bebunga musim semi atau telanjangnya hari dengan kebohongan, terjalnya gunung atau lekuk lembah, tanah yang subur atau tandus gurun."

"Ketika seseorang merasakan semuanya, dia telah siap meraih setengah dari kesempurnaan. Untuk mencapai tujuannya, ia harus seperti bayi tanpa berdaya, sepenuhnya bergantung pada ibu dan sekaligus seperti ayah yang memikul tanggung jawab atas keluarganya, sebagai anak muda yang hilang dalam cinta, pergulatan purba dengan masa lalu, seorang hamba di peribadatannya, seorang tawanan di kurungannya, dan seorang ilmuwan di tengah mahasiswanya."

"Jiwa yang dungu yang bertarung antara gelap malamnya dan ketidakjelasan siangnya, derita seorang budak di antara bunga-bunga imannya dari duri kehausannya, pendosa yang terpancang antara taring kesadarannya dan cakar kebutuhannya, seorang miskin dalam perangkap kegetiran dan ketertundukkannya, si kaya antara ketamakan dan kata hatinya tentang iba, sang pengkhayal antara kabut jiwanya dan pijar angannya."

"Siapa yang dapat mengalami, melihat dan mengerti semua ini akan dapat meraih kesempurnaan dan menjadi bayang dari bayangan kesempurnaan sejati"

Sumber foto: http://static-p4.fotolia.com/jpg/00/09/14/35/400_F_9143586_fKjOoPcHLJoRM0RE6xpTi8xMgEZJHGun.jpg

SaLaM

Salam padamu wahai siang...
Yang cahanya menaklukkan kegelapan bumi

Salam padamu wahai malam...
Yang kegelapannya menyingkapkan cahaya dari cakrawala

Salam untukmu tahun-tahun...
Yang mengungkap apa dari yang telah disembunyikan zaman.
Kepada abad yang telah memperbaiki kesalahan waktu.

Salam wahai waktu yang membawaku
maju menuju kematian yang sempurna.

Salam untukmu, hati
Yang tenang dalam kedamaian, meski tenggelam di air mata menggenang.

Damai dan salam untukmu jiwa,
Yang membimbing roda-roda kehidupan dan kematian sambil bersembunyi dariku
di balik tirai selubung matahari.(matahati)

Quotes

-Mereka yang sempit hatinya dan pikirannya cenderung mencintai apa yang terbatas pula dalam kehidupan, dan yang lemah wawasan, tidak dapat melihat lebih dari satu cubit ke depan pada jalan yang ditempuhnya. Tidak pula lebih dari satu cubit dari tembok tempat ia menyandarkan bahu.

-Menjadi dewasa sebenarnya bukanlah pilihan. Pilihan hanyalah pada kemauan untuk hidup atau tidak. Dewasa, sabar dan istiqomah itu sudah menjadi bagian dari pilihan kehidupan itu sendiri.

-Mencintai sesuatu kadang melupakan kita dari yang hal lain. Justru hal lain itulah yang memberikan kita kekuatan untuk bisa mencintai sesuatu.

-Dalam sebuah kebahagiaan, katakan pada dirimu "mengapa semua ini bisa terjadi ?"
tapi dalam sebuah kesedihan, bisikkan padanya "walau pun semua ini terjadi..."

-Kita sebenarnya bukanlah menjalani hidup, karena hidup akan terus berjalan sampai ajalnya. Kita hanya orang yang berdiri di teras rumah, mengharap rintikkan hikmah. Sampai akhirnya hidup menemukan ujungnya.

-Dalam setiap kejadian kita menemukan hikmah, tapi jarang sekali kita mengambil ibrah.

-Kesepian adalah buah tangan dari wujud. Lalu mengapa kita selalu mengeluhkan kesepian, padahal kita selalu ada untuk menemaninya.


3 May 2009

bukan hanya antara aku dan doa.


bukan hanya antara aku dan doa
hingga kaki berserah pada utara
dan tangan mengarah ke udara
tapi antara hidup, nafas dan keringat
bercampur di sana air mata, darah, liur dan thin.
memunculkan kehidupan di saat sisi lain kehilangan.
mengingatkan yang terlupa, sedikit demi sedikit rapuh bersama retaknya usia.

bukan hanya antara aku dan doa
tapi Kau di sana berhak atas segala-galanya.

sumber gambar: http://karynmarkwell.com/wp-content/uploads/2007/10/pray-v1.jpg

Preposisi



kau lantang bilang begitu, kujawab ber-ini ber-itu. hingga kuminta waktu gantikan posisiku dan langit memutarmu. kita berganti padu.
sekarang, ku pelan bilang begitu, kau hanya bisa ber-anu-anu. sudahlah memang begitu, cukup saja kau tahu bahwa hidup bukanlah seperti mengetuk dengkulmu.

sumber gambar: http://swengelsk.com/images/eyecirc.gif

2 May 2009

Kata-kata Airmata, Canda tawa dan Kehidupan


aku memilih tak menulis airmata
karena kata-kata takkan bisa mewakili beningnya
melewati kelopak mata indah
jatuh ke bumi dan menyuburkannya
hingga airmata-airmata lain jatuh kembali.

aku memilih tak menulis canda tawa
karena huruf-huruf tak sanggup memerankannya dengan baik
bersandiwara dalam gelak kepedihan
menangis dalam tawa, tawa dalam tangisan

aku memilih tak menulis hidup
karena tinta dunia tak cukup tebal untuk kubaca
lalu dengan pekatnya aku tenggelam
tenggelam dalam lingkaran kehidupan itu sendiri

aku memilih menggantikan diriku dengan cinta
karena cinta pernah mewakili hidupku
karena cinta telah mengundang airmataku
karena cinta menggelitik canda tawaku
dengan kata-kata yang tak terhitung

sumber gambar: http://mooel.blog.friendster.com/files/collection2.jpg

20 Apr 2009

Breakeven.


Kini, tujuh hari tujuh malam tiada seorang pun yang datang menghampiri tugu itu, hanya rintik yang setia tetes demi tetes membasahi, menyapu lumut hijau yang perlahan menggerogoti.
Lelaki tegap itu, masih berdiri. Berdiri mematung mengalirkan pikirannya bersama genangan. Melepaskan selayang pandangannya menembus hijau dedaunan hutan. Melipat detik demi detik.
Panah hujan kembali datang, berwajah sunyi bagai bercadar selubung hati, menenteng mangkuk dan pinggan di tangan, minuman dan santapan penawar lapar dan rasa kesepian. Setelah meletakkan semua itu di samping tugu. Ia beranjak, menyisakan jejak-jejak pertanyaan. Dan balon-balon penasaran. Meninggalkan payung hitam berguling-guling untuk seterusnya terlentang menadah hujan.

Lelaki hujan pun kembali, menghampiri pepohonan poplar perak dalam gerbang putih rumah itu. Lalu berdiri tegap bersandar pada ranting perkasa pohon itu. Pandangannya menerawang, jauh membungkus ujung jalan dan tugu di mana dia berdiri. Dan tak lama kemudian, nampak sesosok Panah hujan berjalan tergesa.

Lelaki hujan menyongsongnya, bersama-sama keduanya berjalan ke arah perjamuan di padang lapang. Hijau meminjam sedikit kilau coklat keemasan. Dipayungi awan hitam, dan rintik gerimis yang membenci datangnya hujan.

Duduklah mereka dan makan bersama, mengitari hidangan yang amat sederhana, setelah Panah Hujan meletakkan roti dan sekedar ikan di meja, dan membagikan sisa anggur pada cawan putih bening. Selagi menuangkan minuman, ia berkata kepada Lelaki hujan,” Kakanda, izinkanlah daku pergi ke kota, membeli anggur penawar dahaga, karena guci ini telah kehabisan isi.”


Ditatapnya Panah hujan, terawang matanya membayangkan perjalanan jauh, dan negeri perantauan, dan ucapnya, “Sudahlah, jangan, sebab anggur itu akan menambah rinduku.”
Dengan nanar matanya ia berkata,” Saudariku, hari ini lonceng perpisahan telah menggema. Sudah lama nian, hamparan samudera kesabaran akan penantian ini aku arungi. Sudah pulalah rindu dan pengharapan ini aku korbankan untuknya gadis putih. Tapi, langit masih enggan memayungi kami. Awan masih iri bila rembulan bersanding dengan matahari.

Namun, sebelum aku menapaki perpisahan ini, pergilah kau saudariku, berjalanlah sambil menyanyi, namun nyanyian yang tidak panjang, sebab hanya tembang yang cepat singgah-terbang, bakal hidup panjang di hati sanubari insan.

“Tuturkan mutiara kebenaran dalam kesederhanaan kata-kata, tapi hindari kebenaran palsu dalam perkataan apapun jua. Katakan pada cinta yang rambutnya berkilau ditingkah surya, dialah sebenarnya putri sang Fajar. Tapi bila kau jumpai dia yang buta dalam asmara, jangan katakan, sebenarnya ia menyatu dengan malam kelam.

“Dengarkan lagu peniup seruling, seolah mendengarkan kidung bulan musim semi, tapi bila kau dengar suara si pengecam dan si pencari kesalahan, tutuplah telingamu hingga setuli tulang-belulang, dan lemparkanlah sejauh larinya khayalan yang terbang.

“Saudariku, pupuskanlah kerinduan. Karena aku tidak mengukur kerinduan dengan galah gemerlapan, tak pula kuduga-duga kedalamannya, sebab cinta kasih, pabila menanggung rindu, melebar dugaan ruang dan ukuran waktu.

“Cintailah cintamu, karena bilang sang Cinta berbicara, segenap angin menjadi kata-kata, dan bila dia berbicara lagi, senyuman di bibirmu, tetesan airmatamu, juga menjelma menjadi kata-kata. Penuh makna. Jika dia berdendang, si tuli mendengar dan terpana, dan bila menghampiri, si buta melihat dan ternganga, penuh ketakjuban.”

Panah hujan tergugu. Haru menyeliputi hatinya. Bersama lirih ia berkata,” Kenapa Kakanda memilih perpisahan ini?”

Dengan senyum tersungging, Lelaki hujan berkata lantang.
“Benarkah aku memisahkan diri darimu? Tidakkan kau ketahui, jarak itu tidak nyata, kecuali yang direntang oleh khayalan rasa? Dan bila pun jarak direntang oleh rasa, dia menjelma jadi irama dalam jiwa.”

Lemah, dan sangat sedih menimpa Panah Hujan. Ia tak kuasa melepas saudaranya kembali kepada kabut. Untuk terbang kembali ke awan. Dan menjadi Hujan.

Malam pun turun. Ia telah tiba di samping tugu. Langkahnya menapaki kabut, berdiri dia antara karang dan batang-batang sipres putih, tersembunyi dari segala pandangan, ia pun menyeru alam:

“Wahai kabut, saudaraku, nafas putih yang belum berwujud, Aku pulang kepadamu, wahai nafas putih tanpa suara, sepatah kata yang belum terungkap.

Wahai kabut, saudaraku yang bersayap, kini kita bertemu, bersamamu hingga kehidupan yang kedua, Fajar daku menjelma bayi, dalam dekapan seorang perempuan hujan.

Wahai kabut, saudaraku, tangan ini masih menggenggam benih cinta untuk disebarkan, dan di bibirku terjalin lagu asmara pesananmu agar kunyanyikan padanya, Namun kembaliku tanpa buah, tanpa membawa kumandang lagu, karena tangan ini buta, dan bibir kelu.

Wahai kabut, saudaraku, betapa cintaku kepada gadis putih dan dia pun mengasihiku,
Sebab segenap senyumku tersungging pula pada bibirnya, dan seluruh airmatanya menggenangi pula simpul mataku. Namun diantara kamu menganga kebisuan yang tiada terjembatani, aku pun tak kuasa melangkahi.

Wahai kabut, saudaraku kabut.
Denganmu kini aku menyatu,
Telah lenyap dari pribadiku,
Batas tepian telah tumbang,
Rantai ikatan pun telah hilang,
Aku pulang.
Dan biarkan terang. Hapuskanlah hujan.”

Plagiat dari buku Taman Sang Nabi; Kahlil Gibran. Penerbit Pustaka Jaya tahun 1988.
gambar dari http://soulidaritas.files.wordpress.com/2007/12/kabut.jpg

6 Apr 2009

Beautiful Quotes


I'm none in you
loving you but not belong to you
let me buring that love in my soul grave
I'll carve a love word over it

.
Asep, i love this quotes.
.
thanks, bro ;)

2 Apr 2009

Merasa Dirasakan.


Kaget.
Ketika pagi itu, di tengah cuaca dingin yang berlomba dengan kantuk mencoba masuk dalam kantong tidurku. Sedikit demi sedikit membujuk dengan rayuan maut lembutnya permukaan selimut. Dan iming-iming akan mimpi tanpa akhir.
Tapi.
Aku pelan-pelan beranjak. Membangunkan istriku yang sejak tadi malam terlelap. Mungkin dia cape, seharian terus mendengarkan keluh kesahku. Yah, dia lah hartaku satu-satunya. Hidup bersamaku. Kalau dia sakit, repotlah hidupku.
Tenang.
Tatkala istriku dengan ceria memberi kecerahan pada pagiku. Memberikan aku kabar tentang dunia-dunia jauh di sana. Dia pula yang memberitahukan aku kalau pagi itu (atau kapanpun) sahabatku Neilhoja sudah menitipkan pesan berisi award kepadaku.
Bingung.
Aku harus mengapresiasi bagaimana award ini. Ada atau tidak ada, menulis saja aku mood-mood-an. Istriku mengangguk. Tapi, tak apalah. Aku merasa bahwa keberadaanku lewat istriku dirasakan.
Makasih ya, Niam.

Insya Allah aku mencoba menulis lagi. Dengan bidangku. Atau apalah orang-orang menilaiku. :D

Aku memilih...
1. Neil Hoja lagi..
2. Tyara
3. Ka Dimas
4. Mimi Panah Hujan
5. Mamun
6. NuRy
7. Sayyid Zuhdi
8. Sonny
9. Mbak Zanub
10. Bang Fizy
.
heheh..
Bagi yang kena, silakan dibaca
ketentuannya:

1. Pasang logo award di blog kalian.
2. Nominasikan paling sedikit 10 nama blog yang kalian anggap FABULOUS.
3. Pastikan kalian sudah menempatkan link mereka.
4. Beritahu mereka dengan memberikan komentar di blog mereka.
5. Share the love and link to this post and to the person from whom you received your award


Udah kan ya, Niam ?
Hheeh.. thanks, bro ;)


23 Mar 2009

I believe I can Fly


I used to think that I could not go on
And life was nothing but an awful song
But now I know the meaning of true love
I'm leaning on the everlasting arms
If I can see it, then I can do it
If I just believe it, there's nothing to it

I believe I can fly
I believe I can touch the sky
I think about it every night and day
Spread my wings and fly away
I believe I can soar
I see me running through that open door
I believe I can fly

See I was on the verge of breaking down
Sometimes silence can seem so loud
There are miracles in life I must achieve
But first I know it starts inside of me oohh
If I can see it, then I can be it
If I just believe it, there's nothing to it






21 Mar 2009

Welcome to Existance.



tutup matamu seakan
kemarin belum berulang
meninggalkan jejak
tetes demi tetes kenangan
yang tercecer

padamkan lampu sehingga
yang ada dihadapanmu adalah nyata
tanpa warna
tanpa cahaya yang menghiasinya
tanpa kau tahu wujudnya
tapi dapat kau rasa adanya

selamat datang dalam kegelapan
nikmatilah keberadaan
dengan matamu yang tertutup
tanpa cahaya
terus bersama nafas yang tersendat
keluar didahului kata
cinta


20 Mar 2009

Pelan pelan dan diam diamku.


Pelan pelan aku
mengidamkanmu sebagai manusia.
Yang dapat kugapai
dengan imajinasi
dalam mimpi
menghidupkan naluri

dan Diam diam aku
nafikanmu sebagai rembulan
yang jauh bersinar di sana
yang tak dapat kugapai
tak mampu menembus jarakmu
tanpa imajinasi
tak bisa bermimpi
membunuh naluri.

19 Mar 2009

Bintang.


/1/
o bintang
ajari aku menari
menari melipat awan
hitam yang membungkus
bumiku yang dingin
mati oleh cinta yang membingungkan.

/2/
o bintang
sebelum tiba saatku
nanti rebahkan tubuh
buka mataku untuk cahaya
itu yang bisa mencairkan
kebekuan bisu dan diamnya cinta yang membingungkan.

/3/
o bintang
jemputlah jiwaku
dari bara gejolak
yang terbahak di bawah
tungku karat imanku
yang perlahan
memilih mati karena cinta yang membingungkan.

o stars.. i believe God will save my soul
*when i'm looking at the stars, it feels like you.

Aku bertanya, Diriku menjawab.


Aku bertanya :
Dimana bisa kutemui kedamaian ?

Diriku menjawab :
Kau akan temui kedamaian di sana, di mana
engkau sudah dengan tenang menyetorkan
kedamaian yang engkau jaga.Dan kedamaian
yang kau jaga, berkata padamu:
"Terimakasih telah menjagaku, walau ku
tak tahu sebenarnya atas dasar apa kau
sudi menjagaku"
Kau temukan kedamaian dalam cintamu yang
sempurna

Aku bertanya :
Di mana kuperoleh kesempurnaan ?

Diriku menjawab :
Kau akan memperoleh kesempurnaan ketika
kau merasa sebagai jarak yang tak
tertempuh, lautan tanpa tepi, dan nyala
api tanpa padam. Tapi itu baru setengah
dari kesempurnaan. Untuk mencapai
tujuanmu, kau harus merasa sebagai bayi
yang suci dan tanpa daya. Atau sebagai
pemuda yang kehilangan cinta. Karena
sebenarnya dari sana lah kau akan dapat
menyelami, melihat dan mengerti. Dan
akhirnya kau akan mendapat bayangan
kesempurnaan.

Aku bertanya :
Di mana bisa kutemui cinta ?

Diriku menjawab :
Kau kan temukan cinta dalam hatimu. Saat
kau takkan bisa berhenti untuk
memikirkan yang tercinta. Saat kau sakit
dan lemah, kau masih bisa memikirkannya.
Saat kau senang dan ceria, kau masih
peduli padanya. Dan sisihkan sedemikian
waktumu untuknya.

Damai, kesempurnaan dan cintamu berada
dalam sebuah botol tua yang berdebu dan
berhiaskan guratan hijau lumut zaman.
Botol itu adalah harapanmu.

18 Mar 2009

Masih Tetap Tersenyum


Ketika keretaku tak datang lagi
Menjemput cintaku yang telah lama mati
Seperti layaknya bintang tak bersinar
Namun aku masih tetap tersenyum

Ketika kekasihku meninggalkan aku
Ku tak tahu kemana dia telah pergi
Tak tersentuh, tak terjamah, tak kudengar lagi
Namun aku masih menikmati hidup...

Ketika keretaku telah datang kembali
Membawa cintaku tertera di dasar hati
Menawarkan kepedihan di antara tawa
Namun aku masih tetap tersenyum
Namun aku masih tetap tersenyum


14 Mar 2009

Telaga Rasa


adapun kau masih mengalir
bersama hening dan detik
yang masing-masing bercerita tentang
satu frame
antara aku dan diammu’
berbingkai pikuk dunia

kutatap bingkai itu
mendengarkan celoteh telaga rasa
tersangkut, ingin mengucap cinta
cukup, hanya untuk saat ini

aku memantul pada kaca berkata
diam, tak ada jentik duka
yang ada hanya gerimis cinta
bukan hujan
hingga kali ini


7 Mar 2009

angin, hilang, pulang, darah dan satu sudut mata.



angin
sedikit demi sedikit menggelayut memelukku
dari belakang, desah nafasnya berdesik
membisikku. Pulang.
aku mengangguk, membuka mata. Jalan berdesak-desakan.
orang-orang berjalan, satu sudut mata. Hilang.
mengalun menyayat, dengan selembar silet.
menciptakan nada berjalan mengalir bersama
Darah.
angin.
aku datang, Pulang bersamamu darah. Hilang, dengan satu sudut mata.

24 Feb 2009

Lilin

selalu kubayangkan bahwa kau bisa meniup lilin
ulangtahun, yang diatasnya menari api merah
berselendang biru.
mengalun, mengikuti jejak angin yang bertepuk,
bersorak. bahwa ajalmu bergeser mendekat.
dan itulah yang kutakutkan
nafasmu padam, sebelum lilin ulangtahun itu.

7 Feb 2009

When I'm Looking the Stars


There is no such things about luck.
There is no such things about love.

I dare you to move.
Be alone is better.
Make your self strong.
Like you'll never fall away.


Smile.
Like I said.
Forgive me, forget me.
Like today never happened.

When I'm looking the stars
-there is you

6 Feb 2009

Pena Hampa, Kertas Udara


/1/
kita saling terdiam satu sama lain,
dalam gerimis itu, senja merah bersemu oranye.

ada hening di sana, hening yang beriak.
hening yang tak berani bersandar pada siapapun
terus menggelayut di ranting jenak. karena ia tak tahu
kemana harus menyandarkan bahunya.

/2/
Cinta berseru "Mungkinkah kau gambarkan wujudku?"
kepada diamku dan diammu, yang terpisah
antara ruang bisu. terketuk, hampir terantuk.

aku menggeleng,
di sebrang kau mengangguk.

dahiku berkernyit, kau tersenyum

"Itu mudah, goreskan saja ia dengan
pena waktu," sembari kau benarkan ponimu.

/3/
Pena hampa, kertas udara.
khayalanmu dan khayalanku terbang masing-masing
ada yang bersatu, ada yang
membekukan waktu dalam frame sendiri-sendiri.
tapi aku senang,
dalam bisu kau lancar mengucap kata:
Aku sayang kamu.

28 Jan 2009

Itu saja (roda)



Kemarin, aku menjadi sepatah kata yang tak bersuara dalam pikiran malam.
.
Hari ini, aku menjadi sebuah senandung riang di atas lidah hari.
.
Hingga kejap detik, mengusap kegembiraan menjadi mimpi.
.

itu saja.
:)

24 Jan 2009

Mutiara (renew)


Aku masih tergenang bersama rintikan hujan. Aku menyaksikannya.

Sungguh, raut wajah itu. Raut lelah yang bertopang pada kerasnya rahang. Aku sadar, ia pasti bukan orang biasa. Terlihat dari gerak mata awasnya. Tak bisa terbayang, ia lahir dari keluarga miskin. Tak berdaya, tepatnya empat puluh enam tahun yang lalu.

Bujang, terlahir delapan bersaudara. Ia anak ketiga, semua saudaranya lenyap entah kemana. Pergi bersama angin, bertarung untuk hidup. Bukanlah ironi. Ini adalah perjuangan. Kini, yang ada dalam hatinya. Sepasang bola mata jernih anak perempuan hasil pernikahannya dengan Juwita. Sang Istri tegar nan setia. Berkuyup keringat itu adalah kesenangannya. Hidup, mengajarkan mereka untuk saling setia dan percaya.

Selain menghidupi anak dan istrinya. Bujang juga mengemban diri sebagai kakak dari adiknya yang lumpuh. Sebuah cobaan dari kecil hingga dewasa. Tapi, berbeda dengannya. Saudaranya, Burhan. Mempunyai kelebihan. Ia tampan. Dan Bujang sangat bangga dengan adiknya. Kemana-mana ia busungkan dada.

"Inilah adikku, Burhan"

"Ketampanannya merupakan serpihan dari ketampanan Yusuf dari Palestina", ia berbangga.

Pekerjaan sehari-hari Bujang adalah nelayan. Tapi, tak ada yang mengira bahwa ia adalah mantan preman. Orang kuat saat ia di masa digdayanya. Penebar dendam kesumat para pendengkinya. Tapi, lagi-lagi.. Kini ia menjadi manusia biasa. Hidup bersama cahaya mata.

Sedangkan Burhan, lelaki cacat mental. Ia tak bisa apa-apa. Jangankan membaca, bicarapun ia terbata. Sungguh, cobaan hidup membuatnya semakin dewasa. Ia sadar dalam ketidakberdayaannya. Duduk, merenung, berfikir, dan bersyukur menemani harinya. Sejauh perjalanan hidupnya.

"Burhan…! Kau jaga anakmu, jangan sampai ia pergi kemana-mana. Istriku bekerja. Aku ingin pergi ke laut. Mencari bingkai dunia, bekal surga," teriak Bujang kepada adiknya.

"I..i..yy..a, bang!" jawab Burhan terbata.
Begitulah keseharian mantan preman penguasa di pucuk hidupnya. Ia sadar, semakin renta. Ia harus semakin bahagia. Jasad dan jiwanya.

***

"Kau harus menemukan Bujang, kung !" teriak seorang Tambun kepada kawannya.

"Bagaimana aku menemukannya, sedangkan ia menghilang. Tanpa tahu di mana senja menyimpannya," ujar Jangkung.

"Sudahlah, aku dengar. Ia punya adik lelaki cacat jiwa. Aku yakin, adiknya itu lebih berharga dari mutiara yang ada di tangannya," pikir Tambun menyusun rencana.

"Kau culik saja adiknya, biar dia menyerahkan mutiara itu kepada kita. Lantas, dendam membara takkan lama bergelora," tambahnya.

"Baiklah, aku segera mencarinya dan membawanya ke hadapanmu," angguk Jangkung kepada tuannya.

***

Bujang murka tak kentara. Disaksikannya rumahnya porak poranda. Anak istrinya terisak di sana. Tak pula ditemukannya keberadaan adiknya.

"Burhan di bawa mereka…" isak istrinya.

"Aku sudah tahu, pasti ini ulah Tambun," gumam Bujang


Dendam itu. Ya, dendam itu. Aku juga menyaksikannya. Masih di bawah gerimis saat itu. Tatkala Bujang dan Tambun mengikat diri untuk bersaudara. Keduanya selalu bersama. Tapi harta. Lagi-lagi harta. Memberaikan keduanya. Hanya sebutir mutiara yang didapati keduanya. Teronggok di mulut kerang menganga. Indah, seakan menyala.

Bujang, sebagai yang terkuat. Dialah sang pemenang. Dan mendapatkannya. Tambun hanya termangu, kesumat dalam dadanya.
"Enyahlah kau Bujang, pergi bersama senja !"

***
"Tambun !" teriak Bujang menggema.

"Di mana kau sekap adikku ?"

"Hhahahaha…. Bujang…Bujang.." tawa Tambun tak kalah membahana.

"Ternyata, kau lebih mementingkan adikmu daripada sebiji mutiara."
"Tapi, aku lebih kecewa. Kita dulu sepakat bersaudara. Dan kau lebih memilih harta."

"Itu dulu, Tambun. Saat aku hidup, memanjakan dosa !"

"Sudahlah, serahkan mutiara itu. Dan kulepaskan adikmu ini." gertak Tambun.

"Lepaskan dulu, dia. Baru kau bisa menikmati kilauan mutiara," tak kalah Bujang lantang.

"Sudahlah.. pergi sana ! Pemuda Nestapa !" usir Tambun.

Terseok, Burhan pergi. Mendapati kakaknya. Berpelukan. Dan Bujang berbisik.
"Berjalanlah lurus, jangan pernah berpaling. Hidupku takkan lama. Jagalah kakak dan anakmu,"

"A..aa.. aku tak mengerti maksudmu, Abang," tanya Burhan

"Sudahlah, kau ikuti saja perintahku."

Menunduk, hampir jatuh. Burhan melepaskan pelukan kakaknya. Entahlah, air mata di pipinya asin dan memanas.

Ia menghilang, lurus berjalan.

Terpingkal Tambun menyaksikan. Ia terbahak, lama.

"Bedebah, keparat !!!" teriak Bujang.

Ia menelan mutiara itu. Mutiara kehidupan. Wajar saja mereka memperebutkannya. Itulah Ratu Para Mutiara.

Pergumulan dimulai. Tak ditemui keheningan. Rerumputan ikut bersorak, mengiringi mereke berjibaku. Berbalas pukul dan sepak.
Hingga satu tikaman. Tikaman kematian.

Bujang ambruk dengan perut memburai. Tambun terduduk. Ia juga terluka. Tapi, luka di hatinya lebih parah. Ternyata, tikaman Jangkung juga telak mendarat di hatinya.

Keduanya tewas, di bawah kaki seorang Jangkung yang tertawa.

"Hhahahah.. persaudaraan akhirnya berakhir dengan pertempuran maut. Hanya sebuah Mutiara." ia tertawa.

"Kau Tambun, jangan pernah percaya sekutu dalam kejahatan. Kalau bukan dirimu yang lebih dahulu membunuhku, kau pasti orang pertama yang binasa di antara kita,"

"Kau Bujang, persaudaraan hanya kau hargai sebiji mutiara. Baru kau rasa, mutiara hanya sekedar biji mata laut. Pasti akan fana."

***
Telaten. Jangkung menyusuri setiap lengkungan usus. Dibedahnya perut Bujang. Mengeluarkan isinya, dan membiarkan paru-paru merah tua kembang kempis di dalamnya.
Menyisit, mengupas tiap ruas usus panas. Sekedar untuk menemukan sebiji mutiara.
Darah hangat kental di tangannya. Membuatnya tertawa.

Dan ia tertawa, aku menyaksikannya di bawah hujan. Masih di sini. Tergenang bersama jenak.

***
Jlek ! Mati lampu kamarku.
Kini, aku tak bisa lagi membaca.
Buku cerita tua yang kudapati di pasar Azbakiya, ternyata isinya sangat membosankan. Aku sangat tidak menikmatinya. Tidak seperti novel-novel teenlit lainnya.

"Uuuuh.. membosankan !" aku melempar buku cerita tadi ke rak. Seperti biasa.

Ah, aku ingin tidur. Memang, di bawah hujan ini enaknya tidur. Nanti malam aku ingin begadang menonton bola.

Masih di bawah hujan. Dan aku masih di sini. Tergenang. Sudahlah, aku lupakan saja.

Tak mudah difahami.


Memahami perbedaan dari egoisme kehidupan
Disakiti oleh pemahaman sendiri tentang makna perubahan
Meneriakkan ke-modernan dalam lusuh pakaian zaman
serak, dan berbahagia membawa kemenangan ideologi melempar lembaran iman

"Jangan melarang kami telanjang, ketertelanjangan ini adalah fitrah. Dan fitrah merupakan sebuah berkah."
Kau berseru sembari menutup mata dari bongkahan hikmah, hikmah dari sebuah ketertutupan.

"Kalian tidak menghargai perbedaan, kalian tidak menghormati kemanusiaan"
sedangkan kau sendiri, melepuhkan reward surga dengan melompati teritori Adam.

23 Jan 2009

Da Wind's



I said:
"Ooh rainbows, ooh butterflies, come here with me*"
"Just let the rain come.. let himself come and feel it pain"
"Yeah, it sometimes hurt a lot. And make me suffered "
"It sometimes satisfactoried. And make me happy"
.
"I just try to figure this out... "
.
Fana tersentak dalam tidurnya.
Aroma itu .. aroma yang selalu mengusik tenang dalam hidupnya. Kini perlahan kembali memasuki setiap rongga kenangan yang telah ia simpan dalam-dalam.
Fana beranjak, mengumpulkan segenap kekuatan dalam dirinya. Untuk mencoba berontak dan mengusir aroma pekat yang hampir melumpuhkan syaraf penciumannya.

Fana teriak,
"Angin ! Bukankah engkau sanggup menghilangkan segalanya ?"
"Angin ! Hapuskan semuanya, termasuk kenangan ini. Kenangan yang engkau bawa bersama harumnya cinta."
"Angin ! Aku menolaknya dan ia enggan menerimaku. Tapi masihkan aku yang tertulis di sana ?"
"Angin ! Letakkan pada awan, segumpal hujan. Biarkan ia temaniku bersama genangan."
"Angin ! Tiupkan hujan, biar basahi kelopak. Lalu mengalir turun kepada bunga. Merah"
: Angin, aku berikan segalanya padanya. Agar dia bahagia. Tapi, yakinkan aku. Bahwa aku bukanlah untuknya. Atau, mungkin selamanya aku takkan ada untuknya.
aku ingin bersamanya

Kairo, 11 Januari 2008
Rabea Adawea
*from sedanafisa

20 Jan 2009

Digantung (Cinta???)

Bismillah...
Yah, kali ini kembali bicara masalah hati dan perasaan.MySpace
Berdasar pengalaman pribadi dan kali ini pengalaman teman. Ternyata, perasaan sayang dan cinta itu tidak dapat di simpan. Walaupun kita sudah menyediakan kotak es bersuhu dibawah derajat celsius untuk menyimpan perasaan itu, sangat sulit bagi kita (atau setidaknya bagi saya sendiri) untuk melewati masa-masa menegangkan tersebut. Cinta, entah kenapa awalnya begitu menyakitkan. Semoga akhir yang akan bahagia atau setidaknya bisa melupakan kepahitannya.MySpace

Dalam istilah pertama bahasa Arab yang saya dengar, "Al-Mahabbatu-l-Ulaa Laa Tunsaa Fiiha". Yang berarti cinta pertama yang takkan bisa terlupakan. Entah, definisi cinta di sini apa, atau cinta di situ apa. Yang jelas, masing-masing orang pernah merasakannya.

Tapi kasus kali ini, adalah "Digantung Cinta". Heu..MySpace
Terkesan lucu memang istilah ini. Marilah sedikit saya mencoba ber-ilmiyah ria dalam mengupas sedikit demi sedikit makna epistemologis dari istilah ini.

Digantung, merupakan kata kerja pasif yang berasal dari kata asli gantung yang berarti menempatkan sesuatu di atas dalam keadaan tergantung (loh???). Sedangkan cinta itu sendiri mempunyai ragam macam definisi. Hampir sama dengan ungkapan pornografi yang mempunyai makna luas berdasar kamus masing-masing. Tapi saya tidak akan berbicara masalah pornografi. Tapi digantung cinta.

Makna dari digantung cinta itu sendiri setelah dirangkai jadi sebuah istilah adalah kondisi atau sebuah keadaan dimana seseorang berada dalam sebuah ketidakpastian cinta. Yah, maksudnya belum diberikan kepastian dari pihak yang dicintai. Antara cinta yang diterima atau ditolak. Atau bahkan, tidak ada pernyataan apapun. (ini parah!!!).MySpace

Keadaan ini memang terkadang bagi sebagian orang sangat mengerikan. Dan bagi saya sendiri, cukup menegangkan. Tapi kita bisa mengambil pelajaran dari keadaan digantung cinta ini.

Pertama, kita bisa benar-benar mengintrospeksi diri.MySpace
Yaitu, apakah kita benar-benar telah benar (heuheu) dalam memaknai sebuah cinta atau sudah terkontaminasi dengan amarah, ambisi, birahi dan penyakit hati lainnya.
Dalam ajaran agama saya (Islam), mencintai seseorang pada hakikatnya mencintai kefanaan. Nah, apabila dengan cinta tersebut kita mengharapkan kefanaan, maka yang kita dapatkan adalah kefanaan juga. Tapi apabila dengan cinta itu kita mengharapkan ridho Allah swt, maka yang akan kita dapatkan bukan hanya cinta di dunia tapi juga cinta di akhirat.
Dalam kondisi ini juga kita bisa mengintrospeksi orang yang kita cintai. Apakah pantas dia kita cintai? Apakah sanggup kita menerimanya? Dan apa yang akan kita tuju setelah kita mendapatkan cintanya?
Allah swt berfirman: "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi kamu mencintai sesuatu padahal ia buruk bagimu. Dan Allah maha Mengetahui dan kamu tidak mengetahui".

Kedua, kita bisa mengambil nafas untuk langkah selanjutnya.MySpace
Maksudnya ??? Ya, bisa saja setelah introspeksi di langkah pertama pendirian kita berubah. Ada yang ragu dan ada yang masih bersikukuh. Bagi yang ragu, silakan diperhatikan baik-baik lagi. Apakah kita benar-benar sudah melakukan pilihan yang tepat ? Sudahkah kita siap menerima apapun yang terjadi? Sudah siapkan kita mengatur hati?
Dan bagi yang sudah mantap, silakan lanjutkan langkah anda selanjutnya.

Ketiga, dalam keadaan digantung cinta seharusnya kita bisa terus meng-upgrade apa saja yang ada dalam diri kita.MySpace Mulai dari penampilan, gaya hidup, pengaturan waktu hingga perasaan. Tapi, jangan lupa juga untuk meng-upgrade iman. Karena sebaik-baiknya orang, orang yang beriman lah yang mempunyai aura khusus (dikutip dari buku How to Be a Soktau, hal 132).

Yah, begitulah keadaan digantung cinta. Ada perasaan ragu, takut dan cemas. Ada perasaan cemburu, tapi juga perasaan yang menafikah keberhak-kan untuk cemburu. Memang, keadaan yang sangat sulit. Tapi, sabarlah. Karena mencintai itu memang hak dan fitrah manusia. Seperti yang difirmankan oleh Allah swt :

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar- benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” (QS. Ar Rum: 21)

Pada hakikatnya cinta kepada Allah swt lah cinta yang paling utama. Dialah sang Penggantung Cinta yang Maha Tinggi. Tak ada cinta selain dari Allah swt. Dan Allah menganugrahkan cintanya pada manusia agar kita bisa menjalin rasa kasih sayang yang dalam bahasa manusianya adalah cinta.
Maka, hikmah dari digantung cinta mungkin adalah:

1. Cinta adalah proses ujian yg keras dan pahit dalam kehidupan manusia. Apakah cinta itu dalam perjalanannya akan menghantarkannya kepada jalan yg mulia atau menghempaskannya kepada jalan yg hina.
2. Jika tidak ada digantung cinta maka tidak ada prinsip berpikir, karena kalau semua langsung diterima kita tidak tau apa yang bakal terjadi nanti.
3. Keberadaan digantung cinta merupakan faktor dominan dalam kehidupan manusia, dimana manusia selalu diliputi rasa resah dan gelisah tergantung cara penyembuhan dari masing-masing individu.

Semoga kita tidak terlalu larut dalam kesedihan digantung cinta. Dan semoga Allah menganugrahkan cinta-Nya kepada kita semua. Amien. MySpace


13 Jan 2009

Suntuk; dalam ketidak-nyambungan


Berulang kucoba mengulang membaca diktat Logika (Mantiq). Tak ada yang masuk. Yang hinggap malah suntuk. Dan aku sangat takut dengan suntuk, suntuk pasti membawa kekosongan. Sudah banyak efek samping dari sebuah kekosongan. Dan aku tak mau terjebak sebagai salah satu pasien penderita kekosongan. Yah, malam ini.
.
Bagi pembaca, aku minta maaf. Diriku sudah sedikit berusaha menghias tulisan ini dengan untaian kata -yang kupaksakan untuk di sebut indah- daripada datang kritik berbunyi. "Ah, curhatan !". Sedang aku belum siap menerimanya.
.
Berbicara tentang kesuntukan, penyakit ini bisa disebabkan oleh banyak virus dan bakteri. Dan salah satunya adalah yang sedang kualami sekarang. Yaitu, kekosongan. Kekosonganku malam ini adalah komplikasi dari rasa lapar, stress kecil, dan kantuk yang masih tersimpan sejak kemarin malam. Rupanya, aku belum menyiapkan vaksin untuk bakteri ini. Dan, walhasil. Bakteri kekosongan berhasil menjalar ke seluruh nadi pikiran. Menutup semuanya, dan membuat otakku yang tadinya statis dalam menerima setiap informasi menjadi tertutup. No enter. Terpampang jelas di pintu pikiranku.
Sekarang, pasrah. Sedikit menyalurkan, olahraga jari.
.
Kekosongan, dalam ajaran agamaku - Islam- merupakan salah satu faktor penyebab kerusakan. Entah itu kerusakan mental, moral dan jasmani. Orang yang dilanda kekosongan cenderung lebih mudah terpengaruh oleh faham terserahgueisme. Dan kalau 'faham sesat' ini sudah menjalar, apapun berjalan lancar. Begitupula nalar manusiawi, juga ikut menguap dengan mudah.
.
Dalam ajaran agamaku, kalau sudah kurasakan indikasi terserang penyakit kosong atau faragh (dalam bahasa kedokteran Jiwa). Aku diperintahkan untuk mengisinya dengan sesuatu yang berguna. Atau setidaknya bisa mengalihkan perhatianku dari sesuatu yang buruk -buruk:dalam sesuatu yang umum-.
Sebuah istilah pernah dikutip, "Maa ba'da l faragh illa l fasad". Tiada sesuatu pun setelah kekosongan, kecuali membawa sebuah kerusakan.
Hidup selamanya aktif, bukanlah hidup di sana seandainya tak ada 'kehidupan' itu sendiri. Istirahat ? Yah, bapak-bapak guruku kerap berkata, "Ar Rohatu fil Jannah". Istirahat itu hanya di surga.
Ini indikasi bahwa hidup itu akan selalu aktif.
.
Hidup, bukanlah hidup kalau dibingkai dengan kekosongan. Karena kekosongan, itu hampa. Hampa itu tak berisi. Tak berisi, is nothing. Kalau sudah tak berisi, setan lebih mudah masuk. Hasta karya setan dari kekosongan adalah, Ngaco, Ngawur, Ngeres dan Kesurupan.
Maka turunlah perintah untuk mengisi kekosongan dengan sesuatu yang baik dan berguna. "Fa idza faraghta fa nshab" .Apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).
Begitupula apa yang diwariskan oleh Nabiku Muhammad saw. dalam 5 hal sebelum 5 hal. Aku diperintahkan menggunakan waktu lowongku dengan sesuatu yang berguna.
Maka dari itu, tanpa kusadari. Sudah berapa karakterkah yang kutulis di sini.
Coba estimasi, berapa karakter yang sudah saya hasilkan hanya dalam coretan ini ?
.
.
Silakan merenung, jangan sampai kosong. ;)
Wallahu a'lam.
CMIIW