Pages

22 Apr 2010

Kokoh, Tak Tergantikan


Picture Source click here


Watak orang-orang Mesir lebih mewakili mereka sebagai orang gurun ketimbang orang Arab. Dari beberapa buku dan sumber yang kutanyakan, konon orang Mesir asli sekarang lebih banyak berada pada garis selatan seperti di Al-Menia, Asyut, Aswan, Luxor dan perbatasan antara Mesir dan Sudan. Walau mereka yang ada sekarang adalah campuran berbagai macam ras, dari Turki, Perancis, Arab, Inggris tapi tetap saja mereka adalah keturunan Mamluk yang menguasai Mesir dari era Bahri el-Mamluk sampai Burji el-Mamluk.

Kalau mereka bicara, kupingku rasanya sakit. Suara mereka begitu keras dan nyaring. Cara mereka bicara pun terlalu ekspresif menurutku. Gaya tangan dan wajah mereka cenderung tak bisa diam. Berbeda dengan kita orang Indonesia, yang bahasa pun lembut sampai hampir tak terdengar. Harus penuh kesabaran memang kalau mau berurusan dengan orang Mesir. Tapi salah satu yang menarik dari mereka adalah mereka begitu komunikatif. Pernah suatu saat aku bertanya tentang arah menuju Masjid al-Hakim bi Amrilla di kawasan Babul Futuh kepada orang Mesir yang kebetulan berdiri di terminal Darrasah, orang itu lalu menjelaskan panjang lebar lebih dari informasi yang kuharapkan. Tapi, syukurlah aku malah mendapatkan informasi yang lebih dan baru.

Babul Futuh atau dalam terjemahan bebasku adalah gerbang pembuka bagi penaklukan-penaklukan atau penyelamatan berdiri begitu kokoh di hadapanku. Di sampingnya, Babul Nasr juga tampak megah. Kedua gerbang yang dibangun bersamaan pada tahun 1087 oleh Badr al-Jamali al-Juyushi ini seakan menjadi lambang betapa kuatnya pertahanan militer Islam di Mesir dulunya.


Dari orang Mesir yang kutanya tadi, gerbang ini dibangun oleh al-Juyushi untuk menahan serangan dari orang-orang Turki Seljuk Atsiz dan beberapa pasukan musuh yang datang dari Timur kota Kairo lama.

Kalau kuperhatikan, betapa kentara corak-corak zaman Fathimiyah melekat di kedua gerbang ini. Mulai dari tulisan syahadatain yang ditambah untuk Ali bin Abi Thalib sebagai sahabat Rasulullah saw. Tampak pula di sana lengkungan pada bagian depan Babul Futuh yang merupakan ciri khas daulah yang pernah menguasai Mesir dan menyebarkan ajaran Syiah ini. Dari beberapa sumber yang kudapatkan dari paman Google, penggunaan lengkungan ini merupakan anomali dalam Fathimiyah Kairo. Dalam bentuk dan ukiran-ukiran yang ada dalam bangunan ini juga bisa kurasakan nuansa campuran antara Mesir dan Syiria. Sungguh sebuah mahakarya yang luarbiasa.

Bisa dilihat juga pada tingkat atas bangunan ini, nama-nama penjaga gerbang yang ditulis oleh Napoleon Bonaparte yang pernah menguasai daerah ini. Sebagai pengingat bahwa mereka adalah yang ditugasi untuk menjaga pintu ini. Sebagai salah satu buktinya bisa dilihat di Tour Courbin dan Tour Julien.

Betapa, begitu besar perhatian sebuah pemerintah kala itu kepada gerbang pertahanan mereka. Mulai dari fungsinya sebagai gerbang yang melindungi daerah juga sebagai lambang superioritas sebuah karya seni. Sungguh, kokoh dan tak tergantikan.

7 Apr 2010

Akhirnya...


Akhirnya, begitulah kutulis... :D
Setelah sekian lama tak mengudara, entah dapat angin dari mana hari ini aku bisa kembali ke ranah dunia maya.
Memang merindukan, rindu untuk bisa menulis sana-sini. Rindu untuk bisa terhubung kembali dengan teman-teman lawas yang lama tak bertemu di balik monitor.

Dan, pemirsa sekalian. Akan hadir kembali, Ipenk Project untuk kesekian kalinya dengan membawa keragaman tentang hidup, tawa, tangis, cinta dan apapun yang ada di sekitar kita.

Terimakasih buat perhatian teman-teman. :)