Jiwaku bertanya pada hatiku, maka dengarkanlah jawabnya.
"Hatiku, kapankah seseorang akan meraih kesempurnaan?"
"Seseorang akan mendekati kesempurnaan ketika ia merasa sebagai jarak yang tak tertempuh apalagi terjangkau, lautan yang tanpa tepi, nyala api tanpa ujung padam, cahaya tanpa pekat gulita, ketenangan air atau bahkan badai yang mengamuk, gelegar petir atau langit yang menangiskan gerimis, senandung air sungai atau simfoni ratapannya, bebunga musim semi atau telanjangnya hari dengan kebohongan, terjalnya gunung atau lekuk lembah, tanah yang subur atau tandus gurun."
"Ketika seseorang merasakan semuanya, dia telah siap meraih setengah dari kesempurnaan. Untuk mencapai tujuannya, ia harus seperti bayi tanpa berdaya, sepenuhnya bergantung pada ibu dan sekaligus seperti ayah yang memikul tanggung jawab atas keluarganya, sebagai anak muda yang hilang dalam cinta, pergulatan purba dengan masa lalu, seorang hamba di peribadatannya, seorang tawanan di kurungannya, dan seorang ilmuwan di tengah mahasiswanya."
"Jiwa yang dungu yang bertarung antara gelap malamnya dan ketidakjelasan siangnya, derita seorang budak di antara bunga-bunga imannya dari duri kehausannya, pendosa yang terpancang antara taring kesadarannya dan cakar kebutuhannya, seorang miskin dalam perangkap kegetiran dan ketertundukkannya, si kaya antara ketamakan dan kata hatinya tentang iba, sang pengkhayal antara kabut jiwanya dan pijar angannya."
"Siapa yang dapat mengalami, melihat dan mengerti semua ini akan dapat meraih kesempurnaan dan menjadi bayang dari
Sumber foto: http://static-p4.fotolia.com/jpg/00/09/14/35/400_F_9143586_fKjOoPcHLJoRM0RE6xpTi8xMgEZJHGun.jpg
No comments:
Post a Comment