Hitam menjadi malu tatkala berjumpa
putih. Yang indah seakan bosan
menunjukkan keindahannya. Kekotoran
merajalela. Tak ada terlihat sang Jagoan
yang dulu kerap datang di akhir. Kini,
sang Jagoan pun harus tertunduk malu
meratap kesalahannya. Tak ada yang
sempurna, dan tak ada pula yang mencoba
untuk bisa berbuat sempurna. Apakah ini
yang dinamakan berjalan atas takdir ?
Atau ini hanya tingkah hipokrit yang
beraksi bagaikan bunglon di zaman yang
keras ini ?
Mereka yang dianggap panutan sudah bosan
dengan identitas mereka yang baik.
Mereka yang tak dianggap panutan lantas
berkata "Mereka yang suci saja enggan,
apalagi kami yang durjana ini"
Duhai zaman !
Kejamnya menusia pada umurnya, pada
waktunya, pada malunya.
Hanya saja, syukurlah mereka masih malu
pada Tuhan mereka.
Yang muda tersesat saat mencari jati
dirinya untuk dibawa pulang, yang tua
pun bercerai dengan nuraninya. Kini, tak
ada kesejukan harmoni indah perdamaian,
tenangnya kewajaran serta kesopanan.
Yang ada hanya terjebak dalam arus deras
mode dan stye. Dan phobia berlebihan
kalau seandainya dianggap ketinggalan mode.
Inikah yang mereka sebut kemajuan ?
Lantas analoginya antara suksesnya zaman
dulu dengan zaman sekarang...! Bukan
pada adab dan kesopanan. Atau mereka
melewatkan satu halaman dan disana
terselip kata "BERADAB ITU INDAH".
No comments:
Post a Comment