Hingga akhirnya mentari jiwanya mengintip dari balik awan suram yang merentangkan jubah kegelapan hatinya. Mentari itu dengan cahayanya, cukup membantu lentera optimisnya untuk menerangi gubuk hidupnya yang gelap dan terus digoyangkan oleh angin kencang yang bernama pesimis.
Kini gelap telah hilang, berganti terang yang dihiasi senyuman menis pelangi hiburan. Segarkan alam dan hatinya yang tadinya diguyur hujan kesedihan.
Fana, begitu ia menyebut dirinya. Berkata,"Harapku, bagaikan gelombang ombak yang inginkan bersua dengan daratan, tapi apa daya. Ia memeluk karang dan kembali ke laut menggulung seribu asa. Begitulah yang seterusnya dilakukannya."
Lalu ia beranjak, dan pergi bersama iringan simfoni embun cinta yang tak mungkin bisa memuaskan dahaganya.
(rhapsody)
No comments:
Post a Comment