Pages

20 May 2011

Ransel


Ransel itu, ransel yang sama ketika empat tahun yang lalu aku merajut asa kepergianku ke negeri ini. Ransel tempat aku membawa cita-cita dan bekal hidup. Di dalamnya kutaruh harapan dan doa, kutitipkan padanya segala angan dan kenangan.


Pelan-pelan kulipat cita-cita, kutumpuk menjadi satu. Menjadi sebuah sinergi, seperti apa yang aku inginkan. Pesan-pesan dan doa kuselipkan, agar isinya padat. Agar aku tak kekurangan bekal. Bekal untukku hidup di sini, memanjangkan umur, mencatat sejarah dan memilih jalanku sendiri.


Entah, aku bahagia sekali berkemas dengan ransel ini. Dulu, ada semangat tersendiri terhadapnya. Seperti akan berlibur panjang, seperti akan menyaksikan sebuah pertunjukkan dengan happy ending yang memuaskan. Aku yakin, di sebuah titian akhir, akan ada sebuah kebahagiaan di sana.


Sesampai di tujuan, pelan-pelan aku mengeluarkan isinya. Takut bekalku habis, atau malah hanya pelit pada diri sendiri. Aku begitu mencintai ransel ini, berikut isinya. Menjinjingnya, memikulnya, hingga menikmati isinya merupakan sebuah kecintaan tersendiri. Banyak harapan di sana. Bukan hanya harapanku, harapan mereka. Kalian juga.


Tapi, kepulangan kali ini. Aku begitu membencinya. Aku takut berkemas. Seperti tak melihat tujuan di depan sana. Aku khawatir, akan ada badai dan aku goyah menghadapinya. Aku takut menyaksikan sad scene yang pasti datang, ingin men-skip bagian itu, lalu kembali duduk manis menyaksikan bagian senangnya saja. Pragmatis? Kurasa semua orang ingin begitu.


Aku merasa ransel ini terlalu berat, basah, berbau. Entah isinya busuk atau banyak yang pecah. Aku hanya bisa menyeretnya pelan. Pelan-pelan menuju apa yang aku inginkan. Aku tahu bagaimana rasanya ditinggalkan. Tapi kali ini, hal itu membuatku seakan tidak pernah tau sebelumnya. Banyak sekali lipatan-lipatan kenangan, juga bungkusan harapan yang masih belum aku buka. Aku harus merelakan semuanya hilang. Aku belum menikmatinya.


Sebelum terburu-buru memutuskan mengganti ransel baru, aku ingin mengatakan bahwa aku masih mencintai ransel ini dengan apa yang pernah aku bawa di dalamnya. Dengan cita-cita dan harapan yang kusimpan dalam-dalam di dalamnya. Dalam cinta yang selalu aku bawa kemanapun aku berada.

1 comment:

Hipli said...

salam..

heii pa kabar kau disana fan? numpang izin baca coretannya ya..hehe...bagus...:).