Saya terheran-heran akhir-akhir ini. Teman-teman di Kairo sedang gandrung-gandrungnya belajar nyetir mobil. Tak ragu nampaknya mereka menghabiskan waktu berlama-lama di belakang setir, menghabiskan duit juga untuk durasi sewa mobil. Maklum, mahasiswa pemilik mobil di Kairo ini bisa dihitung dengan jari. Jadi kalau ingin menggunakan alat transportasi satu ini, kami harus menyewa dengan tarif yang disesuaikan.
Tatkala ditanyai seorang teman, apakah saya bisa menyetir? Sejujurnya saja saya jawab bahwa saya tidak bisa menyetir. Bukan berniat untuk berapologi, tapi memang saya tidak tertarik belajar menyetir. Padahal di rumah, abah saya punya satu buah mobil kijang tahun 2000an. Tapi tetap, saya tidak tertarik belajar menyetir. (walau akhirnya saya harus bisa juga menyetir)
Saya lebih suka duduk di belakang, menikmati perjalanan ketimbang harus konsentrasi pada jalan. Malahan saya berniat untuk tidak bisa menyetir sama sekali, saya nanti cukup menggaji sopir pribadi yang akan mengantarkan saya kemari sedang saya bisa mempersiapkan hal lain sebelum menuju pekerjaan. Seperti, melengkapi tidur yang kurang pada malam harinya karena lembur, mempersiapkan materi presentasi, atau bisa juga menulis blog seperti saat ini. :D
Parahnya lagi, saya pernah berniat untuk tidak punya HP. Saat orang lain sedang asik-asiknya upgrade model HP yang seperti tidak pernah berhenti mengeluarkan produk baru, saya tinggal menggunakan jasa ajudan atau sekretaris pribadi untuk menerima setiap panggilan yang ditujukan untuk saya. Syukur-syukur lagi kalau saya tidak perlu repot-repot mengisi pulsanya. :p
Belum lagi saya pernah terpikir untuk membuat alat sensor kata pada alat-alat yang berhubungan langsung dengan saya. Seperti komputer atau laptop, saya tak perlu repot-repot mengetik, tinggal bicara, otomatis sensor tersebut akan menyalinnya dalam sebuat tulisan. Atau dengan pintu rumah, cukup dengan mengucapkan kalimat tertentu, pintu itu otomatis terbuka. Dan lain-lainnya. (hebat bukan???)
Ada yang bilang saya bermental pejabat. Tidak juga. Karena saya lebih suka bekerja di lapangan ketimbang berlama-lama di kantor. Tapi, kecenderungan saya. Saya lebih suka mengajar. Entah mengapa, mengajar bagi saya membawa semacam sensasi yang berbeda. Apalagi ketika bisa berdiri di hadapan ribuan mahasiswa hebat, mengajarkan mereka bagaimana merubah 1 + 1 bukan menjadi dua. :D (teorinya masih dalam proses dipikirkan).
Itulah saya, bukan tak mau ribet. Tapi kalau ada sesuatu yang bisa dipermudah, kenapa harus dipersusah. Semuanya sudah ada jalannya ;)
3 comments:
hahahaha =))
ka irfan males :))
mau sopir,asistent,dan yang bukain pintuuu hahahaha
hehehe... bukan males, fad...
tapi berjiwa BOSS :D
hahaha
nice info bro...
Post a Comment