Pages

6 Feb 2009

Pena Hampa, Kertas Udara


/1/
kita saling terdiam satu sama lain,
dalam gerimis itu, senja merah bersemu oranye.

ada hening di sana, hening yang beriak.
hening yang tak berani bersandar pada siapapun
terus menggelayut di ranting jenak. karena ia tak tahu
kemana harus menyandarkan bahunya.

/2/
Cinta berseru "Mungkinkah kau gambarkan wujudku?"
kepada diamku dan diammu, yang terpisah
antara ruang bisu. terketuk, hampir terantuk.

aku menggeleng,
di sebrang kau mengangguk.

dahiku berkernyit, kau tersenyum

"Itu mudah, goreskan saja ia dengan
pena waktu," sembari kau benarkan ponimu.

/3/
Pena hampa, kertas udara.
khayalanmu dan khayalanku terbang masing-masing
ada yang bersatu, ada yang
membekukan waktu dalam frame sendiri-sendiri.
tapi aku senang,
dalam bisu kau lancar mengucap kata:
Aku sayang kamu.

4 comments:

Langitka9s said...

Sama2 malu ato gimana ini teh!!!! puisi yang bener2 puisi!!!!
salam tak henti dari saudaramu di Bandung

by langitka9s

Anonymous said...

dalem banget puisinya mbak....enak banget dibaca....mungkin gara-gara nulisnya pake hati kali ya ?? seperti penyanyi yang menyanyikan sebuah lagu dengan menjiwai, hmmm...enaaak banget didenger, kalo punya mbak...enaaak banget dibaca

Irfan Wahid said...

@ Langitka9s:
- Ahaha.. muhun, kang..
Ntar juga mampir ah.. di blog akang..
.

@ piyudh:
- pertama, saya bukan cewe Om.. saya cowo tulen.. :D
- terimakasih uy atas komentarnya.. jadi pengen terbang saya -nya dipuji gituh.. :P
-makasih ya, Om.. ;)

tyara said...

asa kasepet macana :p
.
bagus mbak, eh mas ;))
miris mengiris banget tapi.
.
eniwei, poninya lagi dijepit toh.
ditaro dibalik kerudung :p
.
hmm..
soal bait terakhir,
jadi inget yg masih utang tantangan..
:D
hayoh loh :P