Pages

13 Jan 2009

Suntuk; dalam ketidak-nyambungan


Berulang kucoba mengulang membaca diktat Logika (Mantiq). Tak ada yang masuk. Yang hinggap malah suntuk. Dan aku sangat takut dengan suntuk, suntuk pasti membawa kekosongan. Sudah banyak efek samping dari sebuah kekosongan. Dan aku tak mau terjebak sebagai salah satu pasien penderita kekosongan. Yah, malam ini.
.
Bagi pembaca, aku minta maaf. Diriku sudah sedikit berusaha menghias tulisan ini dengan untaian kata -yang kupaksakan untuk di sebut indah- daripada datang kritik berbunyi. "Ah, curhatan !". Sedang aku belum siap menerimanya.
.
Berbicara tentang kesuntukan, penyakit ini bisa disebabkan oleh banyak virus dan bakteri. Dan salah satunya adalah yang sedang kualami sekarang. Yaitu, kekosongan. Kekosonganku malam ini adalah komplikasi dari rasa lapar, stress kecil, dan kantuk yang masih tersimpan sejak kemarin malam. Rupanya, aku belum menyiapkan vaksin untuk bakteri ini. Dan, walhasil. Bakteri kekosongan berhasil menjalar ke seluruh nadi pikiran. Menutup semuanya, dan membuat otakku yang tadinya statis dalam menerima setiap informasi menjadi tertutup. No enter. Terpampang jelas di pintu pikiranku.
Sekarang, pasrah. Sedikit menyalurkan, olahraga jari.
.
Kekosongan, dalam ajaran agamaku - Islam- merupakan salah satu faktor penyebab kerusakan. Entah itu kerusakan mental, moral dan jasmani. Orang yang dilanda kekosongan cenderung lebih mudah terpengaruh oleh faham terserahgueisme. Dan kalau 'faham sesat' ini sudah menjalar, apapun berjalan lancar. Begitupula nalar manusiawi, juga ikut menguap dengan mudah.
.
Dalam ajaran agamaku, kalau sudah kurasakan indikasi terserang penyakit kosong atau faragh (dalam bahasa kedokteran Jiwa). Aku diperintahkan untuk mengisinya dengan sesuatu yang berguna. Atau setidaknya bisa mengalihkan perhatianku dari sesuatu yang buruk -buruk:dalam sesuatu yang umum-.
Sebuah istilah pernah dikutip, "Maa ba'da l faragh illa l fasad". Tiada sesuatu pun setelah kekosongan, kecuali membawa sebuah kerusakan.
Hidup selamanya aktif, bukanlah hidup di sana seandainya tak ada 'kehidupan' itu sendiri. Istirahat ? Yah, bapak-bapak guruku kerap berkata, "Ar Rohatu fil Jannah". Istirahat itu hanya di surga.
Ini indikasi bahwa hidup itu akan selalu aktif.
.
Hidup, bukanlah hidup kalau dibingkai dengan kekosongan. Karena kekosongan, itu hampa. Hampa itu tak berisi. Tak berisi, is nothing. Kalau sudah tak berisi, setan lebih mudah masuk. Hasta karya setan dari kekosongan adalah, Ngaco, Ngawur, Ngeres dan Kesurupan.
Maka turunlah perintah untuk mengisi kekosongan dengan sesuatu yang baik dan berguna. "Fa idza faraghta fa nshab" .Apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).
Begitupula apa yang diwariskan oleh Nabiku Muhammad saw. dalam 5 hal sebelum 5 hal. Aku diperintahkan menggunakan waktu lowongku dengan sesuatu yang berguna.
Maka dari itu, tanpa kusadari. Sudah berapa karakterkah yang kutulis di sini.
Coba estimasi, berapa karakter yang sudah saya hasilkan hanya dalam coretan ini ?
.
.
Silakan merenung, jangan sampai kosong. ;)
Wallahu a'lam.
CMIIW

No comments: