Pages

16 Sept 2008

Intelek ???

Frustasi ?
Ga, saya ga frustasi. Saya hanya kesal dengan segolongan orang yang menilai "kemanusiaan" seseorang hanya berdasarkan satu kata. ILMIYAH.

Mengapa begitu ? Karena mereka (hanya saya yang tahu) cenderung meremehkan dan bermain kasar untuk mengusung ideologi mereka. Terlalu ambisius, dan terkesan kaget dengan perkembangan intelektual. Jadi, berulah seolah mereka sudah sangat intelek dengan membawa label ilmiyah dalam setiap ruang dan waktu yang mereka tempati.

Okey, kita sekarang bermain perspektif. Mereka punya perspektif seperti itu, saya punya perspektif saya. Mereka menggunakan istilah-istilah kontemporer untuk menunjukkan kualitas intelektual mereka, saya juga punya istilah saya.

Mereka punya istilah teologi keislaman, teologi liberalis, teologi kasih sayang, teologi bunglon. Saya juga punya teologi saya, teologi terserahgueisme.

*Nurdin, aku pake bahasamu ya

Mereka punya metodologi keilmuan, metodologi tafsir hadits, metodologi klasik, metodologi hermeneutika atau apa lah itu. Saya punya metodologi lihat dan perhatikan.

Saya punya apa yang mereka punya. Tapi mereka tak punya apa yang saya punya. Entahlah mereka mau menafsirkan apa.

Terkadang, golongan ini memandang sebelah mata orang-orang yang tidak selevel dengan mereka. Dengan alasan apapun itu. Istilah mereka konstruktif pun berganti destruktif. Tak ada upaya merangkul. Tapi memicing, cenderung memandang miring kebawah.

Saya akui, tingkat intelektual saya rendah. Kemampuan analisa saya jauh dibawah rata-rata. Tapi saya punya sense. Dan itu yang mereka tidak punya. Sense of anything. Dari things yang kecil hingga besar. Saya bisa menampung apapun, selama itu bentuk kreatifitas. Tak terikat hanya dalam ruang lingkup keilmiyahan saja.

Saya harap golongan ini dan teman-teman mereka yang lain bisa memahami arti sebenarnya dari kata Pluralitas. Jangan hanya diusung dalam diskusi "ilmiyah" tapi hanya berujung pada debat kusir. Sama-sama keras kepala mengusung pendapatnya. Istilah Pluritas juga bisa diaplikasikan kedalam banyak hal. Kreatifitas, bakat dan kesenian lainnya.

Inilah tempat berbuat, tempat bersatu. Anda dengan ke'Intelekan' anda. Kami dengan sense kami. Mari bersama bangun Indonesia. Jangan hanya idealisme anda !!!

(penulis adalah mahasiswa Azhar biasa, yang ga intelek... Jadi maaf klo bahasanya terkesan lugu. Soalnya penulis pernah jengkel sama seseorang yang merendahkan penulis. Dalam hal ini, bukan berarti penulis ga bisa menerima kritik)

2 comments:

Anonymous said...

Subhan'Allah.....

Anonymous said...

Terkadang (terkadang) memang sebagian (sebagian) orang, mereka melihat hidup terlalu sektoral (istilah bapak pimpinan dulu), yang bukan golongan mereka, yang nggak sehaluan dengan mereka dipandang sebelah mata.

Dan ini nggak cuman berlaku di kalangan "intelek" muda kita tapi juga tipe lain, olahragawan, entertainer, semua bisa terjebak pada pandangan serupa.

Alakulli hal, maju terus Ipeenk \:D/.

PS. dapet salam dari Ai. :D