Pelangi...
Entah sejak kapan rasa itu ada. Aku yakinkan ini hanya sebuah rasa biasa. Tak lebih dari sebuah ketertarikan antara pria dan wanita. Tapi, semakin lama aku semakin ingin mengenalmu lebih dekat dan nyata.
Aku tidak percaya ini bisa terjadi padaku. Aku merutuk betapa bodohnya diriku. Tapi keingintahuanku rangsang pikiranku selalu tertuju padamu. Dan kau mungkin tak tahu betapa bahagianya aku saat kau bersedia menerimaku dan mengenalku.
Pelangiku... Entah apa kau rela pabila kusapa engkau sebagai pelangiku...
Aku sempat merasa bahwa akulah lelaki anginmu. Tapi, cepat-cepat kupupuskan perasaan itu. Aku tak ingin ada yang terluka antara kau dan aku. Melihatmu bahagia saja itu sudah cukup bagiku.
Pelangiku...
Menyaksikanmu membenci rindumu, kau berkata bahwa kau tak serapuh dulu hingga kau abaikan aku bagai angin dengan ungkapan, "Ah..Dasar Angin..!". Membuatku ingin mengenalmu lebih dari apa yang aku tahu. Tapi segera aku musnahkan rasa itu. Ku tak mau kau merasa terganggu dengan hadirku. Kau terusik karenaku.
Pelangiku...
Memang, memendam rasa ini tak mudah bagiku. Tak juga gampang untuk kuungkap sekarang. Aku takkan pernah menyesali setiap detik perkenalanku denganmu. Aku tak mau mengharap terlalu jauh pada posisiku dan keadaanmu. Biarlah rasa ini aku jaga sendiri dalam hatiku. Dan aku cukup bahagia dengan itu, walau harus membunuh sisi hipokrat dalam diriku.
Kau benar-benar seperti pelangiku, dan aku hanya bisa menatapmu...
1 comment:
lelaki angin milik pelangi siapa yah..
sampe saat ini saya pun ngga tau..
*ah, lagi2 saia nimbrung :p*
Post a Comment