Pages

2 Jun 2009

Ketakutan seorang pemimpin.


Pada zaman dahulu. Ada seorang Raja bernama Namrud. Dia begitu berkuasa, sampai-sampai mengaku bahwa dirinya adalah tuhan. Dengan kekuasannya dia bisa mengatur peredaran rezeki bagi orang-orang. Dengan kekuasaannya dia bisa memutuskan seseorang untuk tetap hidup atau malah mati. Semua rakyat tunduk padanya tak seorang pun yang berani dengannya. Tapi, di balik itu semua. Saat semua orang takut padanya, dirinya sendiri malah terus diburu oleh mimpi buruk tentang lahirnya seorang bayi yang kelak akan merenggut kekuasaannya. Bayi itu Ibrahim as.

Begitu pula dalam kisah Nabi Musa as. Para penguasa yang mempunyai kekuasaan, yang menganggap dirinya seolah-olah memegang takdir bagi orang lain. Justru cenderung lebih banyak merasakan ketakutan kepada hal-hal kecil. Mereka seolah-olah diburu dan dihantui oleh sesuatu yang biasa. Dirongrong oleh jatuhnya kekuasaaan dan hilangnya kedigdayaan.

Beberapa akhir ini, negeri seribu menara kedatangan seorang pemimpin dari negeri lain. Seorang pemimpin yang mengklaim bahwa negaranya adalah polisi dunia. Dalam rangka kunjungan kenegaraan dan pertemuan-pertemuan kenegaraan.
Kunjungan itu sendiri sebetulnya merupakan kunjungan diplomatis biasa, layaknya kunjungan Presiden kita Bapak Susilo Bambang Yudhoyono ke Korea Selatan akhir-akhir ini. Tapi, ada beberapa hal yang luar biasa kali ini.

Bertepatan dengan waktu kunjungan tersebut, telah tercatat beberapa mahasiswa asing khususnya yang berasal dari Timur dan Tenggara Asia telah ditangkap. Padahal mereka selama ini telah terdaftar resmi sebagai mahasiswa Universitas Al-Azhar dan telah melengkapi kewajiban-kewajiban fiskal dan visa. Apa salah mereka? Pemimpin negara lain datang ke sini, ko malah mereka yang ditangkap?

Pihak keamanan dalam negeri ini sendiri berdalih bahwa tindakan penangkapan itu bukan lain merupakan tindakan jaga-jaga dari hal-hal yang tidak diinginkan. Hal yang tidak diinginkan bagaimana? Kami datang ke sini untuk belajar, apalagi sekarang adalah musim ujian termin kedua. Apakah karena klaim teroris bagi kami yang belajar kitab Suci Al-Quran, bagi kami yang berjenggot, bagi kami yang ke mesjid?

Dari fenomena Namrud dan Fir'aun hingga ke pemimpin negara Sam ini. Telah dibuktikan bahwa, ternyata kekuasaan dan pemerintahan tak menjamin seseorang bisa tenang. Ia selalu diburu-buru dan ditakut-takuti oleh hal-hal yang kecil. Bisa jadi, sesuatu yang kecil tersebut justru menjadi sangat berbahaya bagi pemimpin-pemimpin besar yang dzalim. Bebaskanlah saudara-saudara kami ! Bebaskanlah teman-teman kami Azhariy !

Ya Allah, berikanlah kami pemimpin-pemimpin yang baik dan perbaikilah pemimpin-pemimpin kami. Berikanlah kami rakyat-rakyat yang baik dan perbaikilah rakyat-rakyat kami. Amien.


4 comments:

samboo said...

Sebuah perbandingan yang menarik. Namun, meskipun begitu wahai saudaraku Ipenk, perkenankanlah daku untuk memberikan sebuah sudut pandang lain, sehingga pada nantinya Anda bisa menangkap arti yang lebih komprehensif.
Mungkin saja apa yang dilakukan oleh “Para Pemimpin” itu adalah wujud dari karakter kepemimpinan mereka yang nisa dibilang sukses dan berhasil. Kenapa mereka saya sebut sukses, katakan saja Namrud adalah seorang raja yang kekuasaannya melangit di zamannya, begitu juga dengan Barack yang mewakili Amerika, Sang Pengusa Dunia saat ini.

Walaupun sukses di dini tidak meliputi segala aspek dan mengimani nilai-nilai keadilan dan kebenaran. Sebagaimana yang telah Ipenk sebut, terjadi pembersihan missal zaman Namrud dan penangkapan secara kurang professional zaman Obama.

Bahkan lebih dari itu, kalau menurut saya, sisi kehati-hatian ini yang enggak dimiliki oleh para pemeluk agama yang bernama Islam. Bukan berarti mengurangi kehormatan kepada para sahabat, namun, terbunuhnya Sayyidina Umar, Usman, dan Ali ridwanullah alaihim disebabkan oleh apa kalau tidak karena belum adanya sistem pengamanan yang ketat.

Baru di zaman Muawiyah RA diberlakukan sistem penjagaan terhadap khalifah.

Oleh karena itu, saya tandaskan di sini, kita, umat Islam seharusnya malah bisa memanfaatkan momen saat ini untuk mengambil proses dan strategi pengamanan mereka dan kemudian diadopsi atau bahkan digodok lagi supaya pada waktunya nanti bisa bermanfaat bagi kita.

Cuma perbandingan aja.

Irfan Wahid said...

terimakasih banyak, pak Mujib.
Sering-sering bermain di sini, koreksi apa yang menurut anda kurang baik. :)
.
syukran.

Irfan Wahid said...

sekedar menambahkan,
pemimpin yang baik dan tidak zhalim, niscaya tidak akan pernah takut dengan ancaman, walau akhirnya mereka mati oleh orang-orang yang jahat.
yang mereka takutkan adalah tidak bisa memimpin dengan baik.
.
begitulah yang terjadi pada zaman sayyidina Umar, Utsman dan Ali ridwanallah alaihim.

Z.E Ferdi Fauzan Putra said...

bagus analoginya...
mdh2n negara kita dpt pemimpin yg baik dan bisa menjaga keadilan. amin...

eh, hai...
ferdi ninggalin jejak di sini gpp kan?!
salam kenal..