Tapi ada sebaris status yang menarik mata saya untuk "mampir", sebuah status yang berbunyi "Bermimpilah, karena segala sesuatu berawal dari mimpi".
Bermimpi, itu baik dan benar-benar saja. Apalagi kalau yang diimpikan adalah sesuatu yang positif, hal ini bisa memicu kita untuk berusaha mewujudkannya. Tak sedikit orang sukses yang “katanya” berhasil merubah garis hidupnya dari mimpi.
Banyak sekali buku yang ditulis tentang kekuatan mimpi yang mempengaruhi kejiwaan seseorang, terutama buku motivasi. Rata-rata isinya berbunyi,"Kita harus berani bermimpi!" atau "Bermimpilah, sebelum bermimpi itu dilarang!" (ini tambahan dari saya saja, heheh). Dan tak sedikit pula, novel-novel best seller menggugah yang menceritakan kekuatan mimpi. Tentunya novel-novel ini pula, semuanya berasal dari mimpi pengarangnya.
Sekarang, bagaimana sebuah mimpi bisa mempengaruhi seseorang? Bagaimana mimpi
bisa diwujudkan? Apakah mereka benar-benar bermimpi?
Tak sengaja, saya menonton film yang dibintangi oleh aktor tampan Leonardo di Caprio yang berjudul The Inception. Film ini menceritakan tentang seorang ahli yang bisa memasuki mimpi orang lain. Untuk mencuri data dan bahkan menanamkan sebuah ideologi ke dalam pikiran korbannya. Hebatnya, semuanya dilakukan dalam mimpi. Dengan perencanaan yang matang, sang ahli dan krunya bisa masuk ke dalam mimpi korbannya. Dengan menggunakan proyektor dalam mimpi, tim ini berhasil menanamkan sebuah ideologi ke dalam pikiran korbannya melalui mimpi.
Saya tiba-tiba jatuh cinta dengan film ini. Bagaimana sebuah mimpi bisa merubah seseorang untuk berbuat sesuai dengan apa yang ia impikan. Dia bagaikan tunduk pada "perintah bawah sadarnya". Bagi saya, film ini menarik.
Film The Inception dengan detail menjabarkan proses sederhana bagaimana mimpi bisa merubah seseorang. Bagaimana mimpi bisa memacu seseorang untuk berubah. Hanya dengan menanamkan ideologi, dibantu dengan proyektor mimpi yang membuat mimpi itu seolah nyata, dan kesadaran penuh setelah terbangun akan mimpi yang harus diwujudkan. Semuanya menjadi mata rantai yang tak dapat dipisahkan untuk membangun figur seseorang.
Hasilnya, tak muluk-muluk. Ada novel sang Pemimpi. Novel fenomenal yang bercerita tentang hikayat Ikal dan Arai yang berhasil mendapatkan beasiswa ke Perancis, setelah berjuang mati-matian beradu nasib di ibukota. Novel lain adalah Negeri Lima Menara, cerita tentang 5 orang anak santri yang bertekad mengejar mimpi mereka masing-masing, berawal dari perdebatan tentang bentuk awan yang mereka lihat dari bawah menara.
Kali ini contoh nyata, baru-baru ini saya menyaksikan salah satu acara televisi Kick Andy yang bertema Mengejar Mimpi. Tokoh-tokoh sukses yang dihadirkan antara lain Prof. Dr. F. G. Winarno, yang sekarang menjabat sebagai Rektor Universitas Atmajaya di Jakarta. Karena bosan hidup miskin, beliau bermimpi untuk bisa menjadi kaya. Tapi beliau sadar, hal itu tidak bisa instan. Maka, beliau belajar habis-habisan. Hasilnya, tak perlu kaya. Beliau berhasil mencapai apa yang beliau inginkan. Salah satunya adalah pernah mengenyam pendidikan luar biasa di Luar Negeri. Nama-nama lain ada Dr. Eka Julianta Wahjoepramono, Sp. BS (Dokter ahli bedah syaraf). Dr. Purwadi, MHUM. (Dosen Filsafat Jawa). Ada Prof. Dr. Saldi Isra, SH.(Dosen dan ahli hukum tata Negara) dan terakhir ada Dr. Basuki Agus Suparno (Dosen Ilmu Komunikasi). Doktor-doktor ini mengawali langkah mereka dari mimpi yang mereka wujudkan.
Itulah kekuatan mimpi yang kini mulai tereksplorasi. Hingga tak jarang kini banyak orang mengumandangkan slogan "Mari bermimpi!", atau "Bermimpilah untuk masa depan". Tapi alangkah menyedihkan apabila kita terlalu larut dalam sebuah mimpi. Parahnya, tak bangun-bangun dari mimpi dan realita. Yang ada, kita hanya menjadi sang Pemimpi yang tak kunjung terbangun dari mimpinya. Dalam film The Inception, hanya ada dua cara membangunkan sang pemimpi kembali kepada realita. Pertama, mengejutkannya. Kedua, membunuhnya. (Tenang, semua cara ini hanya dilakukan di dalam mimpi).